Riset: Konsep ‘Kejantanan’ Tingkatkan Risiko Kanker pada Pria

31 Januari 2019 17:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pria kerap kali dituntut untuk bersikap jantan. (Foto: NeuPaddy via PIxabay)
zoom-in-whitePerbesar
Pria kerap kali dituntut untuk bersikap jantan. (Foto: NeuPaddy via PIxabay)
ADVERTISEMENT
Terlahir sebagai seorang pria berarti terlahir sebagai manusia yang jantan, tidak pernah mengeluh, dan harus mampu menahan rasa sakit. Demikianlah konsep “kejantanan” yang dibebankan kepada para pria. Bila pria tidak mampu memenuhi konsep sosial ini, maka ia akan dianggap lemah.
ADVERTISEMENT
Pantangan bagi pria untuk mengakui kalau ia merasakan sakit dalam konsep “kejantanan” ini ternyata memiliki efek negatif pada kesehatan pria. Menahan rasa sakit membuat pria cenderung lebih menyepelekan rasa sakit dan tidak memeriksakan kesehatannya. Hal ini pun membuat tingkat risiko kanker pada pria cenderung lebih tinggi.
Sebuah makalah ilmiah yang dipublikasikan di jurnal Diversity and Equality in Health and Care pada 2017 menunjukkan bahwa konsep “kejantanan” merupakan salah satu penyebab tingginya risiko kanker pada pria karena mereka tidak mau memeriksakan diri.
“Penelitian menunjukkan bahwa pria memiliki kesadaran yang rendah akan faktor-faktor risiko kanker prostat dan perilaku meminta bantuan ada pria (mengakui adanya masalah kesehatan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan) dipengaruhi oleh budaya tertentu. Gagasan maskulinitas mencegah mereka untuk mencari pertolongan,” tulis para peneliti dalam makalah tersebut.
ADVERTISEMENT
Riset ini sendiri dilakukan oleh Nasreen Ali dari Institute for Health Research, University of Bedfordshire, bersama dengan rekan-rekannya di Inggris.
Ilustrasi penderita kanker prostat (Foto: lawankanker.org)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penderita kanker prostat (Foto: lawankanker.org)
Ternyata, menurut para ahli dari Parkway Cancer Centre (PCC) di Singapura, fenomena yang sama juga ditemukan pada pria-pria Asia. Konsep “kejantanan” membuat pria cenderung menjalani hidup yang tidak sehat dan mengabaikan kondisi kesehatannya.
Pria-pria yang mulai menunjukkan gejala sakit seperti letih berkelanjutan dan gangguan kemih cenderung mengabaikan tanda-tanda tersebut dan menganggapnya sebagai penyakit ringan.
Padahal, gejala tersebut bisa jadi merupakan pertanda kanker prostat, kanker yang berkembang di kelenjar prostat yang ada dalam sistem reproduksi lelaki. Dan gawatnya lagi, bagi penderita kanker prostat, waktu akan sangat berharga untuk memastikan penderita kanker bisa mendapat perawatan yang optimal.
ADVERTISEMENT
“Waktu adalah faktor kunci dalam perawatan kanker, tetapi kami justru sering mendapati pasien pria yang menunda pemeriksaan diri ke dokter hingga kanker mereka telah mencapai tahap lanjut,” kata Richard Quek, Konsultan Senior Bidang Onkologi Medis PCC, dalam acara konferensi persi di Jakarta, Kamis (31/1/2019).
“Semakin cepat kita mendiagnosis pasien, semakin baik pula prospek perawatan,” ujarnya.
Richard Quek, pakar onkologi medis. (Foto: Alfadillah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Richard Quek, pakar onkologi medis. (Foto: Alfadillah/kumparan)
Beberapa gejala kanker prostat yang perlu diwaspadai oleh pria adalah munculnya perubahan dalam pola saat buang air kecil, misalnya sulit memulai buang air kecil atau sulit berhenti, jadi lebih sering buang air kecil, alirannya lemah, muncul darah pada air seni, dan nyeri tulang.
Selain kanker prostat, pria juga memiliki kemungkinan untuk mengalami kanker penis meskipun lebih jarang ditemui. Kanker tersebut memiliki kesamaan dengan kanker serviks pada wanita karena disebabkan oleh human papillomavirus (HPV). Gejala kanker penis yang perlu diperhatikan adalah munculnya benjolan, ruam atau lecet yang tidak kunjung sembuh, dan pendarahan pada penis.
ADVERTISEMENT