Sakit Perut Jadi Gejala Baru COVID-19, Ini Penjelasannya

8 September 2020 14:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga melewati mural yang berisi pesan waspada penyebaran virus Corona di kawasan Tebet, Jakarta. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Warga melewati mural yang berisi pesan waspada penyebaran virus Corona di kawasan Tebet, Jakarta. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/Reuters
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, dr. Erlang Samoedro mengatakan, sakit perut atau diare sebagai gejala baru COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona SARS-CoV-2. Ini berdasarkan analisis terhadap pasien dalam beberapa waktu terakhir.
ADVERTISEMENT
“Biasanya, gejala demam, batuk, pilek, dan sekarang mulai ada gejala sakit perut atau diare,” kata Erlang saat diskusi virtual di Graha BNPB, Senin (7/9).
Atas dasar ini, Erlang mengimbau orang-orang yang menunjukkan gejala sakit perut untuk memeriksakan diri ke layanan kesehatan, terlebih jika tinggal atau baru saja bepergian ke zona merah COVID-19.
Dijelaskan lebih rinci oleh Vincent Ho, dosen senior dan ahli gastroenterologi klinis di Western Sydney University, pasien COVID-19 memang sangat mungkin mengalami sakit perut atau diare, terlebih bagi mereka memiliki riwayat penyakit usus.
Saat memasuki tubuh manusia, virus corona akan menempel pada reseptor protein yang disebut ACE2. Protein ini dapat dijumpai di paru-paru, hidung, jantung dan usus. Ketika virus corona berhasil disingkirkan di paru-paru, mereka bisa hidup lebih lama di usus beberapa pasien selama berhari-hari.
Ilustrasi sakit perut. Foto: Getty Images
Berdasarkan survei yang dilakukan pada 25.000 pasien COVID-19, peneliti menemukan sekitar 18 persen pasien mengalami gejala gastrointestinal. Gejala paling umum adalah sakit perut atau diare yang diikuti mual dan muntah. Sedangkan analisis terbaru pada 200 pasien corona bergejala ringan di tiga rumah sakit di Hubei, China, menemukan bahwa 1 dari 5 pasien mengidap gangguan pencernaan, seperti diare, muntah, dan sakit perut.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, sakit perut masih dianggap sebagai gejala yang jarang dialami oleh pasien corona. Dalam penelitian lain, hanya sekitar 2 persen COVID-19 yang mengalami sakit perut. Sementara beberapa orang percaya COVID-19 menyebabkan sakit perut melalui peradangan dari saraf usus.
Sejauh ini, otoritas kesehatan AS Centers for Disease Control (CDC) telah memasukan diare, mual, dan muntah sebagai bagian dari gejala virus corona. Australia juga melakukan hal sama, di mana diare, mual, dan muntah dimasukkan menjadi gejala corona. Kendati sakit perut tidak terdaftar di dalamnya. Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) belum mencantumkan diare sebagai gejala COVID-19.
Antrean warga di stasiun stasiun Bogor. Foto: Adek Berry/AFP

Berapa besar kemungkinan pasien COVID-19 mengalami diare atau sakit perut?

Menurut Vincent, dalam mendiagnosis pasien biasanya dokter menggunakan konsep probabilitas pra-test untuk memperkirakan penyakit apa yang diidap pasien sebelum hasil tes keluar. Yang menyulitkan adalah ketika konsep probabilitas ini diterapkan untuk penyakit COVID-19. Alasannya karena kita tidak tahu berapa banyak masyarakat yang benar-benar mengidap penyakit tersebut.
ADVERTISEMENT
“Kami tahu COVID-19 di Australia jauh lebih jarang daripada di banyak negara lain. Ini memengaruhi cara kita melihat gejala yang biasanya tidak terkait dengan COVID-19,” tulis Vincent dalam The Conversation.
Artinya, gejala sakit perut bisa saja terjadi pada pasien corona. Vincent menyarankan mereka yang mengalami sakit perut disertai gejala umum batuk, sesak napas, dan demam, serta pernah melakukan kontak dengan pasien COVID-19, untuk melakukan tes deteksi virus corona.
“Jika kamu baru saja mengalami gejala gastrointestinal, dan berada di zona merah virus corona atau bekerja di industri berisiko tinggi terpapar virus, kamu mungkin harus melakukan tes,” tulisnya.
Vincent menambahkan, tetap waspada dan konsultasikan segala gejala berisiko dengan dokter. Dokter akan menentukan apa selanjutnya harus kamu lakukan.
ADVERTISEMENT