Pria Ini Disuntik 217 Kali Vaksin COVID-19 Selama 29 Bulan, Biar Kebal?

8 Maret 2024 16:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin saat pelaksanaan Vaksin Booster COVID-19 Kedua di Blok A Kantor Wali Kota Jakarta Timur pada Selasa (24/1). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin saat pelaksanaan Vaksin Booster COVID-19 Kedua di Blok A Kantor Wali Kota Jakarta Timur pada Selasa (24/1). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Para peneliti menjelaskan kasus langka seorang pria yang menerima 217 suntikan vaksin COVID-19 dalam kurun waktu 29 bulan. Alasannya, karena keinginan pribadi.
ADVERTISEMENT
Meski mendapat vaksin COVID-19 adalah cara terbaik untuk mencegah virus corona menginfeksi tubuh, tapi tidak ada satu pun dokter, ahli, bahkan organisasi kesehatan dunia yang merekomendasikan untuk divaksin lebih dari 200 kali dalam waktu sesingkat itu.
Dalam studi kasus yang terbit di jurnal The Lancet Infectious Diseases dijelaskan, seorang pria yang tidak disebutkan namanya berasal dari Magdeburg, Jerman, telah menerima ratusan vaksin COVID-19 selama 29 bulan terakhir dengan alasan keinginan pribadi.
Fakta ini dibongkar oleh seorang jaksa saat si pria menjalani sidang atas kasus penipuan. Kala itu, dia mengaku telah divaksin covid sebanyak 130 kali. Si pria lolos dari tuntutan pidana, tapi pengalamannya di vaksin covid ratusan kali telah menarik perhatian ahli imunologi. Ahli ingin mengetahui dampak dari banyaknya vaksin yang diterima pada tubuh pasien.
ADVERTISEMENT
“Ketika pada 2022, media memberikan tentang seorang pria dari Jerman yang menerima setidaknya 90 vaksinasi SARS-CoV-2, kami bertanya-tanya apa konsekuensi dari hipervaksinasi tersebut terhadap sistem kekebalan tubuh,” papar dr. Kilian Schober, penulis studi di akun media sosial X.
Ilustrasi vaksin corona. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
Tim peneliti lalu menghubungi jaksa dan dari sini mereka berhasil menghubungi pria berusia 62 tahun tersebut. Si pria setuju untuk menjalani tes kesehatan di Erlangen. Selain itu, tim juga diperbolehkan mengambil darah pasien selama periode pengecekan, termasuk tes covid.
Hasilnya, pasien memiliki jumlah sel efektor T yang besar terhadap SARS-CoV-2, bahkan lebih tinggi dibandingkan mereka yang telah divaksin tiga kali. Anehnya, pasien juga tidak mengalami efek samping apapun dari ratusan vaksin COVID-19 yang telah dia terima.
ADVERTISEMENT
“Subjek uji kami telah divaksinasi dengan total delapan vaksin berbeda, termasuk berbagai vaksin mRNA yang tersedia,” tambah Schober dalam sebuah pernyataan dilansir IFLScience.
“Pengamatan menunjukkan tidak ada efek samping nyata meski pasien telah melakukan hipervaksinasi yang luar biasa ini.”
Peneliti mengatakan, ini menjadi kasus yang sangat menarik kendati tidak banyak informasi yang bisa didapat dari satu laporan kasus saja. Selain itu, kecil kemungkinan ada orang yang mau divaksin ratusan kali dalam waktu setahun, mengingat besarnya risiko yang dihadapi.
“Laporan kasus kami menunjukkan bahwa hipervaksinasi SARS-CoV-2 tidak menyebabkan efek samping dan meningkatkan jumlah antibodi spesifik lonjakan dan sel T tanpa menimbulkan efek positif maupun negatif yang kuat pada kualitas intrinsik respons imun adaptif,” papar peneliti.
ADVERTISEMENT
“Meskipun saat ini kami tidak menemukan tanda-tanda infeksi SARS-CoV-2 pada pasien, tidak dapat diklasifikasi apakah hal ini ada hubungannya dengan rejimen hipervaksinasi. Yang pasti, kami tidak mendukung hipervaksinasi sebagai strategi untuk meningkatkan kekebalan adaptif.”