Riset Ungkap Bahaya Obat Steroid untuk Pasien Virus Corona

10 Februari 2020 13:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas medis menaiki ambulans di Wuhan di Provinsi Hubei, China. Foto: Chinatopix via AP
zoom-in-whitePerbesar
Petugas medis menaiki ambulans di Wuhan di Provinsi Hubei, China. Foto: Chinatopix via AP
ADVERTISEMENT
Dalam kurun waktu 24 jam, angka kematian akibat novel coronavirus meningkat hingga 93 jiwa, dari 813 menjadi 908 korban meninggal dunia per Senin (10/2). Sementara total kasus infeksi mencapai 40.554.
ADVERTISEMENT
Virus yang juga disebut 2019-nCoV ini telah menyebar ke setidaknya 28 negara. Berbagai negara langsung meningkatkan kesiapan penanggulangan wabah. Sejumlah pengobatan dan terapi juga diujicoba.
Baru-baru ini, nama steroid kembali muncul ke permukaan usai diterbitkannya artikel ilmuwan University of Edinburg di jurnal medis The Lancet. Saat wabah SARS merebak pada 2002-2003, dokter meresepkan steroid untuk mengurangi peradangan pada pasien. Lantas terungkap, bahwa steroid punya efek samping berbahaya, salah satunya kerusakan tulang.
Seperti dikutip dari Science Daily, peneliti University of Edinburg dalam tulisannya menegaskan, steroid juga tidak boleh digunakan pada pasien novel coronavirus. Steroid disebut memberikan sedikit manfaat bagi pasien dan bisa sangat membahayakan nyawa.
Petugas medis menggunakan pakaian pelindung memindahkan pasien kelompok pertama yang terkena virus corona ke Rumah Sakit Huoshenshan di Wuhan, Hubei, China. Foto: Xiao Yijiu/Xinhua via AP
Steroid sering digunakan oleh dokter untuk mengurangi peradangan, kondisi serupa terjadi pada paru-paru pasien novel coronavirus. Peradangan paru-paru juga dialami pasien yang terinfeksi SARS dan MERS.
ADVERTISEMENT
Namun di sisi lain, steroid juga merusak kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus dan infeksi lainnya. Para ahli mengatakan, konsumsi obat-obatan steroid bisa menyebabkan kerusakan yang signifikan bagi kesehatan tubuh.
Sebuah studi retrospektif pada sejumlah pasien kritis pengidap MERS mengungkap, hampir setengah dari kelompok pasien yang menerima steroid masih membutuhkan perawatan tambahan seperti bantuan pernapasan, obatan-obatan untuk meningkatkan tekanan darah, dan dialisis. Steroid yang diberikan ternyata membutuhkan waktu lebih lama untuk membasmi virus di dalam tubuh pasien.
Sementara studi lain menemukan bahwa steroid tak mempan untuk membunuh virus SARS-Cov. Peneliti mengamati virus masih bisa ditemukan pada pasien yang diberikan steroid, bahkan hingga tiga minggu setelah terinfeksi.
“Selama wabah coronavirus baru ini, dokter klinis dihadapkan dengan beberapa keputusan sulit terkait bagaimana menangani orang-orang yang telah terinfeksi. Setelah melihat dengan seksama bukti yang ada, kami menyarankan bahwa steroid tidak boleh digunakan untuk pengobatan cedera paru-paru yang disebabkan oleh virus baru ini,” ujar Dr. J. Kenneth Baillie, penulis utama artikel sekaligus konsultan akademik di Critical Care Medicine, University of Medicine.
ADVERTISEMENT
“Jika steroid digunakan, itu harus sebagai bagian dari uji klinis sehingga kami dapat mengetahui apakah itu membantu atau membahayakan pasien,” pungkasnya.