Riset: Pengguna Vape 5 Kali Lebih Berisiko Kena Corona

13 Agustus 2020 9:24 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Vape. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Vape. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Sejumlah orang sering mengaitkan rokok elektrik atau vape sebagai alternatif pengganti rokok tembakau konvensional, karena dianggap lebih aman. Namun, tak ada yang menyangka, para pengguna vape ternyata berisiko tinggi tertular virus corona.
ADVERTISEMENT
Para ilmuwan telah melakukan riset untuk menjawab hal ini yang kemudian diterbitkan dalam Journal of Adolescent Health berjudul 'Hubungan Perokok Remaja, Penggunaan Rokok Elektronik, dan Penyakit COVID-19.' Hasil riset tersebut menunjukkan, pengguna vape lima kali lebih berisiko memiliki gejala terkena virus corona dari non perokok. Sementara perokok konvensional 7 kali lebih berisiko dari seseorang yang tidak merokok.
Ilustrasi vape Foto: AFP/Eduardo Munoz Alvarez
Selain itu, para pengguna vape sekaligus pengguna rokok konvensional risikonya 6,8 kali lebih besar dari non perokok.
"Temuan kami dari sampel remaja dan dewasa muda nasional menunjukkan, bahwa penggunaan rokok elektrik dan penggunaan keduanya (sekaligus) punya faktor risiko signifikan yang mendasari COVID-19, yang sebelumnya belum pernah ditunjukkan," tulis hasil riset tersebut dilansir Science Direct.
ADVERTISEMENT
Riset ini dilakukan untuk mencari hubungan antara perokok elektrik, konvensional dan COVID-19. Riset dilakukan lewat survei nasional terhadap remaja dan dewasa muda berumur 13-24 tahun di Amerika Serikat.
"Ketika pertama kali saya melihat cerita remaja dan dewasa muda secara tiba-tiba didiagnosis COVID-19, mereka benar-benar menjadi sakit karenanya. Salah satu hal yang ada di benak saya adalah 'wow' bisakah studi ini menjelaskan hal tersebut?" Kata Bonnie Halpern-Felsher, penulis senior studi tersebut dilansir The Verge.
Petugas kesehatan mengambil sampel darah warga saat Rapid Test COVID-19 di Taman Balai Kota Bandung, Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/Novrian Arbi

Remaja rentan corona

Penelitian tersebut beranjak dari adanya lonjakan penderita COVID-19 pada rentang usia muda. WHO sebelumnya mencatat, antara 24 Februari hingga 12 Juli 2020, dari 6 juta orang penderita COVID-19 dari seluruh dunia, 15 persen di antaranya terjadi pada kelompok orang dengan rentang usia 15-24 tahun.
ADVERTISEMENT
Padahal, sebelum 24 Februari, angkanya masih berada di 4,5 persen. Dirjen WHO sudah memperingatkan bahwa virus ini tak cuma rentan menular ke orang dengan usia lanjut, kelompok usia muda juga tak menutup kemungkinan terkena corona.
"Kami telah mengatakannya, dan kami akan ulang lagi, orang-orang muda bukan berarti tidak rentan (terkena virus) corona," ujar Tedros.