news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Prof Wiku: Belum Ada Bukti Mutasi Corona Lebih Ganas atau Berbahaya

7 Oktober 2020 18:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prof Wiku Adisasmito. Foto: BNPB
zoom-in-whitePerbesar
Prof Wiku Adisasmito. Foto: BNPB
ADVERTISEMENT
Virus corona penyebab COVID-19 telah mengalami ribuan kali mutasi dan membentuk rangkaian genom baru di seluruh dunia. Pada awal Januari, genom pertama dari SARS-CoV-2 hadir dengan nama Wuhan-1.
ADVERTISEMENT
Kini, diketahui ada 100.000 genom virus corona telah diambil sampelnya dari pasien COVID-19 di lebih dari 100 negara. Lalu, apakah virus corona menjadi lebih berbahaya dan mematikan setelah mengalami mutasi?
Menanggapi hal tersebut, Juru Bicara sekaligus Ketua Dewan Pakar Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Prof Wiku Adisasmito mengatakan, bahwa belum ada bukti bahwa mutasi virus ini lebih menular dibanding sebelumnya. Informasi tersebut ia dapatkan dari GISAID, Global Initiative on Sharing All Influenza Data.
“Presiden GISAID menyampaikan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa mutasi ini (viruus corona) lebih ganas atau berbahaya dan dianggap tidak mengganggu pengembangan vaksin,” kata Wiku dalam virtual meeting rutin dengan media asing terkait kondisi terkini penanganan corona di Indonesia, Rabu (7/10).
Ilustrasi virus corona China buatan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, CDC. Foto: Alissa Eckert, MS; Dan Higgins, MAM/CDC/via REUTERS
Indonesia sendiri telah melaporkan 34 sekuens genom virus corona kepada bank data influenza di dunia yang bertugas mengumpulkan semua virus flu tersebut. Dari 34 sekuens yang dikirim, 24 di antaranya dianalisis lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil penelitian mutasi genom, secara umum ciri virus corona yang ada di Indonesia hampir sama dengan yang menyebar di Asia. Sementara itu, total ada 9 isolat dari Indonesia yang terbukti memuat mutasi D614G.
“Hasil analisis pada 9 sekuens genom keseluruhan mengandung mutasi gen D614, yang diketahui mendominasi sekitar 78 persen virus Sars-CoV-2 secara global,” lanjutnya.
Ia menambahkan, penelitian lebih lanjut harus terus dilakukan dengan melakukan deteksi jenis virus-virus yg beredar di Indonesia. Hal tersebut berkaitan dengan proses pengembangan vaksin yang juga berdasarkan pada sekuens mutasi genom untuk mengetahui karakteristik virus.
“Selama proses pengembangan vaksin, studi sekuensing genom secara keseluruhan di setiap negara harus dilakukan secara rutin untuk mengetahui karakteristik virus ini. Hasil studi harus dilaporkan ke bank data virus pengaruh untuk analisis lebih lanjut,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Meski mutasi virus corona tidak menyebabkan virus menjadi lebih berbahaya, Prof Wiku menyarankan masyarakat agar tetap waspada hingga pandemi berakhir. “Dan, yang paling penting untuk memastikan gaya hidup disiplin baru dengan protokol rumah yang ketat terima kasih,” tegasnya.