Studi: Vaksin Novavax 51% Efektif Lawan Covid Varian Afrika Selatan

7 Mei 2021 13:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi vaksin corona Novavax. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi vaksin corona Novavax. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
ADVERTISEMENT
Vaksin COVID-19 Novavax (NVAX.O) diklaim 51 persen efektif melawan infeksi varian corona Afrika Selatan di antara orang-orang yang tak terinfeksi HIV, dan 43 persen dalam kelompok yang positif HIV.
ADVERTISEMENT
Beberapa penelitian menunjukkan varian yang dikenal sebagai B.1.351 itu membawa mutasi yang mengancam kemanjuran vaksin COVID-19. Sebagian besar produsen vaksin, termasuk Novavax, kini sedang menguji keefektifan vaksinnya terhadap berbagai varian corona yang muncul di beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia.
Adapun studi baru Novavax ini telah diterbitkan dalam New England Journal of Medicine, bersama data lengkap dari uji coba di Afrika Selatan. Uji coba itu melibatkan 2.700 sukarelawan yang sebelumnya tidak terinfeksi virus corona, di mana usia rata-rata relawan adalah 32 tahun. Sebagian besar kasus mengalami gejala ringan hingga sedang.
Pada Januari 2021, riset menunjukkan kemanjuran 60,1 persen terhadap gejala COVID-19 dalam percobaan di Afrika Selatan yang mengamati campuran virus asli dan varian Afrika Selatan di antara mereka yang HIV-negatif. Sementara di antara kelompok campuran peserta HIV positif dan HIV negatif kemanjurannya adalah 49,4 persen.
Sejumlah pelajar di Afrika Selatan menjaga jarak saat kembali ke sekolah untuk pertama kali setelah lockdown akibat virus corona di Cape Town, Senin (8/6). Foto: Reuters/Mike Hutchings
Studi tersebut tidak memberikan data ihwal kemanjuran vaksin Novavax dalam mencegah relawan dengan gejala parah atau rawat inap, salah satu faktor terpenting dalam menentukan kegunaan vaksin.
ADVERTISEMENT
“Kebanyakan vaksin kurang efektif dalam mencegah penyakit ringan ketimbang mencegah penyakit parah. Jadi vaksin ini bisa menjadi jauh lebih efektif dalam mencegah orang masuk rumah sakit dan kematian. Kami belum tahu,” kata Dr Peter English, ahli penyakit menular dan mantan ketua dari Komite Pengobatan Kesehatan Masyarakat British Medical Association, sebagaimana dikutip Reuters.
Adapun tujuan utama dari uji coba adalah menguji bagaimana vaksin bekerja pada orang yang negatif HIV, serta mereka yang positif HIV. Di antara mereka yang dievaluasi 94 persen adalah orang tanpa HIV dan 6 persen orang dengan penyakit HIV.
“Tak heran jika efektivitas vaksin lebih rendah di antara relawan dengan HIV, virus yang menyerang sistem kekebalan. Mempelajarinya di Afrika Selatan masuk akal karena mereka mewakili sebagian besar populasi yang ada di sana,” kata John Moore, seorang profesor mikrobiologi dan imunologi di Weill Cornell Medical College di New York, AS, yang tidak terlibat dalam penelitian.
ADVERTISEMENT