news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Seorang Bayi di AS Lahir 'Tanpa Kulit'

20 April 2019 11:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kaki bayi Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kaki bayi Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Seorang bayi di Texas, Amerika Serikat, lahir tanpa kulit di sebagian besar tubuhnya. Bocah bernama Ja’bari Gray itu lahir pada 1 Januari 2019 dengan berat 1,3 kilogram.
ADVERTISEMENT
Ia lahir dengan kondisi kelopak mata tertutup, dagu dengan dadanya menyatu, serta kekurangan kulit di sebagian besar tubuhnya, kecuali kepala dan bagian kaki. Dokter telah menerapkan pembalut di sekujur tubuh bayi malang tersebut, serta salep topikal untuk mengurangi risiko infeksi.
“Dia sudah berada di rumah sakit dalam sepanjang hidupnya. Aku baru bisa menggendongnya dua kali, dan itu pun harus menggunakan kain dan sarung tangan,” ujar ibu Ja’bari, Priscilla Maldonado, kepada San Antonio Express-News.
Sampai saat ini, dokter masih melakukan penelitian untuk mendiagnosis kondisi kulit bayi tersebut. Menurut Dr Ana Duarte, Direktur Divisi Dermatologi di Nicklaus Children’s Hospital di Miami, yang tidak terlibat langsung dalam kasus tersebut, kondisi seperti ini sangat jarang dialami oleh bayi yang baru lahir.
ADVERTISEMENT
“Kulit adalah organ terbesar kita, dan memiliki banyak fungsi penting, seperti melindungi kita dari infeksi dan menjaga suhu tubuh agar tetap teratur. Ketika kamu tidak memiliki kulit, terutama bagi seorang bayi, maka kamu akan memiliki banyak masalah,” ujar Duarte, sebagaimana dilansir Live Science.
Ilustrasi tangan bayi mengepal Foto: shutterstock
Menurut Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat (National Institutes of Health/NIH), ada beberapa jenis kelainan kulit yang dapat menyebabkan bayi dilahirkan dengan kulit rapuh atau bahkan tanpa kulit. Salah satunya adalah epidermolysis bullosa, yakni kelainan genetik berupa kulit dalam kondisi yang sangat rapuh serta mudah lecet.
Ketika dalam kondisi tersebut, kulit bayi akan mudah melepuh setelah mengalami cedera ringan atau terkena gesekan, seperti menggosok atau tercakar. “Mereka sebenarnya memiliki kulit, tetapi sangat rapuh. Itulah yang menyebabkan bayi terlihat tidak memiliki kulit saat lahir,” imbuh Duarte kepada Live Science.
ADVERTISEMENT
Tingkat keparahan kondisi ini dapat bervariasi, tergantung jenis mutasi genetik yang dimiliki pasien. Beberapa pasien menjalani kehidupan yang cukup normal, sementara yang lainnya sangat tersiksa dengan kondisi tersebut.
Dalam kasus yang paling parah, bayi dengan epidermolysis bullosa mengalami kerapuhan kulit yang sangat luas. Bahkan pasien biasanya mengalami masalah pernapasan serta masalah saluran pencernaan.
Menurut Duarte, kondisi lain yang dapat menyebabkan bayi lahir tanpa kulit adalah aplasia cutis congenita. Kondisi ini menyebabkan kulit tidak pernah berkembang di area tertentu. Yang paling umum biasanya pasien kehilangan sebagian kecil kulitnya di bagian kepala.
Area kecil kulit yang hilang itu bisa sembuh dengan seiring berjalannya waktu, tapi untuk bagian area yang lebih besar bisa jadi memerlukan perawatan khusus.
Ilustrasi ayah mengadzani bayi baru lahir. Foto: shutterstock
Para dokter di rumah sakit tempat Ja’bari dilahirkan awalnya mengira bahwa ia menderita aplasia cutis congenita. Namun, akhirnya tim dokter mencurigai Ja’bari mengidap epidermolysis bullosa. Untuk memastikan hal itu, perlu dilakukan tes genetik.
ADVERTISEMENT
Maldonado dan suaminya saat ini sedang menunggu hasil tes genetik mereka untuk bisa mengetahui kondisi apa yang terjadi pada bayi mereka. “Itu bisa memakan waktu dua hingga tiga minggu sebelum dokter mendapatkan jawabannya. Mereka tidak mau memperlakukan anakku dengan diagnosis yang salah,” ujar Maldonado.