Riset: Virus Corona Bisa Rusak Sel Penghasil Sperma

4 Juni 2020 14:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi air mani dan sperma. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi air mani dan sperma. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Analisis sampel pasien virus corona SARS-CoV-2 di Wuhan, China, menemukan virus tersebut dapat merusak sel yang menghasilkan sperma. Riset gabungan peneliti dari China dan Amerika Serikat ini mengungkap adanya kerusakan pada testis pasien. Meski begitu, setelah penelitian lebih lanjut, jejak virus tidak terdeteksi pada sampel jaringan testis.
ADVERTISEMENT
Hal itu berarti virus merusak testis tanpa benar-benar menginfeksinya dengan cara mengikat enzim pada permukaan sel. Setelah menyusupi testis, virus corona kemudian dapat memperbesar dan menyerang sel-sel penghasil sperma.
Tetapi para peneliti mengatakan hampir tidak ada muatan genetik virus yang ditemukan dalam air mani dan sampel jaringan testis pasien. Hal itu menunjukkan infeksi yang terjadi bukan jenis infeksi menular seksual.
"Sumbangan sperma atau rencana fertilisasi dapat dipertimbangkan selama pemulihan untuk pasien COVID-19," tulis para peneliti, dalam makalah peer-review yang diterbitkan dalam European Urology Focus, dikutip dari South China Morning Post.
Pria dan kesuburan. Foto: pixabay
Ada perdebatan mengenai dampak potensial virus pada kesuburan pria sejak wabah pertama kali dilaporkan di Wuhan pada akhir tahun lalu. Beberapa penelitian telah mendeteksi kelainan hormon pria, tetapi dalam penelitian lain tidak ada jejak virus yang ditemukan pada sampel sperma pasien.
ADVERTISEMENT
Menurut penelitian lain sebelumnya di China, sekitar satu dari lima pria melaporkan “ketidaknyamanan skrotum” setelah tertular virus corona. Dan di AS, menurut laporan American Journal of Emergency Medicine, seorang pria berusia 42 tahun merasakan "rasa sakit menusuk terus-menerus yang berasal dari pangkal pahanya" dan kemudian ia dinyatakan positif COVID-19.
Dalam studi terbaru ini, sampel dari 11 pasien yang meninggal akibat COVID-19 di Wuhan dianalisis oleh tim yang dipimpin oleh Ming Zhou, seorang profesor di Tufts Medical Center di Boston, dan Dr Nie Xiu, dari Universitas Sains dan Teknologi Huazhong di Wuhan.
Mereka menguji gen virus dalam jaringan yang terlibat dalam produksi sperma dan testosteron, dan beberapa sampel juga dinilai untuk mengetahui kerusakan yang disebabkan oleh virus. Tetapi hanya satu sampel yang menunjukkan jejak virus dari pasien dengan viral load yang tinggi. Hasil itu bisa jadi karena virus itu hadir dalam darah bukan di jaringan testis.
ADVERTISEMENT
Namun, lebih dari 80 persen sampel menunjukkan kerusakan signifikan pada tubulus seminiferus, bagian testis tempat sperma dibuat. Sel-sel yang membentuk tabung kecil ini mengalami perubahan bentuk menjadi jauh lebih besar dari sel yang sehat. Beberapa juga rusak hingga produksi sperma bisa terpengaruh, kata para peneliti.
Mereka mengatakan tidak jelas bagaimana virus melakukan ini tanpa memasuki sel testis tetapi mencatat bahwa testis mengandung enzim yang dikenal sebagai ACE2, yang dapat diikat oleh virus corona menggunakan protein spike.
"Kami berspekulasi bahwa protein membran virus, seperti protein spike, dapat berperan dalam cedera," ujar peneliti.
Zhang Shuye, peneliti dari Pusat Klinik Kesehatan Masyarakat Shanghai di Universitas Fudan, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, berpendapat tidak ada bukti ilmiah langsung untuk teori bahwa virus dapat menyebabkan kerusakan tanpa benar-benar memasuki sel.
ADVERTISEMENT
Dia menggunakan enzim ACE2, yang memiliki peran penting seperti mengatur tekanan darah, sebagai contoh bagaimana ini bisa terjadi.
“Sejumlah besar strain virus dapat berikatan dengan ACE2 dan dapat mempengaruhi fungsi normalnya dan (ini) dapat menyebabkan kerusakan tipe sel tertentu yang bergantung pada enzim,” kata Zhang.
Ia menambahkan, kerusakan yang ditemukan dalam sampel penelitian juga bisa disebabkan oleh kerusakan sistem kekebalan tubuh.
Beberapa pasien COVID-19 yang sakit kritis menderita kegagalan multi organ, dan penelitian sebelumnya menduga ini bisa disebabkan oleh reaksi dari sistem kekebalan yang merusak.
Berdasarkan temuan mereka, tim Zhou menyimpulkan bahwa penelitian lebih lanjut harus dilakukan untuk menemukan cara untuk mengurangi risiko cedera testis selama infeksi penyakit COVID-19.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
ADVERTISEMENT