Peneliti Jepang: Likuefaksi di Sulawesi Tengah Fenomena Unik

30 November 2018 10:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Desa Langaleso, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah yang terkena likuifaksi. (Foto: Raga Imam/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Desa Langaleso, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah yang terkena likuifaksi. (Foto: Raga Imam/kumparan)
ADVERTISEMENT
Peristiwa likuefaksi yang meluluhlantakkan wilayah-wilayah di Sulawesi Tengah, seperti Petobo dan Balaroa, adalah peristiwa yang unik. Hal itu disampaikan oleh Hayakawa Jun, technical officer dari Ministry of Land, Infrastructure, Transport, and Tourism (MLIT) Jepang dalam kuliah umum mengenai studi gempa dan tsunami di Indonesia dan Jepang di Universitas Indonesia.
ADVERTISEMENT
Alasan Jun menyebut fenomena tersebut unik adalah karena likuefaksi di kedua wilayah tersebut sangat merusak, dan bahkan kemudian diikuti oleh tanah longsor.
“Di Balaroa, ada satu rumah yang bergeser hingga 400 meter. Ini adalah fenomena yang unik,” kata Jun dalam presentasinya yang disampaikan di Pusat Studi Jepang, Universitas Indonesia, Jakarta, Kamis (29/11).
“Dari pengalaman di Jepang, pergeseran terjadi hanya empat meter, sangat pendek. Tapi sekarang, kami menemukan ada pergeseran hingga beberapa ratus meter.”
Hayakawa Jun. (Foto: Zahrina Noorputeri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Hayakawa Jun. (Foto: Zahrina Noorputeri/kumparan)
Sebelumnya, Jun terlebih dahulu menjelaskan faktor apa saja yang menyebabkan likuefaksi bisa terjadi setelah gempa.
“Likuefaksi biasa dapat terjadi setelah ada goncangan yang sangat kuat dalam waktu lama. Kedua, tanah di sana sebagian besar adalah pasir. Dan ketiga, tanah dipenuhi air dan air tanah berada dalam posisi yang tinggi.”
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan, bila ketiga faktor tersebut terpenuhi, maka likuefaksi pun terjadi seperti di Petobo dan Balaroa. Fenomena likuefaksi terjadi beberapa saat setelah gempa besar berkekuatan 7,4 Magnitudo mengguncang kota Palu.
“Tapi ini tidak akan menyebabkan longsor. Kami pernah mengalami likuefaksi yang menyebabkan rumah tenggelam atau permukaan tanah naik, tapi tidak sampai menelan korban jiwa. Ini fenomena yang unik.”
Desa Langaleso, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah yang terkena likuifaksi. (Foto: Raga Imam/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Desa Langaleso, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah yang terkena likuifaksi. (Foto: Raga Imam/kumparan)
Jun mengatakan, dirinya memiliki empat hipotesis yang menjelaskan mengapa likuefaksi di Sulawesi Tengah diiringi oleh longsor.
“Yang pertama tentu saja seberapa besar kemiringannya. Kedua adalah apakah ada tanah lanau atau tanah lempung. Yang ketiga, tekanan pada air tanah. Yang terakhir adalah kuncinya yang membuat likuefaksi semakin berbahaya. Ini adalah hipotesis kami,” jelas Jun.
ADVERTISEMENT
“Karena air tertekan, maka aliran lateral pun terjadi dalam waktu lama.”