Ratusan Cacing Tanah Muncul di Solo, Benarkah Akibat Bahan Kimia Disinfektan?

22 April 2020 9:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ratusan cacing tanah menggeliat dan merembet penuhi sudut kota Solo. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ratusan cacing tanah menggeliat dan merembet penuhi sudut kota Solo. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Ratusan cacing tanah berukuran besar muncul dari dalam tanah di daerah Pasar Gede, Solo pada Sabtu (18/4) sekitar pukul 05.30 WIB. Peristiwa itu sontak menimbulkan kehebohan di tengah masyarakat. Banyak asumsi liar yang mengaitkan fenomena itu akibat bahan kimia disinfektan untuk mencegah virus corona.
ADVERTISEMENT
Dosen Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas Maret (UNS), Prabang Setyono menjelaskan, fenomena kemunculan cacing ke permukaan tanah di wilayah Solo bukan diakibatkan oleh proses kimia dari penyemprotan disinfektan. Ia melihat alasan tersebut tidak mendasar, karena kemunculan cacing tanah juga terjadi di tempat yang lain.
"Diasumsikan dampak dari disinfektan. Saya melihat bukti untuk menuju ke situ memang lemah. Karena lokasi-lokasi munculnya cacing itu, ternyata juga terjadi di Klaten, Sukoharjo, Boyolali, dan di daerah itu ternyata ada yang blindspot yang tidak disinfektan," katanya saat dihubungi kumparan, pada Selasa (21/4).
Prabang juga menjelaskan, jika diakibatkan oleh bahan kimia disinfektan untuk cegah virus corona, maka hewan-hewan tanah lain seperti kelabang, lipan, dan lainnya juga akan muncul ke permukaan tanah, tidak hanya cacing.
Ratusan cacing tanah menggeliat dan merembet penuhi sudut kota Solo. Foto: Istimewa
Selanjutnya, soal penyemprotan disinfektan juga masif terjadi di kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya dan lainnya. Dan di wilayah yang disebutkan tadi tidak ada fenomena serupa.
ADVERTISEMENT
"Kalau disebabkan oleh disinfektan, kenapa di kota-kota lain yang zona merah yang masif penyemprotannya tidak muncul cacing dari tanah. Kalau berasumsi, itu juga lemah," terangnya.
Prabang melihat kemungkinan besar kemunculan ratusan cacing dipicu akibat fenomena alam yang tidak biasa. Sebab, fenomena ini baru terjadi pada 2020 ini, dan tidak muncul pada tahun lalu. Anomali alam ini membuat perubahan drastis yang mendadak pada habitat cacing.
"Jadi penurunan kelembapan tanah yang drastis, karena suhu tanah naik. Sehingga cacing akan keluar. Karena cacing itu hewan yang sensitif butuh kelembapan sekitar 15 sampai 30 persen, karena itu tidak tercapai, maka cacing akan keluar untuk mencari perlindungan," ungkapnya.
"Kenapa yang lain tidak keluar, mungkin sensifitasnya beda dengan cacing. Penyebabnya ini masa transisi dari penghujan kemarau, fluktuasinya tinggi yang membuat proses adaptasi butuh ekstra," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Hal yang sama diungkap oleh peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hari Nugroho. Menurut Hari, dalam perubahan musim saat ini, atau disebut pancaroba, biasanya hewan akan melakukan migrasi. Sebab, kemungkinan habitat mereka saat ini sudah tidak lagi sesuai.
"Bisa jadi hanya peristiwa biasa perpindahan habitat, dari tempat lama untuk mencari tempat yang lebih nyaman. Apalagi ada perubahan lingkungan, pancaroba, kita sudah mendekati musim kemarau setelah musim hujan. Memang sebenarnya migrasi satwa umum, ketika belalang banyak mencari tempat yang lebih bagus lagi. Kalau terjadi terus menerus, maka butuh kajian mendalam," jelasnya.
Hari mengaku pernah melihat peristiwa yang sama beberapa tahun lalu. Saat itu, ia menemukan banyak cacing keluar diakibatkan migrasi untuk mencari tempat yang nyaman.
Ilustrasi cacing tanah. Foto: Natfot via Pixabay
Cacing kerap kali keluar dari tanah yang disebabkan oleh hujan. Air hujan yang turun menimbulkan getaran yang membuat cacing tidak nyaman, maka akan bermigrasi ke tempat lain. Perubahan suhu dan kelembapan juga menjadi faktor yang membuat cacing tidak nyaman.
ADVERTISEMENT
"Dua tahun lalu, salah satu sekolah di Jakarta pernah hubungi saya. Waktu itu, cacing bermunculan di seputaran kolam renang, kemudian sudah tidak ada. Ya memang hanya migrasi saja," pungkasnya.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.