news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Studi: Ada Mesin Cuci yang Punya Bakteri Kebal dari Obat

30 September 2019 14:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mesin cuci. Foto: ANTARA FOTO/Arnas Padda
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mesin cuci. Foto: ANTARA FOTO/Arnas Padda
ADVERTISEMENT
Mesin cuci memiliki satu fungsi utama, yakni membersihkan pakaian kotor, kendati tidak menjamin pakaian itu terbebas dari kuman. Sebuah studi baru menyimpulkan bahwa mesin cuci juga ternyata dapat mengandung bakteri yang resisten terhadap obat-obatan, atau dengan kata lain, bakteri yang kebal terhadap obat, dan ini bisa menimbulkan risiko berbahaya bagi orang yang rentan.
ADVERTISEMENT
Para peneliti studi mengungkapkan sebuah kasus unik di rumah sakit Jerman, di mana mesin cuci di tempat tersebut telah dikaitkan dengan penyebaran bakteri yang resisten terhadap obat pada bayi yang baru lahir. Menurut mereka, Ini mungkin menjadi kasus pertama yang dilaporkan terkait mesin cuci rumah sakit yang menyebarkan patogen berbahaya pada pasien.
Menurut Dr. Ricarda Schmithausen, penulis utama studi dari Institute Kebersihan dan Kesehatan Masyarakat University Hospital Bonn, Jerman, kasus seperti ini sebenarnya sangat jarang terjadi di rumah sakit. Menurutnya, ini mungkin disebabkan karena staf menggunakan mesin cuci rumah tangga, bukan mesin skala industri yang biasa digunakan untuk perawatan kesehatan di rumah sakit.
Studi ini berarti memiliki implikasi pada mesin cuci rumah tangga, khususnya mesin hemat energi yang menggunakan suhu air yang lebih rendah, yang lebih kecil kemungkinannya untuk membunuh patogen.
ADVERTISEMENT
Kasus ini diterbitkan dalam jurnal Applied and Environmental Microbiology pada 27 September 2019. Dijelaskan, dokter di rumah sakit Jerman memperhatikan bahwa hasil tes laboratorium pada seorang bayi yang baru lahir di fasilitas mereka positif mengandung jenis bakteri resisten obat yang dikenal sebagai Klebsiella oxytoca.
Menurut Healthline, bakteri ini diketahui dapat menyebabkan infeksi serius di rangkaian perawatan kesehatan, seperti di panti jompo dan unit perawatan intensif.
Menurut dokter, pada dasarnya bayi yang baru lahir tidak akan sakit karena K.oxytoca, sebab bakteri ini dapat ditemukan di kulit mereka tanpa menyebabkan infeksi. Namun, kehadirannya akan memprihatinkan, mengingat bakteri K. oxytoca dapat menyebabkan kondisi yang lebih serius, seperti pneumonia, infeksi saluran kemih, dan infeksi luka, terutama bagi mereka yang sistem kekebalannya melemah.
Ilustrasi bakteri Foto: Pixabay
Awalnya, para dokter mengira bakteri tersebut berpindah dari petugas kesehatan atau ibu si bayi, tetapi hasil tes laboratorium membantah hipotesis tersebut. Dalam temuannya, dokter menguji beberapa peralatan di rumah sakit, seperti inkubator bayi yang hasilnya justru negatif.
ADVERTISEMENT
Mereka akhirnya mendapat pencerahan usai berhasil melacak sumber penyebaran yang ternyata berasal dari mesin cuci. Sampel yang diambil dari segel pintu karet mesin cuci dan kompartemen deterjen yang diujikan, positif mengandung bakteri K. oxytoca.
Mesin cuci rumah tangga biasanya tidak digunakan untuk mencuci pakaian di rumah sakit. Namun, dalam kasus ini, mesin cuci yang dipakai berada di luar fasilitas binatu pusat rumah sakit, dan hanya digunakan untuk mencuci pakaian ibu, penutup kepala, serta kaus kaki untuk bayi yang baru lahir.
Setelah staf rumah sakit tidak lagi menggunakan mesin cuci rumah tangga, tidak ada lagi kasus bakteri K. oxytoca pada bayi yang baru lahir.
"Memang mesin cuci dirancang untuk menghilangkan kotoran dan bau, tetapi mereka tidak dirancang untuk membuat pakaian kamu steril," ujar Dr. Amesh Adalja, seorang spesialis penyakit menular dan sarjana senior di The Johns Hopkins Center for Health Security, yang tidak terlibat langsung dalam studi ini.
ADVERTISEMENT
"Mesin cuci tidak cukup panas untuk membunuh setiap bentuk kehidupan yang ada di pakaianmu. Namun, itu sebenarnya tidak terlalu penting, sebab kebanyakan bakteri di tubuh dan pakaian kita tidak berbahaya. Sebagian besar bakteri tidak menyebabkan masalah bagi manusia,” jelasnya, dilansir Live Science.