Percobaan Virus sebagai Obat Kanker, Masuk Uji Klinis Manusia

27 Mei 2022 17:18 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus . Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus . Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Ilmuwan yang tergabung di City of Hope dan Imugene saat ini sedang menguji metode pengobatan/terapi kanker mengunakan virus, dan sudah menginjeksi pasien pertamanya. Metode ini menggunakan virus oncolytic yang akan memancing imun merusak jaringan kanker dari dalam tanpa melukai jaringan sehat.
ADVERTISEMENT
Obat ini bernama CF33-hNIS (atau biasa disebut Vaxinia), berisi virus oncolytic yang dimodifikasi untuk menginfeksi jaringan kanker, mereplikasi/membelah dri di sana, lalu akan bertingkah sebagai antigen dan menstimulasi sistem imun untuk menyerang jaringan kanker. Jaringan kanker akan rusak, tanpa menyerang jaringan sehat di sekitarnya.
Cara kerja terapi kanker dengan virus oncolytic CF33-hNIS. Foto: Dok. Imugene
Virus yang digunakan adalah virus cacar yang sudah dimodifikasi. Metode pengobatan dengan menggunakan sistem imun sudah dikenal dengan nama imunoterapi.
Metode pengobatan seperti menggunakan CF33-hNIS baru terbukti di hewan, dan belum pernah dilakukan pada manusia.
Lembaga riset kanker City of Hope bekerja sama dengan perusahaan biotech Imugene mengumumkan bahwa mereka serdang melakukan uji klinis pertama CF33-hNIS, dan sudah menginjeksi obat ke satu orang pasien.
“Penelitian kami sebelumnya menunjukkan bahwa virus oncolytic dapat merangsang sistem kekebalan untuk merespons dan membunuh kanker, serta merangsang sistem kekebalan untuk lebih responsif terhadap imunoterapi lainnya,” kata ahli onkologi City of Hope dan peneliti utama Daneng Li.
ADVERTISEMENT
"Kami percaya CF33-hNIS memiliki potensi untuk meningkatkan hasil bagi pasien kami."
Uji klinis pertama fokus pada keamanan obat dan toleransi tubuh. Dampak dari obat sekaligus efek samping akan dicatat. Obat akan diinjeksi dengan suntik atau intravena (seperti infus).
Pada uji coba kali ini peneliti akan melibatkan sampai 100 partisipan, semuanya merupakan pasien kanker dengan riwayat minimal dua kali pengobatan standar.
Ilustrasi dokter memeriksa sel kanker. Foto: Getty Images
Jika uji coba sukses, maka ilmuwan akan melanjutkan studi dengan meneliti bagaimana CF33-hNIS akan terikat secara molekul dengan pembrolizumab, pengobatan antibodi yang sudah ada yang digunakan dalam imunoterapi kanker.
Virus yang sedang digunakan akan menghasilkan human sodium iodide symporter (hNIS), protein yang akan membantu peneliti untuk memonitor replikasi virus sekaligus memperoleh citranya. hNIS juga menghasilkan iodin radioaktif yang akan memperkecil ukuran tumor dari dalam.
ADVERTISEMENT
Ilmuwan akan melakukan pengukuran sekunder untuk melihat seberapa efektif CF33-hNIS dalam memperkecil ukuran tumor. Hasil akan dianalisis di kemudian hari, tetapi dengan uji coba yang diperkirakan akan memakan waktu dua tahun di beberapa situs klinis yang berbeda. Sehingga butuh waktu sampai kita mengetahui hasilnya secara terperinci.
Ahli onkologi bedah Susanne Warner, yang sebelumnya memimpin tim yang mempelajari efek CF33 pada tumor pada tikus menggambarkan obat ini—jika sukses—sebagai "pengubah permainan karena betapa kuatnya obat itu dan karena kemampuannya untuk merekrut dan mengaktifkan sel kekebalan sel tubuh."
"Virus oncolytic kita melatih sistem kekebalan untuk menargetkan sel kanker tertentu," katanya pada tahun 2020.
“Artinya, jika sel kanker serupa pernah mencoba untuk tumbuh kembali, sistem kekebalan akan siap dan menunggu untuk membutuhnya."
ADVERTISEMENT
Sejauh ini baru dua terapi kanker menggunakan virus oncolytic yang baru masuk uji klinis FDA (BPOM AS). CF33-hNIS adalah obat kedua setelah Talimogene laherparepvec (T -VEC), versi modifikasi dari virus herpes simpleks, yang digunakan dalam pengobatan melanoma.