Pria Ini Tak Sengaja Temukan Mayat Usia Ribuan Tahun yang Tak Membusuk

6 September 2021 14:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mayat Foto: Ijcor
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mayat Foto: Ijcor
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1980-an, di tepi kota Wilmslow di Cheshire, Inggris, seorang pria terus menemukan potongan-potongan tubuh yang tampak awet dengan baik. Siapa sangka potongan-potongan tubuh yang ditemukan itu ternyata berusia lebih dari seribu tahun.
ADVERTISEMENT
Awalnya, Andy Mold--yang saat itu tengah mengumpulkan gambut dari rawa Lindow Moss--melihat sesuatu yang terlihat seperti bola kulit. Andy yang penasaran itu lalu mendekat dan menemukan benda mirip kepala manusia.
Mold masih tak sadar bahwa yang dia bawa-bawa itu ternyata kepala manusia betulan. Sampai dia mencucinya dan menemukan bola mata yang menatapnya dari dalam tengkorak tanpa rahang. Kepala itu terpelihara dengan baik, dengan kulit dan rambut serta bola mata yang masih utuh.
Ketika diperiksa polisi, tengkorak tersebut diyakini milik seorang wanita yang hilang dari daerah tersebut 20 tahun sebelumnya. Namun, setelah diusut, penemuan itu berusia lebih dari 1.600 tahun.
Setahun berlalu, Mold kembali menemukan bagian tubuh yang lain saat sedang mengumpulkan gambut. “Kami membersihkannya sedikit, lalu kami melihat kuku kaki,” cerita Mold soal temuan keduanya via Live Science. Menurut Mold, tubuh itu terlihat diawetkan lebih baik dari temuan pertama.
ADVERTISEMENT
Saat polisi dipanggil lagi, ditemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh pria itu, termasuk bukti trauma tumpul dan pencekikan. Temuan ini akhirnya menjadi kendali para arkeolog karena penanggalan karbon menempatkan tubuh ini berusia sekitar 2.000 tahun.

Kandungan Gambut menjadi penyebab utama

Dalam keadaan biasa, tubuh akan membusuk sepenuhnya bahkan sebelum kamu dapat merayakan hari kematian ke-100. Tapi bagaimana dengan mayat yang ditemukan Mold yang bisa terawetkan dengan baik begitu lama?
Gambut adalah jawabannya. Jenis tanah ini dibuat melalui dekomposisi bahan organik yang sebagian besar berasal bahan tanaman seperti lumut. Ketika lumut gambut (Sphagnum moss) terakumulasi cukup banyak di lahan basah untuk membentuk rawa, ia akan membentuk asam yang sangat bagus untuk mengawetkan tubuh.
ADVERTISEMENT
"Tanaman ini mengasamkan tanah sambil melepaskan senyawa yang mengikat nitrogen, menghilangkan area nutrisi," jelas pendidik Carolyn Marshall lewat situs video konferensi Ted Talk tentang penemuan tubuh yang dikenal dengan ‘Lindow Man’ atau manusia Lindow ini.
Ilustrasi lahan gambut. Foto: ANTARA FOTO/Najma Hafizdhah
Menurut Marshall, selain itu kondisinya juga didukung suhu dingin Eropa yang membuat sebagian besar mikroba tidak mungkin berfungsi. "Tanpa ada yang memecahnya, lumut mati menumpuk, mencegah oksigen masuk ke rawa. Hasilnya adalah sistem yang disegel secara alami. Bahan organik apa pun yang masuk ke rawa gambut hanya duduk di sana – seperti Manusia Lindow," kata Marshall.
Dengan kondisi mayat yang diawetkan dengan sangat baik ini, Marshall dapat mengidentifikasi dengan baik kalau Manusia Lindow dulunya memiliki badan yang sehat, berusia pertengahan 20-an serta berpotensi menjadi kaya karena tubuhnya menunjukkan sedikit tanda-tanda giat bekerja. "Kami bahkan tahu makanan terakhir Manusia Lindow – sepotong roti hangus yang masih belum tercerna," jelas Marshall.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, investigasi lebih lanjut tentang penyebab kematiannya terhambat tahun-tahun berikutnya. Karena ini, sulit untuk mengatakan apakah luka-luka yang ada ditimbulkan sebelum kematian atau karena tekanan saat dia terbaring di sana di gambut.
Namun, CT scan tubuh telah menunjukkan tanda-tanda pembengkakan di dalam otaknya. Ini mengindikasikan Manusia Lindow mungkin telah terbaring tak sadarkan diri selama beberapa jam sebelum kematian. Ada juga bukti lain yang menunjukkan kemungkinan ia telah menjadi bagian dari ritual pengorbanan – terlihat dari serbuk sari mistletoe di perutnya yang digunakan dalam ritual druidry, gerakan spiritual asal Inggris pada abad ke-18.