Sering Mabuk Tiba-tiba, Pria Ini Sembuh dengan Transplantasi Tinja

20 Agustus 2020 10:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
bir Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
bir Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Sebuah penyakit langka bernama auto-brewery syndrome (ABS) berhasil disembuhkan dengan transplantasi tinja. Ini merupakan pertama kalinya dalam literatur medis penyakit ABS disembuhkan melalui prosedur tersebut.
ADVERTISEMENT
Auto-brewery syndrome merupakan kondisi tubuh menghasilkan alkohol secara otomatis dan membuat penderitanya mabuk, meski ia tidak sedang mengkonsumsi alkohol. Gangguan ini disebabkan oleh mikroorganisme, biasanya fungi atau jamur, di usus pasien yang memfermentasi karbohidrat dan menghasilkan alkohol secara otomatis layaknya saat pembuatan bir.
Umumnya, manusia memang memiliki fungi fermentasi ini dalam jumlah kecil. Namun, pasien ABS memiliki jamur tersebut dalam jumlah tak terkendali.
Faktor gangguan yang terakhir itu dialami oleh seorang pria berusia 47 tahun di Belgia. Setelah menghabiskan satu dosis antibiotik, dia sering mengalami mabuk alkohol tiba-tiba, walau tidak sedang mengkonsumsi minuman keras. Masalah ini berlangsung selama dua bulan.
Pada awalnya, pria yang identitasnya dirahasiakan itu sering mengalami mabuk tiba-tiba kendati dirinya sudah tidak minum alkohol selama empat hari berturut-turut. Dia pun datang ke dokter untuk berkonsultasi.
ADVERTISEMENT
Dalam pemindaian awal, dokter menemukan bahwa pasien tersebut memiliki tingkat etanol dalam darah 17 kali lebih besar dari orang normal. Dokter yang menangani pria tersebut pun kemudian hanya memberikan terapi diet karbohidrat dan obat anti-jamur.
Usus besar dan saluran pencernaan manusia. Foto: Elionas2 via pixabay
Namun, gangguan mabuk alkohol secara tiba-tiba masih dialami pria nahas itu. Dalam satu kasus, pasien tersebut bahkan sempat ditilang polisi karena berkendara saat ‘mabuk’, sehingga menyebabkan SIM-nya dicabut.
Menyadari bahwa kondisi pasien bukan hal yang lazim, dokter mulai memutar otak untuk menyelesaikan masalah yang dideritanya. Satu opsi yang tersedia: Transplantasi tinja.
Seperti namanya, metode ini dilakukan dengan memasukkan tinja dari donatur sehat ke dalam sistem pencernaan mereka yang sakit. Transplantasi tinja sendiri dalam beberapa tahun terakhir diusulkan sebagai penyeimbang gangguan mikroba di usus.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan Wired, transplantasi ini sempat diberikan kepada dua pasien diare di AS. Risiko kematiannya tetap ada, karena salah satu pasien tersebut meninggal akibat sumbangan tinja yang belum diskrining untuk jenis bakteri E. coli yang resisten.
Ilustrasi orang mabuk. Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan

Transplantasi tinja dari putrinya

Meski berisiko, pasien ABS asal Belgia itu bersedia menjalani prosedur transplantasi tinja. Donaturnya adalah putri sang pasien sendiri yang berusia 22 tahun.
Hasilnya, transplantasi tinja tersebut bekerja dengan baik. Dalam 34 bulan terakhir, pasien tersebut tak lagi mabuk tiba-tiba karena ABS. Tingkat etanolnya juga normal dan dia bisa mendapatkan SIM-nya kembali.
Para peneliti yang melaporkan studi kasus ini pun menyebut, transplantasi tinja perlu dipertimbangkan sebagai terapi pasien gangguan usus. Khususnya, jika pengobatan tradisional tidak mampu menyembuhkan pasien.
ADVERTISEMENT
”Berdasarkan pengalaman kami dengan pasien ini, kami menyarankan dokter lain yang memiliki pasien dengan sindrom fermentasi usus untuk mempertimbangkan pengobatan dengan transplantasi mikrobiota feses, terutama jika terapi yang lebih tradisional gagal,” kata tim peneliti dalam studi kasus mereka yang dipublikasi pada 18 Agustus 2020 di jurnal Annals of Internal Medicine.
"Selain itu, kami dapat membayangkan titik masa depan - setelah penelitian tambahan untuk mengevaluasi keamanan transplantasi mikrobiota feses - di mana pendekatan ini mungkin menjadi terapi standar untuk sindrom fermentasi usus,” pungkas mereka.
Gangguan ABS sendiri biasanya dialami pada penderita diabetes dan orang dengan sirosis, karena kadar gula darah mereka memicu fermentasi alkohol secara natural dalam tubuh. Menurut laporan Insider, kasus ini juga bisa dialami oleh orang yang menjalani operasi saluran pencernaan dan pasien yang mengkonsumsi antibiotik, di mana keduanya dapat mengganggu mikroba usus yang muncul secara alami dan menciptakan ketidakseimbangan.
ADVERTISEMENT