Pertama Kali, Dokter Prancis Sukses Lakukan Persalinan dari Rahim Transplantasi

25 Februari 2021 8:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bayi mengangkat kaki. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi mengangkat kaki. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Untuk pertama kalinya, seorang ibu dengan rahim transplantasi berhasil melahirkan bayi perempuannya dengan sukses di Rumah Sakit Foch di Suresnes, Prancis. Hal ini terjadi pada 12 Februari 2021 dan menjadi momen bersejarah bagi dunia medis Prancis.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, belum pernah ada kelahiran bayi sehat dari rahim ibu yang menjalani tindakan transplantasi rahim. Kali ini, bayi dari rahim transplantasi lahir dengan berat 1,8 kilogram dalam keadaan sehat, begitu pula sang ibu.
"Ibu dan bayinya baik-baik saja," kata Jean-Marc Ayoubi, kepala ginekologi, kebidanan, dan pengobatan reproduksi di rumah sakit tersebut, menurut laporan AFP.
Sang ibu, yang hanya diungkap identitasnya dengan nama Deborah, adalah pasien transplantasi rahim berusia 36 tahun. Ia mendapat donor rahim dari donor hidup, yakni ibunya sendiri, pada Maret 2019. Ia mengalami kondisi langka yang dikenal sebagai Sindrom Rokitansky, yang menyerang sekitar satu dari 4.500 wanita.
Sindrom Rokitansky adalah kondisi sebagian organ reproduksi wanita tidak berkembang, atau bahkan tidak ada sejak awal. Organ reproduksi itu bisa berupa uterus, saluran telur (tuba), dan organ lain dalam sistem reproduksi perempuan.
Ilustrasi ibu hamil kontraksi menjelang persalinan Foto: Thinkstock
Ayoubi mengatakan proses persalinan berjalan lancar tanpa komplikasi berarti. Pasien melahirkan di usia kehamilan 33 minggu.
ADVERTISEMENT
Kelahiran dari rahim transplantasi pertama sebelumnya terjadi di Swedia pada tahun 2014. Kejadian ini terjadi satu tahun setelah operasi transplantasi, dalam kasus yang didokumentasikan dalam jurnal medis The Lancet.
Ada juga kejadian serupa di Brasil, dokter berhasil melakukan persalinan dari ibu dengan rahim transplantasi pada tahun 2017 dengan kelahiran seorang wanita yang telah menerima transplantasi rahim dari seorang pendonor yang telah meninggal.
"Ada sekitar 20 kelahiran secara global (setelah transplantasi rahim),” kata Ayoubi, yang juga seorang profesor kedokteran di Universitas Versailles-Saint-Quentin-en-Yvelines.
Kasus-kasus ini memberikan harapan bagi perempuan yang menderita masalah reproduksi serupa, sebagai alternatif dari adopsi atau ibu pengganti. Meskipun begitu, transplantasi rahim pada kasus Deborah tidak untuk permanen, melainkan hanya sementara.
ADVERTISEMENT
Hal ini dilakukan hanya untuk membantu seseorang tanpa rahim bisa memiliki anak dengan ‘meminjam’ rahim orang lain. Ia menegaskan, tidak jarang perempuan dengan transplantasi organ rahim melahirkan untuk kedua kalinya, seperti yang terjadi beberapa kali di Swedia.
Tim dokter yang menangani Deborah telah mendapat izin untuk melanjutkan pekerjaan mereka membantu wanita yang lahir tanpa rahim agar dapat melahirkan, dengan uji klinis yang direncanakan pada 10 wanita lainnya dalam kondisi serupa.