Salip Korea Selatan, Angka Kematian COVID-19 Indonesia Tertinggi Kedua di Asia

4 April 2020 11:04 WIB
comment
38
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah petugas membawa peti mati jenazah korban penyakit COVID-19 di Taman Pemakaman Umum (TPU), Jakarta, Selasa (31/3/). Foto: Reuters/Willy Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah petugas membawa peti mati jenazah korban penyakit COVID-19 di Taman Pemakaman Umum (TPU), Jakarta, Selasa (31/3/). Foto: Reuters/Willy Kurniawan
ADVERTISEMENT
Jubir penanganan COVID-19, Achmad Yurianto, mengumumkan ada 1.986 kasus positif virus corona di Indonesia pada Jumat (3/4). Artinya, ada penambahan 194 kasus baru dari hari sebelumnya yang mencapai 1.790 kasus.
ADVERTISEMENT
Yang menjadi sorotan, pandemi virus corona telah merenggut nyawa 181 orang di Indonesia, saat jumlah orang yang terinfeksi masih di bawah 2.000 kasus. Capaian buruk ini mengungguli Korea Selatan dengan 10.062 kasus terjangkit dengan 174 kematian yang dilaporkan.
Kala berhasil menyalip jumlah kasus kematian Negeri Ginseng untuk kasus COVID-19, saat itu pula Indonesia dinobatkan sebagai negara Asia kedua dengan case fatality rate tertinggi setelah China sebagai muasal wabah. Angka kematian akibat COVID-19 di Indonesia kini berada di atas 9 persen.
Kebijakan mengunci wilayah selama ancaman wabah masih berlangsung atau lockdown jelas bukan opsi pemerintah. Sebab pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar telah dipilih Presiden Jokowi sebagai langkah menekan laju penambahan kasus baru COVID-19 di Indonesia. Jokowi berdalih, kebijakan lockdown tak berpihak pada masyarakat menengah bawah.
ADVERTISEMENT
Indonesia diprediksi bakal lockdown
Selain Filipina dan India, Indonesia disebut-sebut bakal menjadi episentrum baru wabah virus corona. Alasannya selain merupakan negara dengan populasi terpadat keempat di dunia, Nomura Holdings Inch menyebut infrastruktur perawatan kesehatan di Indonesia punya rapor merah. Belum lagi, fakta soal tenaga medis yang kekurangan alat pelindung diri (APD) tak bisa terbantahkan.
Dilansir Bloomberg, perusahaan Jepang yang bergerak di sektor finansial itu memprediksi, lonjakan kasus baru virus corona di Indonesia memaksa pemerintah menerapkan lockdown di bulan ini untuk jangka waktu yang lama.
Penutupan jalan protokol kota Tegal, Jawa Tengah sebelum Lockdown Lokal. Foto: ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
“Kami pikir Indonesia adalah yang paling lambat dalam mengambil tindakan tegas sehingga penanggulangan wabah di perbatasannya juga paling berisiko terhambat, ini akan berdampak buruk pula pada ekonomi yang lebih besar,” ujar analis Nomura Sonal Varma.
ADVERTISEMENT
Mereka menduga jumlah kasus terinfeksi virus corona bisa jadi jauh lebih tinggi dari yang dilaporkan pemerintah saat ini. Dengan kata lain, Nomura meragukan kapasitas tes COVID-19 di Indonesia.
Pihak Nomura juga mengungkapkan kekhawatiran soal tingginya lonjakan transmisi lokal dari COVID-19 yang dipicu oleh aktivitas mudik masyarakat Indonesia jelang lebaran. Apabila ini dibiarkan, besar kemungkinan penyakit menular tersebut juga akan menyebar luas ke daerah-daerah di Indonesia.
****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!