Riset Terbaru Sebut Kelelawar Sumber Virus Corona di China

31 Januari 2020 7:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus corona China buatan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, CDC. Foto: Alissa Eckert, MS; Dan Higgins, MAM/CDC/via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus corona China buatan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, CDC. Foto: Alissa Eckert, MS; Dan Higgins, MAM/CDC/via REUTERS
ADVERTISEMENT
Sejumlah riset terus mencari sumber wabah virus corona jenis baru (novel) yang pertama kali mewabah di Kota Wuhan, China, sejak Desember 2019. Pada riset yang diterbitkan di Journal of Medical Virology pada 22 Januari 2020, peneliti menyimpulkan bahwa novel coronavirus kemungkinan berasal dari ular. Namun, riset terbaru mengatakan novel coronavirus berasal dari kelelawar.
ADVERTISEMENT
Dalam riset terbaru yang dirilis di jurnal medis Lancet pada Rabu, 29 Januari 2020, para ilmuwan meneliti urutan genetik novel coronavirus, lalu mencocokannya dengan setiap virus corona yang dikenal, dan sejauh ini datanya konsisten dengan virus yang biasanya dibawa kelelawar. Riset ini dilakukan oleh Profesor Guizhen Wu dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China.
Mamalia bersayap ini menjadi reservoir (inang) beberapa virus mematikan, seperti Marburg, Nipah, Hendra, yang telah menyebabkan penyakit pada manusia dan wabah di Uganda, Malaysia, Bangladesh, dan Australia. Kelelawar juga disebut sebagai inang alami dari virus Ebola, rabies, SARS, dan MERS.
Ilustrasi kelelawar. Foto: pixabay
Sebagai catatan, SARS dan MERS masih disebabkan oleh virus corona, yang satu keluarga dengan novel coronavirus di Wuhan.
ADVERTISEMENT
Meskipun kelelawar sebagai inang, sering kali ada perantara yang terlibat dalam perjalanan virus ini. Luwak, misalnya, merupakan inang perantara SARS pada wabah tahun 2003. Sementara MERS yang muncul 2013 dibawa oleh unta.
Adapun dalam kasus virus Nipah yang bersumber dari kelelawar buah, penyakit yang disebabkan virus dapat menimbulkan berbagai gejala termasuk ensefalitis fatal atau radang otak. Virus ini menewaskan 17 orang di Kerala, India.
Petugas keamanan berjaga di sekitar Pasar Makanan Laut Huanan lokasi terdeksi Virus Corona di Wuhan, Hubei, China. Foto: AFP/HECTOR RETAMAL
Penelusuran sumber virus mengungkap, infeksi berasal dari jus getah pohon kurma yang telah terkontaminasi urin atau air liur kelelawar. Memang, banyak kelelawar yang biasa bertengger di pohon-pohon tempat penduduk setempat memasang keran untuk mengumpulkan getah yang enak.
“Kelelawar dikenal sebagai reservoir penting untuk virus yang muncul dan muncul kembali dengan potensi zoonosis,” ujar Dr. Stathis Giotis, ahli virologi di Departemen Penyakit Menular Imperial College London, dikutip dari CNN.
ADVERTISEMENT
Giotis menambahkan, ada kemungkinan wabah coronavirus jenis baru asal Wuhan disebabkan oleh kelelawar tapal kuda China, spesies kelelawar yang umum ditemukan di China.
Ilustrasi virus MERS. Foto: Shutter stock

Mengapa kelelawar menyebarkan virus mematikan?

Kelelawar adalah kelompok yang beragam, dengan lebih dari 1.300 spesies. Satu-satunya mamalia yang dapat terbang ini punya habitat yang beragam secara geografis, hidup di setiap benua kecuali Antartika. Dibandingkan dengan hewan darat, mereka memiliki umur yang lebih panjang dan banyak bertengger di dalam gua bersama jutaan kelelawar lainnya.
Pola hidup seperti itu memungkinkan populasi mereka berpotensi bersentuhan dengan lebih banyak virus. Sementara, kelelawar diketahui membawa virus mematikan, namun mereka tidak kelihatan sakit sama sekali, kecuali untuk virus rabies. Satu teori menyatakan bahwa kemampuan terbang kelelawar bisa menjadi proteksi diri dari virus.
ADVERTISEMENT
Terbang dapat meningkatkan metabolisme kelelawar. Pada skala evolusi, kemampuan ini dapat meningkatkan sistem kekebalan dan membuat kelelawar lebih toleran terhadap virus.
Ilustrasi kelelawar. Foto: pixabay
“Hipotesis saat ini di antara para ilmuwan adalah bahwa sistem kekebalan kelelawar telah diadaptasi selama berabad-abad evolusi karena kemampuan terbang mereka,” ujar Giotis.
Dalam studi tahun 2017, peneliti menemukan kelelawar memiliki lebih banyak virus berbahaya daripada spesies lain. Sampel penelitian terdiri dari 188 virus zoonosis dan ditemukan bahwa kelelawar membawa lebih banyak virus dibandingkan mamalia lainnya.
Terkait virus corona Wuhan yang tengah merebak, Giotis berhipotesis mengenai kemungkinan kelelawar sebagai dalangnya. Di tempat-tempat padat penduduk seperti China, penggundulan hutan dan urbanisasi membuat manusia lebih dekat dengan kelelawar dan hewan lain. Hal itu memungkinkan terjadinya penyebaran virus.
Infografik Waspada Virus Corona. Foto: Andri Firdiansyah Arifin/kumparan

Apakah virus corona Wuhan menyebar dari kelelawar?

Dari sebagian besar riset para ahli terkait novel coronavirus, pertanyaan ini yang menjadi titik berat: Apakah kelelawar merupakan inang alaminya?
ADVERTISEMENT
Masih terlalu dini untuk menyimpulkan kelelawar sebagai dalang utama wabah yang kini telah menewaskan 170 orang dan menginfeksi lebih dari 7.000 orang di China. Wabah awalnya ditelusuri berasal dari pasar yang menjual hewan hidup Huanan di Wuhan. Perwakilan Pusat Pengendalian Penyakit China mengatakan, meski data mengarah ke kelelawar sebagai sumber virus, satwa liar itu tidak ditemukan di Pasar Seafood Huanan.
Sebagai catatan, para ilmuwan China telah secara aktif mempelajari kelelawar dengan hati-hati mengingat mereka telah lama dianggap berpotensi menjadi titik awal pandemi berikutnya.
Dalam sebuah makalah yang diterbitkan tahun lalu, sekelompok ahli dari Wuhan Institute of Virology menuliskan: “Secara umum diyakini bahwa CoV (coronavirus) yang dibawa kelelawar akan muncul kembali dan menyebabkan wabah penyakit berikutnya.”
ADVERTISEMENT
“Dalam hal ini, China kemungkinan merupakan hotspot. Tantangannya adalah untuk memprediksi kapan dan di mana, sehingga kita dapat mencoba yang terbaik untuk mencegah wabah seperti itu,” tambah peneliti.