Seorang Mahasiswa Tunadaksa Sukses Bikin Tangan Buatan dari Lego
ADVERTISEMENT
Terlahir tanpa tangan kanan tidak membuat David Aguilar, mahasiswa jurusan bioteknologi di Universitat Internacional de Catalunya, Spanyol, kehilangan semangat untuk terus berkarya.
Pria berusia 19 tahun itu berhasil membuat sebuah tangan prostesis atau tangan buatan untuk dirinya sendiri. Uniknya, tangan buatan ini ia buat dari mainan Lego.
ADVERTISEMENT
Aguilar sebenarnya sudah mulai menciptakan model tangan buatan dari Lego sejak ia berusia sembilan tahun. Sejak saat itu hingga sekarang, Aguilar telah berhasil menciptakan empat model tangan buatan dari Lego. Setiap karya terbarunya punya kemampuan bergerak yang lebih baik dibanding versi sebelumnya.
Mengikuti jejak Tony Stark dari komik Iron Man milik Marvel, ia menamakan setiap tangan buatan ciptaannya dengan sebutan MK yang diikuti dengan angka.
"Saat masih kecil aku sering merasa gugup untuk bertemu orang lain, karena aku berbeda. Tapi itu tidak menghentikan aku untuk tetap percaya pada mimpi-mimpiku," ujar Aguilar kepada Reuters.
"Aku ingin berkaca di cermin dan melihat diriku sendiri seperti aku melihat orang-orang lain yang punya dua tangan," tambah dia.
Meski saat ini Aguilar baru menciptakan tangan buatan untuk dirinya sendiri, tapi ia mengaku bahwa salah satu mimpinya adalah ingin mendesain bagian-bagian tubuh buatan dengan harga terjangkau bagi orang-orang lain yang membutuhkan.
ADVERTISEMENT
"Aku ingin memberikan mereka prostesis, bahkan kalau bisa tanpa mereka perlu membayar. Agar mereka bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi orang normal," kata Aguilar.
Tangan prostesis Lego terbaru Aguilar ia buat saat masih berusia 18 tahun. Tangan prostesis itu bisa membantu pemakainya untuk menggenggam barang dan bagian sikunya bisa digerakkan mirip dengan tangan pada normalnya.
Aguilar sendiri sebenarnya tidak begitu sering menggunakan tangan prostesis. Ia mampu melakukan kegiatan sehari-harinya tanpa bantuan tangan buatan.
Tapi dengan hasil karyanya ini ia ingin bisa menginspirasi serta menunjukkan bahwa tidak ada yang tidak mungkin dilakukan oleh setiap orang. Kondisi disabilitas tidak bisa menghalangi setiap orang untuk terus berkarya.
ADVERTISEMENT