Pria Gay dan Biseksual Dilarang Donor Plasma Darah untuk Pasien Virus Corona

5 Mei 2020 8:30 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah pejalan kaki mengenakan masker saat berjalan di London, Inggris. Foto: AFP/ISABEL INFANTES
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah pejalan kaki mengenakan masker saat berjalan di London, Inggris. Foto: AFP/ISABEL INFANTES
ADVERTISEMENT
Inggris tengah menguji coba plasma darah pasien yang sembuh dari COVID-19 sebagai obat untuk melawan penyakit yang disebabkan virus corona SARS-CoV-2 tersebut. Oleh karena itu, beberapa pasien sembuh di Inggris mulai menyumbangkan plasma darahnya untuk uji coba tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun kebijakan ini ternyata mengecualikan pria gay dan biseksual. Pria dengan orientasi seksual itu dilarang ikut menyumbangkan plasma darahnya, karena dianggap berisiko lebih tinggi tertular infeksi tertentu melalui hubungan seks.
Seorang manajer perawatan kritis, Andy Roberts, mengaku tawarannya untuk mendonorkan plasma darah ditolak setelah ia ditanya tentang orientasi seksualnya. Ia lantas dianggap tidak memenuhi syarat karena menjalani hubungan sesama jenis.
Pasangan Roberts, Keith Ward, mengatakan kepada ITV News bentuk diskriminasi ini menunjukkan bahwa menjadi gay di Inggris masih dianggap sebagai semacam kontaminasi.
Petugas medis membawa pasien virus corona dari ambulans menuju rumah sakit S Thomas di London, Inggris. Foto: REUTERS/Hannah McKay
“Jadi jika Anda heteroseksual dan tidur dengan orang yang berbeda setiap akhir pekan itu lebih aman (menurut aturan),” keluh Ward, dikutip dari Newsweek.
Dalam pedoman terbaru terkait donor plasma darah yang ditetapkan Departemen Kesehatan Inggris dan dilaksanakan NHS (National Health Service) Blood and Transplant, menyatakan bahwa meskipun pria gay dan biseksual tidak secara otomatis dilarang untuk menjadi donor, namun mereka harus menunggu selama tiga bulan setelah aktivitas oral atau seks anal dengan pria lain untuk mendonorkan plasma darahnya.
ADVERTISEMENT
Masa tunggu tiga bulan ini disebut bertujuan mengurangi risiko infeksi yang baru saja didapat dan tidak terdeteksi pada skrining dan tes lebih lanjut. Pedoman tersebut mencantumkan alasannya, bahwa pada tingkat suatu populasi, pria yang berhubungan seks dengan pria berisiko lebih tinggi tertular infeksi tertentu melalui hubungan seks.
Pedoman tersebut menambahkan: “Aturan ini berlaku untuk setiap pria, terlepas dari orientasi seksual mereka, apakah mereka berada dalam hubungan yang stabil atau apakah mereka menggunakan perlindungan seperti kondom atau profilaksis pra pajanan (PrEP)."
"Ini benar-benar mengecewakan bahwa gay dan pria biseksual yang ingin membantu dalam perang melawan virus corona dicegah untuk melakukannya,” ujar Laura Russell, aktivitas kesetaraan di Inggris.
"Keputusan apakah orang harus dapat memberikan darah atau plasma harus didasarkan pada penilaian risiko individu, bukan pada orientasi seksual orang," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! Bantu donasi atasi dampak corona.