Ribuan Peninggalan Arkeologis Ditemukan di Afghanistan, Apa Hikmahnya?

19 Desember 2017 18:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Peninggalan Arkeologis di Afghanistan (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Peninggalan Arkeologis di Afghanistan (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Berkat bantuan satelit mata-mata Amerika Serikat, ribuan peninggalan arkeologis yang sebelumnya hilang ditelan gurun pasir di Afghanistan, dapat ditemukan kembali oleh para peneliti tanpa perlu melakukan misi penjelajahan langsung ke negara yang sedang berada dalam konflik itu.
ADVERTISEMENT
Dilansir Live Science, gambar beserta data yang berhasil dikumpulkan oleh pesawat tanpa awak (drone) militer, satelit mata-mata serta satelit komersial itu sangat membantu para peneliti dari AS dan Afghanistan untuk menemukan ribuan peninggalan arkeologis di gurun pasir Afghanistan.
Kebanyakan hasil temuan para peneliti itu adalah bangunan peninggalan di Jalur Sutera, jalur perdagangan yang menghubungkan antara Timur dan Barat di masa lampau.
Penemuan tersebut dapat membantu para peneliti mempelajari peninggalan budaya dan kisah sejarah Afghanistan yang sempat hilang akibat konflik yang terjadi.
Jumlah Penemuan Arkeologis Mencapai 4.500 Objek
Proyek eksplorasi situs arkeologi di Afghanistan itu mendapat pembiayaan sebesar 2 juta dolar Amerika dari Departemen Luar Negeri AS.
Berkat adanya bantuan tersebut, sebagaimana yang disampaikan pada pertemuan American Schools of Oriental Research bulan lalu, jumlah penemuan arkeologis di Afghanistan meningkat tiga kali lipat, yakni jadi lebih dari 4.500 objek.
ADVERTISEMENT
Caravanserai hingga Sistem Kanal
Jenis penemuan tersebut bermacam-macam. Ada caravanserai yang merupakan semacam tempat peristirahatan rombongan dagang masa lampau sekaligus penanda suatu rute perjalanan, ada juga kanal-kanal kuno yang cukup sulit dilihat dari permukaan tanah, dan peninggalan lainnya.
Dilansir Science Mag, dari temuan tersebut para arkeolog melihat bahwa 119 caravanserai yang ditemukan membentuk suatu garis rute yang menghubungkan ibu kota Dinasti Safawiyyah, yakni Isfahan yang terletak di Iran, dengan Dinasti Mughal di India.
Setiap caravanserai yang diperkirakan dibangun pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17 itu memiliki jarak sekitar 20 kilometer dengan caravanserai lainnya.
Menurut Emily Boak, analis dari University of Chicago yang turut terlibat dalam proyek eksplorasi tersebut, setiap rombongan yang melewati caravanserai mengangkut banyak sutera, berlian, rempah-rempah, kayu dari India, dan porselen dari China.
ADVERTISEMENT
Ia juga menambahkan, banyaknya jumlah caravanserai yang dibangun oleh Dinasti Safawiyyah menunjukkan ambisi dari dinasti tersebut untuk memiliki pasokan yang stabil atas barang-barang tersebut.
Selain caravanserai buatan Dinasti Safawiyyah, ada juga 200 kanal yang diperkirakan dibangun pada masa Kekaisaran Parthia. Kekaisaran itu berkuasa pada tahun 247 Sebelum Masehi (SM) sampai 224 M. Sistem kanal tersebut diperkirakan pernah mengairi lahan pertanian selama satu milenium.
Toleransi dalam Tiga Bangungan di Satu Lokasi
Tak hanya itu, para peneliti juga berhasil menemukan bangunan-bangunan agama seperti Stupa Buddha, Kuil Api Zoroaster, serta tempat suci Hellenistik yang memiliki tulisan dalam bahasa Yunani Kuno dan bahasa Aram di suatu tempat yang sama. Dari temuan ini bisa disimpulkan bahwa pemeluk agama Zoroaster menoleransi tradisi lain.
ADVERTISEMENT
Toleransi yang terlihat dari berdirinya tiga bangunan kuno berbeda itulah yang tidak tergambar di negeri Afghanistan saat ini. Kini, banyak peninggalan arkeologis di Afghanistan yang justru hancur akibat konflik berkepanjangan yang terjadi di sana.