Pertama di Dunia, Bayi di Dalam Kandungan Terinfeksi Virus Corona

15 Juli 2020 10:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bayi. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Dokter Prancis melaporkan studi kasus infeksi virus corona pada bayi yang masih berada di dalam kandungan. Penularan tersebut dianggap sebagai kasus pertama penularan SARS-CoV-2 pada bayi dalam rahim.
ADVERTISEMENT
Bayi tersebut mengalami peradangan otak dalam beberapa hari setelah dilahirkan. Hal ini terjadi karena virus corona berhasil melewati plasenta atau ari-ari yang menjadi saluran oksigen dan makanan untuk janin.
Meskipun begitu, dokter mengatakan bahwa kondisi bayi semakin membaik. Kasus ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications, menyusul beberapa kasus kelahiran bayi dengan COVID-19 yang diduga dokter sudah tertular virus sejak dalam kandungan.
Hingga saat ini, dokter belum dapat mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan yang membuat bayi di dalam kandungan atau beberapa saat sebelum lahir bisa terinfeksi virus corona.
"Sayangnya, tidak ada keraguan soal penularan dalam kasus ini," kata Daniele De Luca, direktur medis pediatri dan keperawatan kritis neonatal di RS Antoine Beclere, Paris, seperti dikutip The Guardian. "Para dokter harus memahami bahwa ini bisa terjadi. Ini tidak lazim, pastinya. Tetapi bisa terjadi dan harus diperhitungkan dalam praktik klinis,” lanjutnya.
Ilustrasi janin. Foto: Shutter Stock
Sang ibu sendiri dilaporkan dilarikan ke rumah sakit pada 24 Maret dengan keadaan demam dan batuk kering. Ia ternyata pernah berkontak dengan orang yang positif terinfeksi virus corona pada kehamilan semester ketiga.
ADVERTISEMENT
Setibanya di rumah sakit, dokter mendiagnosis sang ibu positif COVID-19. Setelah tiga hari dirawat, dokter menemukan tanda-tanda yang menunjukkan bayinya sedang dalam kondisi kurang baik.
Dokter kemudian memutuskan melakukan operasi sesar darurat pada sang ibu, dengan prosedur general anaesthetic. Setelah lahir, bayi itu diisolasi di ICU dan diintubasi akibat terkena dampak general anaesthetic.
Tes yang dilakukan pada darah dan cairan dari paru-paru bayi menunjukkan adanya infeksi COVID-19. Setelah dilakukan tes secara keseluruhan, dokter menyimpulkan virus corona telah menyebar dari darah ibunya ke plasenta bayi. Virus itu kemudian bereplikasi dan menyebabkan peradangan.
"Alasan ini belum pernah didemonstrasikan sebelumnya karena kami membutuhkan banyak sampel," kata De Luca. “Kami membutuhkan darah ibu, darah bayi baru lahir, darah dari plasenta, cairan ketuban dan sulit untuk menemukan semua sampel itu dalam keadaan darurat pandemi.”
ilustrasi janin di dalam kandungan Foto: Shutterstock
Virus terbanyak ditemukan di plasenta karena memiliki banyak reseptor seperti yang ada di paru-paru dan digunakan virus untuk menyerang manusia. Bayi itu tampak sehat saat lahir, namun kondisinya semakin memburuk karena jadi mudah marah dan tidak mau menyusu.
ADVERTISEMENT
Dia mengalami kejang otot yang mengakibatkan kepala, leher dan punggungnya melengkung ke belakang. Itu adalah gejala neurologis yang terjadi pada beberapa kasus meningitis.
Sementara berdasarkan MRI scanning, bayi menunjukkan tanda-tanda gliosis atau efek samping dari cedera setelah kejang.
Saat itu, tidak ada panduan klinis untuk menangani bayi yang terinfeksi virus corona. Dokter awalnya mempertimbangkan menggunakan remdesivir, namun bayi itu pulih secara bertahap sehingga ia tidak diberikan pengobatan.
“Kalian dapat melihat gelas dengan dua pandangan, setengah kosong atau setengah penuh. Berita buruknya adalah dalam sejarah kasus ini, virus bisa menyerang bayi, menginfeksi bayi dan memunculkan gejala. Kabar baiknya adalah pada akhirnya, bayinya pulih. Bayinya baik-baik saja secara klinis,” katanya.
Ilustrasi bayi baru lahir Foto: Shutterstock
“Kehamilan sangat terkontrol. Apabila Anda memiliki masalah seperti ini, hal itu dapat dikontrol. Kebanyakan kasus tidak akan ada kerusakan pada bayi. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan, tetapi kita tidak bisa memejamkan mata dan mengatakan ini tidak akan pernah terjadi,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, profesor kebidanan di King's College London, Andrew Shennan, mengatakan bahwa kasus ibu menularkan COVID-19 kepada bayinya sangat jarang terjadi. Dari 244 bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi, 95 persen tidak ikut terinfeksi.
“Kehamilan bukan merupakan faktor risiko yang signifikan bagi ibu hamil atau bayi di dalam kandungan mereka dengan COVID-19,” jelasnya.