news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Seperti HIV, Ilmuwan Sebut Virus Corona Bisa Serang Sistem Imun Manusia

16 April 2020 9:01 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wujud asli virus corona SARS-CoV-2 yang seperti memiliki paku mahkota. Foto: National Institute of Allergy and Infectious Diseases via flickr (CC BY 2.0)
zoom-in-whitePerbesar
Wujud asli virus corona SARS-CoV-2 yang seperti memiliki paku mahkota. Foto: National Institute of Allergy and Infectious Diseases via flickr (CC BY 2.0)
ADVERTISEMENT
Virus corona memiliki kemampuan untuk membunuh sel imun manusia, menurut penelitian terbaru. Penemuan ini pun menimbulkan ketakutan di kalangan ahli kesehatan bahwa virus corona bisa memberikan dampak seperti HIV (human immunodeficiency virus) yang dikenal menyerang sistem imun manusia.
ADVERTISEMENT
Penelitian tersebut dilakukan oleh tim gabungan dari Fudan University di Shanghai, China, dan New York Blood Center di Amerika Serikat. Laporan mereka telah dipublikasikan di jurnal Cellular & Molecular Immunology pada 7 April 2020.
Dalam percobaan mereka, para ilmuwan menempelkan virus COVID-19 ke dalam sel T (limfosit T) yang hidup di laboratorium. Sel T sendiri memainkan peran penting dalam sistem imun manusia untuk menemukan dan menghancurkan sel asing di dalam tubuh.
Biasanya sel T mampu menangkap sel yang terinfeksi oleh virus dengan cara mengebor lubang ke dalam sel dan menyuntikkan bahan kimia ke dalam membrannya. Hal tersebut membuat sel T dapat menghancurkan baik virus maupun sel yang terinfeksi.
Partikel virus SARS-CoV-2. Foto: NIAID Integrated Research Facility (IRF) via REUTERS
Namun, dalam percobaan para peneliti, sel T justru menjadi 'mangsa' virus corona.
ADVERTISEMENT
"Berdasarkan hasil pseudovirus dan infeksi virus hidup, di sini kami membuktikan bahwa SARS-CoV-2 dapat menginfeksi sel T," kata peneliti, dalam laporan mereka.
Para peneliti juga menemukan struktur unik dalam protein di paku virus corona yang memicu perpaduan selubung virus dan membran sel ketika mereka bersentuhan. Hal tersebut membuat virus dapat masuk ke dalam sel T, sehingga menonaktifkan fungsinya untuk melindungi manusia.
Menariknya, peneliti menemukan bahwa virus corona lama yang menyebabkan wabah SARS pada 2003 lalu tidak memiliki kemampuan untuk mengambil alih sel T. Peneliti memprediksi, kurangnya fungsi fusi membran menjadi alasan virus corona lama tak memiliki kemampuan untuk mengambilalih sel T di tubuh manusia.
Ilustrasi imun tubuh. Foto: Pixabay
Menurut peneliti, virus SARS hanya dapat menginfeksi sel yang membawa protein reseptor spesifik yang dikenal sebagai ACE2. Adapun keberadaan protein ACE2 sangat rendah dalam sel T.
ADVERTISEMENT
"Pertanyaan mengenai infeksi SARS CoV-2 dan replikasinya dalam sel T primer dan apakah infeksi ini mengakibatkan apoptosis (kematian) pada sel T masih perlu penelitian lebih lanjut, yang berpotensi membangkitkan ide-ide baru tentang mekanisme patogen dan intervensi terapeutik," kata para peneliti, di akhir laporan mereka.
Pertanyaan yang diajukan oleh peneliti tersebut penting untuk mengetahui secara utuh kemampuan yang dimiliki oleh virus corona. Meski sama-sama membunuh sel T, kemampuan virus corona bisa jadi berbeda dengan HIV.
Seperti yang dilaporkan South China Morning Post, HIV dapat mereplikasi diri mereka setelah masuk ke dalam sel T. Dengan demikian, sel T menjadi semacam pabrik bagi HIV untuk menginfeksi sel lain.
Wujud asli virus corona SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19. Foto: National Institute of Allergy and Infectious Diseases via flickr (CC BY 2.0)
Adapun kemampuan tersebut tidak ditemukan oleh tim peneliti Fudan University dan New York Blood Center. Peneliti menduga bahwa baik virus corona dan sel T akan mati bersamaan.
ADVERTISEMENT
Penelitian terbaru ini pun mendukung kesimpulan riset yang dibuat oleh Department of Medical Laboratory Center di General Hospital of Central Theater Command Wuhan, China, pada Februari 2020.
Dalam laporan tersebut, peneliti memperingatkan bahwa jumlah sel T dapat turun secara signifikan pada pasien COVID-19, terutama ketika mereka berusia lanjut atau memerlukan perawatan di unit perawatan intensif. Mereka juga menyebut bahwa semakin rendah jumlah sel T, semakin tinggi risiko kematian.
Penemuan dari Department of Medical Laboratory Center ini kemudian dikonfirmasi oleh pemeriksaan otopsi pada lebih dari 20 pasien yang sistem kekebalannya hampir sepenuhnya hancur, menurut laporan South China Morning Post. Dokter yang melihat jasad pasien juga mengatakan, korban meninggal memiliki kerusakan pada organ dalam yang mirip dengan kombinasi SARS dan AIDS.
Puluhan Jenazah Pasien Corona Menumpuk di RS Wyckoff, AS. Foto: REUTERS/Andrew Kelly
Virus corona dan COVID-19 sendiri merupakan penyakit yang baru dialami oleh manusia. Banyak hal yang belum diketahui dari virus tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, virus corona dapat berada di tubuh manusia selama beberapa minggu tanpa menunjukkan gejala apa pun. Adapun cara virus berinteraksi dengan sel T pada periode tersebut tidak begitu jelas diketahui.
Beberapa pasien kritis juga mengalami badai sitokin, di mana sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan dan justru berbalik menyerang sel-sel sehat. Namun, mengapa dan bagaimana virus corona memicu efek itu masih kurang dipahami.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!