Remaja 13 Tahun Alami Borok Kelamin, Diduga Terkait Infeksi Corona
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seorang gadis berusia 13 tahun harus menjalani operasi labia karena ulkus alias borok di alat kelaminnya. Dokter yang menangani gadis tersebut mengatakan bahwa luka basah tersebut kemungkinan berkaitan dengan infeksi virus corona .
ADVERTISEMENT
Gara-gara borok di vagina tersebut, remaja tersebut kesulitan untuk buang air kecil dan berjalan. Dokter mengatakan bahwa kasus ini diyakini sebagai yang pertama dalam kaitan infeksi virus corona dengan alat kelamin.
Awalnya, remaja tersebut pertama kali mengunjungi rumah sakit karena muncul luka di alat kelaminnya. Luka tersebut muncul tiga hari setelah ia mengalami demam, sakit tenggorokan, menggigil, serta kehilangan indera perasa.
“Lamanya proses penyembuhan yang paling membuat frustrasi, belum lagi dengan rasa sakit yang terus berlanjut saat buang air kecil. Dia juga mengalami banyak masalah saat berjalan atau bergerak karena rasa sakit," kata ibu remaja tersebut, seperti dikutip Insider.
Berdasarkan pemeriksaan, remaja tersebut tidak melakukan hubungan seks dan mendapat hasil negatif untuk semua kondisi selain COVID-19. Alhasil, dokter mengirimnya pulang dengan meresepkan krim steroid dan krim mati rasa topikal.
ADVERTISEMENT
Setelah menjalani perawatan dengan obat tersebut, tapi boroknya terasa sangat sakit sehingga ia kesulitan mengoleskan krim. Akhirnya dokter menukarnya dengan obat steroid oral.
Pada akhirnya, gadis tersebut harus harus dirawat di rumah sakit selama dua minggu. Obat yang dikonsumsinya adalah steroid oral dan menggunakan steroid topikal untuk mengatasi rasa sakit di area genital.
Saat itulah dokter menyadari bahwa remaja tersebut harus dioperasi. Jika tidak dioperasi, sel darah merah akan menyumbat pembuluh darah dan secara permanen menghentikan aliran darah ke vagina.
Meski jarang terjadi, ulkus atau borok di kelamin dapat menyebabkan penggumpalan darah, karena ulkus membuat pembuluh darah di bawahnya meradang. Ketika terjadi peradangan, darah tidak dapat mengalir melalui vena dan menggumpal di satu tempat.
ADVERTISEMENT
Para dokter yang merawat remaja tersebut mengatakan mereka memilih untuk operasi karena luka bisa tidak hilang sendiri. Mereka harus melakukan pengangkatan secara manual.
Kini remaja tersebut telah sembuh dari operasi. Tidak ada bekas luka dan alat kelaminnya terlihat normal, serta tidak merasakan sakit lagi. Studi kasus ini diterbitkan di jurnal BMJ Case Reports pada Rabu (5/5).