Riset Ungkap Manfaat Cegukan untuk Bayi, Apa Saja?

22 November 2019 8:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bayi minum susu formula. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi minum susu formula. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kebanyakan orang tua berpikir, cegukan pada bayi menandakan ada hal yang tidak normal terjadi pada buah hatinya. Mereka bahkan sampai melakukan hal-hal aneh untuk menghentikan cegukan yang dialami bayi mereka. Padahal, pakar menganjurkan untuk membiarkan bayi cegukan karena adanya sejumlah manfaat yang dapat mereka terima.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, sebuah studi yang diterbitkan di Clinical Neurophysiology mengungkapkan, cegukan dapat mendukung perkembangan otak pada bayi yang baru lahir. Cegukan disebut bisa memicu aliran sinyal otak yang membuat bayi belajar mengatur pernapasan.
“Alasan mengapa kita cegukan tidak sepenuhnya jelas, tetapi mungkin ada alasan perkembangan, mengingat bahwa janin dan bayi baru lahir begitu sering cegukan,” ujar Kimberley Whitehead, pemimpin riset dari University College London, seperti dikutip Medical Daily.
Faktanya, bayi mulai mengalami cegukan sejak di dalam rahim. Perkiraan menunjukkan, bayi pada masa-masa awal kehamilan menghabiskan 1 persen waktunya dengan mengalami cegukan, atau sekitar 15 menit setiap hari.
Ilustrasi bayi dalam pelukan Ibu. Foto: Thinkstock
Para peneliti menganalisis aktivitas otak pada 13 bayi baru lahir di bangsal neotanal. Tim peneliti menggunakan alat Elektroensefalografi (EEG) untuk mengamati otak setiap bayi. Alat sensor gerakan itu lantas ditempelkan pada bagian tubuh bayi untuk merekam aktivitas cegukan.
ADVERTISEMENT
Dari sini, peneliti menemukan bahwa cegukan menyebabkan kontraksi otot diafragma. Perubahan fisik ini memicu gelombang otak di korteks otak. Seiring berjalannya durasi pengamatan, muncul gelombang sinyal yang besar akibat adanya serangkaian cegukan.
Gelombang sinyal tersebut mengantarkan perintah ke otak untuk menghubungkan suara “hik” saat cegukan dengan aktivitas kontraksi otot diafragma.
“Aktivitas yang dihasilkan dari cegukan mungkin membantu otak bayi untuk belajar bagaimana memonitor otot-otot pernafasan sehingga pada akhirnya pernapasan dapat dikontrol secara sukarela dengan menggerakkan diafragma ke atas dan ke bawah,” kata Lorenzo Fabrizi, salah satu peneliti.
Ilustrasi bayi laki-laki Foto: Shutterstock
Menurutnya, ketika bayi lahir, sirkuit otak yang memproses kerja-kerja organ dalam tubuh belum sepenuhnya berkembang. Jadi, ketika bayi bisa belajar mengatur pernapasan lewat cegukan, hal itu menjadi tonggak perkembangan tubuh yang krusial.
ADVERTISEMENT
Pada studi sebelumnya, Fabrizi dan timnya menyimpulkan bahwa ketika bayi menendang dalam rahim, ia mungkin saja sedang membuat “peta mental” terkait tubuhnya sendiri. Studi terbaru ini mendukung temuan tersebut bahwa aktivitas tertentu di dalam rahim dan setelah kelahiran berkontribusi pada perkembangan koneksi otak pada bayi.
Sebaliknya, cegukan pada orang dewasa kerap dianggap menjengkelkan. Menurut Fabrizi, cegukan yang dialami orang dewasa bisa diasumsikan sebagai “sisa” dari masa sebagai janin ketika cegukan punya fungsi yang penting.