Perlukah Khawatir kalau Dirimu Telah Kecanduan Seks?

15 November 2018 11:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi memegang penis (Foto: derneuemann via pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi memegang penis (Foto: derneuemann via pixabay)
ADVERTISEMENT
Ada sebuah riset terbaru yang menemukan lebih dari delapan persen orang di Amerika Serikat mungkin mengalami tekanan karena seks. Mereka disebut mengalami tekanan karena kesulitan mengontrol dorongan, perilaku, dan perasaan seksualnya.
ADVERTISEMENT
Riset yang dipublikasikan di jurnal JAMA Open Network ini menyebutkan, kondisi tersebut sama-sama dialami pria dan perempuan. Ada 10 persen pria dan tujuh persen perempuan menunjukkan perilaku dorongan seksual kompulsif, menurut studi.
"Secara historis, selalu diduga bahwa perilaku seksual kompulsif lebih banyak mempengaruhi pira. Namun perempuan juga menunjukkan bahwa mereka mengalami kesulitan untuk mengontrol dorongan dan juga perilaku seksual mereka," ujar Janna Dickenson, ilmuwan University of Minnesota sekaligus pemimpin riset ini.
"Ada orang yang jadi bermasturbasi berlebihan lalu mengganggu kemampuannya untuk bekerja, atau mungkin ada seseorang yang jadi membayar untuk mendapatkan seks, melakukannya dengan berlebihan dan mengganggu mereka secara finansial," tambah dia.
Pria Masturbasi di luar rumah warga Malaysia. (Foto: Facebook/aziyana.sudin)
zoom-in-whitePerbesar
Pria Masturbasi di luar rumah warga Malaysia. (Foto: Facebook/aziyana.sudin)
Namun, Medical Daily melaporkan masih banyak ahli berbeda pendapat soal kondisi ini benar-benar ada atau tidak. Masalahnya berasal dari apakah perilaku seksual kompulsif sebuah kelainan mental yang memerlukan suatu diagnosis atau hanya merupakan kombinasi dari beberapa faktor berbeda, seperti tingkat stres atau masalah perilaku.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kelainan perilaku seksual kompulsif juga merupakan hal yang masih baru bagi para psikolog. Belum ada yang bisa menentukan kriteria untuk mendiagnosisnya secara akurat.
Meski demikian, ahli terapi bernama Thomas G. Plante mengatakan telah melihat banyak orang biasa mengalami kesulitan untuk mengatasi dorongan seksual. Menurutnya, salah satu faktor adalah kemudahan akses pornografi dan konten seksual lainnya di internet.
Ilustrasi pornografi. (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pornografi. (Foto: Shutterstock)
Perihal studi baru dari AS ini, peneliti mendapatkan data riset dari 2.300 orang dewasa. Peserta riset diberi pertanyaan, seperti "Seberapa sering Anda merasa bersalah atau malu atas perilaku seksual Anda?" atau "Seberapa sering pikiran atau perilaku seksual Anda mengganggu hubungan Anda?". Semua pertanyaan dijawab dengan skala 1 sampai 5.
Pertanyaan serta sistem penilaian tersebut bisa menyebabkan masalah, karena ada potensi untuk melebih-lebihkan kasus ringan dari tekanan seksual. Selain itu, keakuratan sistem penilaian dalam riset juga masih diperdebatkan.
ADVERTISEMENT
Psikolog David J. Ley sebelumnya pernah mengatakan bahwa diagnosis kecanduan seks bisa dengan mudah dimanfaatkan oleh individu berbahaya, yang ingin menghindari tanggung jawab atas aksi bejatnya.
"Saya tidak tahu sejak kapan jadi orang egois, misoginis, menjadi suatu kelainan medis," kata Ley kepada NBC News pada 2017 lalu.
"Untuk waktu yang lama, ini adalah konsep yang digunakan untuk menjelaskan perilaku dari pria egois, berpengaruh, kaya, dan melakukan perilaku seksual yang impulsif dan tidak bertanggung jawab," imbuhnya.