Pohon Kapas yang Ditanam China di Bulan Akhirnya Mati

21 Januari 2019 10:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Permukaan sisi jauh bulan yang misterius (Foto: China National Space Administration (CNSA) )
zoom-in-whitePerbesar
Permukaan sisi jauh bulan yang misterius (Foto: China National Space Administration (CNSA) )
ADVERTISEMENT
Badan antariksa China (Chinese National Space Administration/CNSA) mengklaim biji pohon yang ditanam di Bulan telah tumbuh menjadi tunas pada 16 Januari lalu. Sayang, umur bibit tumbuhan ini ternyata tidak lama.
ADVERTISEMENT
Sehari setelah tumbuh, ia dinyatakan mati karena kondisi lingkungan di Bulan. Si bibit pohon mati ketika malam hari terjadi di sisi jauh Bulan yang menjadi lokasi pendaratannya.
Meski begitu, bibit kecil ini berhasil menjadi langkah besar umat manusia dalam upaya menanamkan tumbuhan di luar angkasa dan bisa menjadi landasan untuk membangun koloni manusia di luar angkasa.
Pemimpin riset Xie Gengxin berkata, kematian si bibit sebenarnya sudah diantisipasi oleh timnya. Pasalnya, tumbuhan di dalam biosfer memerlukan cahaya Matahari untuk hidup. Sementara ketika malam tiba di Bulan, temperatur bisa turun hingga -173 Celcius.
"Kehidupan di dalam biosfer tidak akan bisa bertahan melewat malam hari di Bulan," ujar Xie, seperti dikutip Newsweek.
Bibit pohon kapas China yang dikirim ke Bulan. (Foto: Chinese National Space Administration (CNSA))
zoom-in-whitePerbesar
Bibit pohon kapas China yang dikirim ke Bulan. (Foto: Chinese National Space Administration (CNSA))
Pohon kapas itu merupakan bagian dari eksperimen tim peneliti dari Chongqing University, China. Mereka melakukan sebuah eksperimen biosfer atau lingkungan hidup mini di Bulan dengan berbagai organisme yang dikirim dari Bumi.
ADVERTISEMENT
Ada enam organisme yang dikirim ke Bulan dalam satu wadah biosfer. Yang dikirim ada biji kapas, biji kentang, biji tumbuhan brassica rapa, lalat buah, ragi, dan arabidopsis.
Konsep penelitiannya adalah tumbuhan akan memproduksi oksigen dan makanan bagi lalat buah. Sementara ragi akan membantu meregulasi gas di dalam wadah dan bertugas sebagai agen pengurai, mengolah limbah dari lalat dan tumbuhan yang mati.
Menurut penjelasan CNSA, organisme di dalam wadah perlahan-lahan akan mengurai dengan sendirinya. Eksperimen ini disebut tidak akan mengkontaminasi lingkungan Bulan karena wadah tertutup rapat. Sementara itu, nasib dari organisme lain yang dikirim ke Bulan tidak diketahui dengan pasti.
Mendapat pujian
Meski eksperimen ini sangat sebentar, banyak ahli yang memuji eksperimen ini. Memang sebelumnya para astronaut telah berhasil menumbuhkan tumbuhan di luar angkasa, seperti Stasiun Luar Angkasa Internasional (International Space Station).
ADVERTISEMENT
Bisa menumbuhkan tumbuhan di benda luar angkasa lain, seperti Bulan, menunjukkan potensi besar pemanfaatan tumbuhan untuk makanan, bahan bakar, dan pakaian dalam usaha kolonisasi luar angkasa.
Ilustrasi permukaan Bulan. (Foto: WikiImages via PIxabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi permukaan Bulan. (Foto: WikiImages via PIxabay)
Charles Cockell, ahli astrobiologi dari University of Edinburgh di Inggris, memuji hasil eksperimen ini dan menganggapnya sangat signifikan. Menurutnya, hasil eksperimen itu menunjukkan kemungkinan tanaman bisa tumbuh di Bulan.
"Ini adalah demonstrasi teknis bahwa kita bisa menumbuhkan tumbuhan di benda angkasa lainnya," kata Cockell kepada Newsweek. "Bagi misi penjelajahan luar angkasa selanjutnya, kita punya keinginan untuk membuat sebuah sistem pendukung kehidupan yang menggunakan organisme hidup lain untuk mendaur ulang gas dan nutrisi."
"Ini adalah sebuah langkah signifikan untuk membangun sistem seperti itu. Selain itu, eksperimen ini juga membuka jalan untuk dikirimnya sebuah sistem pendukung kehidupan otomatis ke Bulan yang bisa diaktifkan sebelum manusia mulai tinggal di sana," tambah dia.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, David Grinspoon, peneliti dari Planetary Science Institute di Amerika Serikat, mengatakan bahwa eksperimen China sangat simbolis dan menarik.
"Tentu saja, tumbuhan telah tumbuh di orbit Bumi, tapi ada suatu hal yang simbolis bahwa ini adalah tumbuhan yang pertama tumbuh di dunia lain," ujarnya kepada Newsweek.
Astronot di bulan (Foto: Wiki Images)
zoom-in-whitePerbesar
Astronot di bulan (Foto: Wiki Images)
Ia menambahkan bahwa meski eksperimen itu menunjukkan potensi menumbuhkan tumbuhan di Bulan atau tempat lain selain Bumi. Meski begitu, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk bisa membuat sebuah teknologi biosfer menopang usaha kolonisasi luar angkasa.
"Meski sebagaimana kita ketahui bahwa tumbuhan tidak bisa pergi ke Bulan atau Mars tanpa kita, umat manusia tidak bisa hidup di Mars tanpa tumbuhan dan banyak organisme lainnya," kata Grinspoon.
ADVERTISEMENT
"Saya rasa pengembangan biosfer untuk tempat tinggal manusia di luar angkasa, masih sulit untuk dikembangkan. Kita masih harus mendalami kehidupan dan faktor saling ketergantungannya sebelum kita bisa membuat biosfer yang bisa secara mandiri menopang kehidupan di dalamnya."