Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Rahasia Kak Seto Bisa Petakilan kayak Jackie Chan di Usia 70 Tahun
8 Februari 2022 11:22 WIB
·
waktu baca 5 menit"Lemah dan tak bertenaga. Mulai rentan berkelana. Di balik rambut putihku. Kita pasti tua.”
Semua manusia pasti tua, seperti penggalan lirik lagu “Kita Pasti Tua” dari Fourtwnty. Tapi, kalau ditanya adakah orang yang bisa membantah setiap lirik lagu di atas? Jawabannya ada. Salah satunya adalah Kak Seto . Manusia 70 tahun yang tak lekang oleh waktu.
Usia Seto Mulyadi , atau yang akrab disapa Kak Seto, memang tidak muda lagi, tapi tidak dengan jiwa raganya. Sejak pertama kali dikenal masyarakat hingga sekarang, paras dan tingkah laku Kak Seto tetap sama. Seakan tak berubah. Rambutnya masih berponi khas anggota The Beatles dan perawakannya tetap bugar. Dia masih bisa melompat-lompat parkour, push up, hingga naik genteng rumah bak Jackie Chan yang tengah beraksi di film laga.
Meski sudah tua, orang-orang selalu memanggilnya kakak, bukan kakek, bapak, atau eyang. Tak sedikit pula orang menganggapnya sebagai ‘orang tua petakilan’. Kak Seto mengakui bahwa petakilan inilah yang menjadi kunci hidupnya tetap sehat di usia lanjut.
Untuk bisa petakilan di usia Kak Seto yang sekarang tak bisa diraih dengan hanya memejamkan mata, lalu berdoa, “Tuhan, berilah hamba kesehatan , jauhkan hamba dari segala penyakit.” Enggak sesederhana itu.
Sejak kecil Kak Seto sudah ‘babak belur’ karena petakilan, setidaknya itulah yang diakuinya. Di usia 4 tahun, Kak Seto kecil sudah bisa naik genting rumah, pacu sepeda lepas tangan lalu jatuh, hingga kepala bocor karena terjun bebas dari atas pohon. Ini pula yang menjadi alasan kenapa rambut Kak Seto selalu pakai poni. Itu bertujuan menutupi luka jahitan di kepala.
Kebandelan yang Kak Seto lakukan selalu beralasan dan ini masuk akal. Dia menyebutnya sebagai bagian dari menguji kemandirian, menguji kepercayaan diri dari ketakutan. Dari sinilah mental Kak Seto terbentuk hingga remaja dan tumbuh dewasa.
“Saya pun pernah merasakan situasi kehidupan yang lebih berat daripada itu. Saya pernah jadi gelandangan, jadi gembel, pemulung. Kemudian kuli pasar, tukang batu yang berkaitan dengan gerakan-gerakan keras. Nah, mungkin dinamika itu yang terus saya pertahankan dengan petakilan,” ungkap Kak Seto kepada kumparan.
Faktanya, petakilan tak hanya membuat Kak Seto lebih kuat secara mental, tapi juga menjadi lebih sehat secara fisik.
Sebelumnya Kak Seto pernah berucap bahwa dia memaknai petakilan sebagai aktivitas gerak, bukan malas-malasan atau jadi kaum rebahan. Aktivitas gerak ini dia lakukan dalam bentuk olahraga, seperti lompat-lompat, push-up, berenang hingga salto. Jangan dikira cuma olahraga ringan! Kak Seto mampu melompat minimal 50 kali, hingga push-up 70 sampai 80 kali non-stop, jauh di atas rata-rata lansia pada umumnya.
Lagi-lagi, ini semua tak bisa diraih dalam sekejap mata macam sangkuriang buat ratusan perahu dalam satu malam. Pola tersebut telah ditanamkan sejak kecil dan dilakukan setiap hari. Ini selaras dengan apa yang disampaikan dr. Michael Triangto, dokter spesialis kedokteran olahraga.
“Tadi sempat disinggung, Kak Seto itu masih bisa melakukan push-up dan lain sebagainya. Kalau tidak bisa dilakukan sejak muda, tidak mungkin tiba-tiba bisa dilakukan di usia lanjut.”
Hidupnya yang sehat ini ditunjang dengan asupan makanan yang sehat pula. Kak Seto bukan tipe orang yang sarapan gorengan dengan kopi dan rokok. Dia adalah seorang vegan. Sarapannya cuma jus murni buah dan sayur sebanyak 3 sampai 4 gelas. Siang dan malam makan sayuran, protein nabati, ditambah sedikit karbohidrat.
Dia juga bukan tipe orang yang suka begadang buat kerja atau nongkrong sampai tengah malam. Maksimal jam 22.00 sudah tidur, kemudian bangun jam 05.00 untuk salat lalu olahraga. Begitu terus setiap hari.
Selain pola hidupnya yang teratur, Kak Seto punya cara tersendiri untuk menjaga pikiran dan mentalnya tetap sehat. Resepnya hanya dua: Bernyanyi dan bersyukur. Bernyanyi di kala marah, bersyukur di kala susah.
Kak Seto menjadikan nyanyi sebagai media untuk meluapkan emosinya, ketimbang membentak, memukul atau mengeluarkan kata-kata ‘kebun binatang’ ke orang lain. Nyanyi juga menjadi alarm bagi anak-anaknya bahwa sang ayah sedang tidak baik-baik saja, misalnya; marah, stres, sedang banyak kerjaan.
“Biasanya, kalau pagi-pagi Ayah sebelum pergi terus Ayah nyanyi kenceng di kamar mandi, lagu Butet lah, lagu O Sole Mio yang kayak kenceng itu, merdu, tapi itu sebenarnya Ayah lagi banyak pikiran. Jadi pasti kita tahu kalau Ayah lagi banyak pikiran meluapkannya itu dengan nyanyi di kamar mandi,” ungkap Shelomita Kartika Putri Maharani atau akrab disapa Sasha, anak ketiga Kak Seto.
Sementara bersyukur selalu Kak Seto bawa di setiap langkah hidupnya. Ini yang membuat dia tak pernah stres atau mengeluh dengan apa pun yang Tuhan berikan. Dengan bersyukur, kata Kak Seto, kita akan lebih berterima kasih dengan apa yang kita dapat.
So, menerapkan pola hidup sehat sedini mungkin menjadi kunci petakilan Kak Seto di usia senja. Begitulah cara Kak Seto menjalani hidup.
Bagaimanapun, Kak Seto pada dasarnya sama seperti kita. Hidupnya enggak mulus-mulus amat. Dia pernah gagal. Banyak rencananya yang tertunda. Tapi dia bangkit, usaha dan kerja keras, sampai akhirnya menjadi panutan bagi masyarakat luas, terutama anak-anak dan lansia. Kak Seto adalah definisi sukses sehat lahir dan batin.