Sederet Manfaat Puasa Menurut Ahli Gizi

9 Mei 2019 11:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana buka puasa bersama di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana buka puasa bersama di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Sejak Senin, 6 Mei lalu, jutaan umat muslim di seluruh dunia menyambut datangnya Ramadhan. Mereka mulai menjalankan ibadah puasa, menahan haus dan lapar dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari, dengan tujuan memperdalam ketakwaan kepada Tuhan.
ADVERTISEMENT
Sejak sekitar 1.400 tahun lalu, umat Islam telah diperintahkan untuk berpuasa di bulan Ramadhan. Sebelum umat Muslim, orang Yunani kuno juga sudah melakukan puasa demi kesehatan. Sekarang, banyak ahli yang juga menyarankan banyak orang berpuasa agar merasakan manfaatnya bagi kesehatan fisik dan mental.
Al Jazeera melaporkan bahwa mengurangi asupan makanan di siang hari bisa membantu mengatasi beberapa masalah kesehatan. Di antaranya adalah kolesterol tinggi, penyakit jantung, dan obesitas. Bahkan berpuasa juga bisa meningkatkan kesehatan mental dan kondisi tubuh.
Ahli gizi Claire Mahy mengatakan bahwa dengan tidak mengonsumsi makanan, tubuh kita bisa berkonsentrasi mengeluarkan racun dari tubuh. Selain itu, saluran pencernaan tubuh juga mendapat kesempatan beristirahat.
"Puasa memberi usus kita kesempatan untuk membersihkan dan memperkuat lapisannya. Puasa juga menstimulasi proses yang disebut autofagi, yakni di mana sel-sel tubuh membersihkan diri mereka sendiri dan membuang partikel yang rusak serta berbahaya," ujarnya, dilansir Al Jazeera.
Masyarakat beristirahat di Masjid Istiqlal, Jakarta. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Selain itu pada 2012, Michael Mosley, penulis dan jurnalis kesehatan, telah mengeluarkan acara dokumenter tv berjudul Eat, Fast and Live Longer. Ia juga menerbitkan buku berjudul The Fast Diet. Keduanya berdasarkan pada konsep berpuasa.
ADVERTISEMENT
“Dalam The Fast Diet, saya menganjurkan suatu jenis berpuasa yang disebut ‘makan dibatasi oleh waktu’,” kata Mosley kepada Al Jazeera.
“Diet ini hanya memperbolehkan makan dalam kurun waktu tertentu, mirip dengan puasa yang dilakukan umat Muslim saat Ramadhan. Manfaatnya adalah meningkatkan kualitas tidur dan membuktikan penurunan risiko pada sejumlah kanker, khususnya kanker payudara,” lanjut dia.
Mosley menambahkan bahwa puasa juga membantu melindungi sel otak dan bisa menurunkan depresi serta kegelisahan. Bahkan bisa menurunkan risiko demensia. Selain itu, ada juga temuan bahwa orang yang melakukan puasa dengan baik bisa membantu mereka mengurangi lemak dan membantu mendapatkan massa otot.
Suasana buka puasa bersama di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Diet puasa bukan untuk semua
Meski banyak manfaatnya, ternyata tidak semua orang cocok berpuasa. Mereka dengan kondisi kesehatan yang buruk atau yang memiliki kondisi khusus, seperti hamil, disarankan berkonsultasi dengan dokter sebelum berpuasa.
ADVERTISEMENT
“Berpuasa bisa menyebabkan rendahnya tingkat gula darah, yang bisa menyebabkan menurunnya konsentrasi dan mudah lelah,” kata ahli gizi Nazmin Islam kepada Al Jazeera.
Ia menambahkan bahwa berkurangnya berat badan baru bisa terjadi jika seseorang melakukan puasa dengan rutin. Jika seseorang tidak berpuasa dengan rutin, ada kemungkinan setelah puasa Ramadhan berat badannya kembali karena pola makannya.
“Meski begitu, manfaatnya jauh lebih banyak dari kontranya. Dalam jangka panjang, berpuasa, jika dilakukan dengan benar, bisa meningkatkan sistem pencernaan seoserang dan juga metabolismenya,” imbuh Islam.