Peneliti Ungkap Gejala Demensia dan Alzheimer Setelah Sembuh Covid

8 Februari 2022 14:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi otak manusia. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi otak manusia. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Beberapa kasus pasien COVID-19 yang sudah sembuh masih mengalami gejala yang sifatnya jangka panjang. Berdasarkan laman badan kesehatan AS, Centers for Disease Control and Prevention atau CDC, gejalanya mulai dari yang ringan, seperti lelah dan nyeri perut, sampai sesak napas dan brain fog. Beberapa penelitian menambahkan bahwa beberapa kasus pasien sembuh COVID-19 memiliki gejala mirip demensia.
ADVERTISEMENT
Brain fog dan demensia termasuk gejala penurunan kognitif. Sebelumnya, sudah terungkap bahwa pasien sembuh COVID-19 mengalami lamban berpikir. Penelitian lainnya menemukan bahwa ada penurunan performa kecerdasan dari pasien sembuh COVID-19.
Ilmuwan terus menggali seberapa jauh COVID-19 meninggalkan tilas di otak manusia.
Sebenarnya masih perdebatan apakah SARS-CoV-2 menyerang dengan menginfeksi otak secara langsung atau tidak. Namun peneliti berani memastikan bahwa memang COVID-19 meninggalkan kerusakan fisik di jaringan otak.
Ilustrasi sesak napas Foto: dok.shutterstock
Pada sebuah studi yang dipimpin oleh Yadi Zhou dari Genomic Medicine Institute, Cleveland Clinic, tim peneliti menemukan bahwa COVID-19 dapat menyebabkan gejala demensia yang mirip dengan Alzheimer. Peneliti mengamati dengan adanya pola perubahan otak yang mirip antara beberapa pasien COVID-19 yang diteliti dengan penderita Alzheimer.
ADVERTISEMENT
Studi yang dipublikasikan di jurnal Alzheimer Research and Therapy per Juni 2021 ini menyebutkan bahwa perubahan ini terletak pada neuroinflamasi (inflamasi di otak) dan luka mikrovaskular (pembuluh darah kecil) otak.
“Kita menemukan bahwa SARS-CoV-2 secara signifikan mengubah tanda Alzheimer [di otak] yang berdampak kepada inflamasi dan faktor pintu masuk viral tertentu yang terlihat jelas pada sel di batas otak-darah (blood-brain barrier),” kata Feixiong Cheng, staf asisten di Cleveland Clinic's Genomic Medicine Institute dan penulis penelitian, seperti dikutip ScienceDaily.
ADVERTISEMENT
Peneliti menulis bahwa dalam jangka panjang, pasien COVID-19 yang jaringan otaknya terserang sangat mungkin membentuk gejala demensia. Penanganan dan pengobatan yang tepat ketika pasien sedang mengidap COVID-19 diperlukan untuk meminimalisir dampak jangka panjang.
Gambar scan otak dari pasien 12, 13 dan 15. Foto: Paterson et al./Oxford University Press
Pada penelitian yang berbeda, ilmuwan menemukan bukti bahwa infeksi SARS-CoV-2 dapat mengaktivasi sinyal protein tertentu yang biasanya berkaitan dengan gejala Alzheimer.
Studi yang dipublikasikan di jurnal Alzheimer & Dementia per 3 Februari 2022 ini mengamati bahwa sinyal biokimia yang biasanya muncul pada otak pasien Alzheimer, juga muncul pada pasien COVID-19 yang diteliti. Tanda ini dikenali dengan aktivasi sinyal neuron dari protein TGF-β, dan kanal gen RyR2 di otak. Faktor ini berkontribusi menyebabkan gangguan kognitif di otak pasien di masa depan.
ADVERTISEMENT
“Kita memiliki bukti yang menghubungkan infeksi SARS-CoV-2 dengan aktivasi sinyal oksidatif TGF-β yang berlebihan. Jalur (pathways) neuropatologis yang sebabkan tau hyperphosphorylation dihubungkan dengan gejala Alzheimer yang terpantau juga teraktivasi di pasien COVID-19. RyR2 pada otak COVID-19 menunjukkan fenotip ‘bocor’, yang mana akan mendorong gangguan kognitif dan perilaku,” tulis pemimpin riset Steven Reiken, peneliti dari Columbia University Vagelos College of Physicians and Surgeons.