Riset Temukan Antibodi Penetral Corona Omicron dan Varian Lain di Masa Depan

31 Desember 2021 7:24 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus corona Omicron. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus corona Omicron. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
ADVERTISEMENT
Sebuah tim peneliti internasional berhasil mengidentifikasi antibodi yang dapat menetralkan virus corona varian Omicron dan varian lainnya. Antibodi ini menargetkan area spike protein virus corona yang tetap dan tidak berubah saat virus bermutasi.
ADVERTISEMENT
Menurut pemimpin studi sekaligus profesor biokimia di Fakultas Kedokteran Universitas Washington, David Veesler, antibodi ini dapat digunakan dalam vaksin dan perawatan antibodi. Ia menjelaskan, antibodi tersebut tidak hanya efektif terhadap varian Omicron, tetapi juga varian virus corona lain yang mungkin muncul di masa depan.
Temuan tersebut telah dipublikasi dalam jurnal Nature pada 23 Desember 2021.
Varian Omicron, yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan dan Botswana pada November 2021 lalu, tengah jadi perhatian dunia karena bikin tsunami kasus COVID-19 di negara yang mengidentifikasinya.
Ilustrasi virus corona Omicron. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
Varian Omicron memiliki 37 mutasi pada spike protein – semacam duri di tubuh virus corona yang digunakan untuk menempel dan menyerang sel manusia. Jumlah mutasi yang tinggi tersebut diperkirakan menjadi penyebab mengapa varian Omicron dapat menyebar begitu cepat, menginfeksi orang yang telah divaksinasi dan menginfeksi kembali mereka yang sebelumnya telah terinfeksi.
ADVERTISEMENT
“Pertanyaan utama yang kami coba jawab adalah: bagaimana konstelasi mutasi pada spike protein varian Omicron ini memengaruhi kemampuannya untuk mengikat sel dan menghindari respons antibodi sistem kekebalan,” ujar Veesler.
Veesler dan tim penelitiannya menduga bahwa sejumlah besar mutasi pada varian Omicron dihasilkan dari infeksi berkepanjangan pada seseorang dengan sistem kekebalan yang lemah. Varian Omicron juga mungkin dihasilkan dari infeksi antar-spesies – di mana virus corona dari manusia menginfeksi spesies hewan dan kembali lagi ke manusia.
Untuk mengetahui efek dari mutasi varian Omicron, para peneliti merekayasa virus yang tidak dapat menular – disebut pseudovirus – dengan spike protein mirip Omicron. Mereka kemudian membandingkannya dengan varian virus corona paling awal yang diidentifikasi.
ADVERTISEMENT
Para peneliti kemudian mengamati seberapa baik spike protein pseudovirus Omicron mengikat reseptor ACE2 – protein pada permukaan sel manusia yang digunakan virus untuk menginfeksi. Mereka pun membandingkan hasilnya dengan kemampuan spike protein varian awal.
Para peneliti menemukan, spike protein varian Omicron mampu mengikat 2,4 kali lebih baik daripada spike protein virus corona original. Peneliti juga menemukan bahwa varian Omicron mampu mengikat reseptor ACE2 tikus secara efisien – menunjukkan bahwa Omicron mungkin muncul dari infeksi antar-spesies antara manusia dan mamalia lain.
“Itu bukan peningkatan yang besar,” kata Veesler, “tetapi dalam wabah SARS pada 2002-2003, mutasi pada protein lonjakan yang meningkatkan afinitas dikaitkan dengan transmisibilitas dan infektivitas yang lebih tinggi.”
Para peneliti kemudian menganalisis seberapa baik antibodi dari infeksi varian corona sebelumnya merespons varian Omicron. Mereka melakukan hal tersebut dengan menggunakan antibodi dari tiga jenis relawan: pasien yang pernah terinfeksi dengan virus corona varian sebelumnya, orang yang sudah divaksinasi, dan pasien yang telah terinfeksi dan kemudian divaksinasi.
ADVERTISEMENT
Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa antibodi dari orang-orang yang telah terinfeksi virus corona jenis sebelumnya dan dari mereka yang telah divaksinasi, semuanya mengalami penurunan efektivitas memblokir infeksi.
Antibodi dari orang yang sebelumnya telah terinfeksi dan mereka yang telah menerima vaksin Sputnik V atau Sinopharm serta dosis tunggal Johnson & Johnson memiliki sedikit atau tidak ada kemampuan untuk memblokir – atau “menetralisir” – masuknya varian Omicron ke dalam sel, menurut riset tersebut.
Adapun antibodi dari orang yang telah menerima dua dosis vaksin Moderna, Pfizer, dan AstraZeneca mengalami penurunan kemampuan menetralisir varian Omicron 20 hingga 40 kali lipat.
Di sisi lain, antibodi dari orang yang telah sembuh dan kemudian mendapat dua dosis vaksin juga mengalami penurunan kemampuan menetralisir varian Omicron. Meski demikian, penurunannya hanya sekitar lima kali lipat saja. Ini merupakan bukti jelas bahwa vaksinasi setelah infeksi bermanfaat untuk melindungi orang dari varian Omicron, kata ilmuwan.
Ilustrasi virus corona Omicron. Foto: Shutterstock
Para peneliti juga menemukan bahwa antibodi dari sekelompok pasien dialisis ginjal yang telah menerima booster dengan dosis ketiga dari Moderna dan Pfizer hanya menunjukkan penurunan kemampuan menetralisir sekitar 4 kali lipat.
ADVERTISEMENT
"Ini menunjukkan bahwa dosis ketiga benar-benar membantu melawan omicron," kata Veesler.
Selain vaksin, para peneliti juga menganalisis keampuhan perawatan antibodi monoklonal dalam melawan varian Omicron.
Hampir semua perawatan antibodi monoklonal tidak mampu mempertahankan kemampuan penetralisirnya untuk melawan Omicron. Para peneliti menemukan hanya satu antibodi monoklonal bernama Sotrovimab yang mengalami penurunan penetralan dua hingga tiga kali lipat saja.
Meski demikian, ketika para peneliti menguji panel antibodi yang lebih besar yang dihasilkan dari versi virus corona sebelumnya, mereka menemukan empat kelas antibodi yang mampu mempertahankan kemampuan mereka untuk menetralkan Omicron.
Menurut peneliti, anggota dari masing-masing kelas antibodi tersebut menargetkan satu dari empat area spesifik di spike protein yang ada di varian SARS-CoV-2 dan sarbecovirus. Para peneliti berhipotesis, kemampuan penetralan mereka dapat bertahan karena mereka menargetkan spike protein yang tetap dan tidak berubah saat virus bermutasi.
ADVERTISEMENT