Tempat Isolasi Pasien Virus Corona Berpotensi Jadi Ancaman Baru

16 Februari 2020 13:07 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas medis berpakaian hazma merawat pasien di salah satu rumah sakit di Wuhan, China. Foto: China Daily via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Petugas medis berpakaian hazma merawat pasien di salah satu rumah sakit di Wuhan, China. Foto: China Daily via REUTERS
ADVERTISEMENT
Saat virus corona atau COVID-19 mengancam jutaan orang di Provinsi Hubei, China, pemerintah di sana mulai bertindak represif. Mereka memerintahkan para petugas kesehatan untuk pergi ke setiap rumah di kota-kota yang terjangkit, memindahkan penduduk yang terinfeksi ke sebuah bangsal isolasi yang baru dibangun secara tergesa-gesa di Wuhan, China.
ADVERTISEMENT
“Tidak ada yang boleh lari dari tugas, atau mereka akan dipaku pada pilar rasa malu selamanya,” ujar Sun Chunlan, Wakil Perdana Menteri China, yang memimpin tanggap darurat virus corona seperti dikutip dari The New York Times.
Banyak ahli skeptis pada anggapan bahwa mengisolasi ribuan pasien di sebuah tempat penampungan bisa menghambat penyebaran virus corona. Karena bagaimanapun, hal ini bisa menciptakan risiko keterpaparan yang lebih tinggi pada petugas kesehatan atau pada pasien yang salah diagnosis ketika berada di tempat isolasi dengan ratusan pasien coronavirus.
Meski otoritas China mengaku hanya orang-orang dengan virus corona saja yang ditempatkan di penampungan, tapi mereka belum menjelaskan bagaimana orang-orang itu diobati. Ini menguatkan dugaan bahwa tidak semua pasien yang ditempatkan di sana terkena COVID-19.
ADVERTISEMENT
Apa yang terjadi di Wuhan mengingatkan kita pada peristiwa wabah Flu Spanyol yang melanda Amerika Serikat pada 1918. Di mana ribuan pasien ditempatkan di sebuah lokasi yang jauh lebih besar ketimbang Wuhan berpenduduk 11 juta jiwa.
Tempat penampungan sementara pasien virus corona di Wuhan. Foto: REUTERS
Lalu, bagaimana bentuk dan isi ruang isolasi di Wuhan? Diberitakan The New York Times, tempat itu dikiaskan seperti gudang tempat penyimpanan barang. Di dalamnya, terdapat ranjang-ranjang pasien yang berjajar rapi, tempat tidur sempit yang ditaruh secara berdekatan. Antara ruang satu dan lainnya hanya dipisahkan oleh dinding penyekat sementara.
Menciptakan lokasi sempurna untuk virus pernapasan berpindah tempat. Hanya sedikit yang diketahui tentang perawatan apa saja yang pasien terima, atau berapa lama mereka akan dirawat.
Empat bangsal isolasi dilaporkan tidak memiliki pemanas yang memadai dan sering mati listrik. Mereka kekurangan perawat dan dokter, begitu juga dengan peralatan medis yang serba terbatas.
ADVERTISEMENT
“Ini membawa kita kembali ke abad 19. Ini cara kuno untuk menangani epidemi, karena kamu lebih peduli pada yang sehat ketimbang yang sakit,” ujar Dr. Howard Markel, profesor sejarah kedokteran di University of Michigan sekaligus penulis buku “Quarantine”.

Peluang Infeksi

Mengingat banyaknya pasien yang sudah terbaring lemah, kata Dr Markel, bangsal isolasi sementara macam di Wuhan bisa berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya bakteri dan virus, bahkan menjadi tempat hidup dari banyak patogen berbahaya. Terlebih ketika orang-orang berkumpul di ruangan yang sempit.
“Setiap kali kami menempatkan orang di fasilitas umum, bahkan saat badai, kami khawatir mereka terkena penyakit menular,” ujar Dr. Nicole A. Errett, seorang peneliti di University of Washington yang merupakan Co-Direktur Collaborative on Extreme Event Resilience.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya mengancam para petugas kesehatan, kondisi tersebut akan berakibat fatal ketika ada pasien yang salah diagnosis penyakit, dan menempatkannya di penampungan infeksi coronavirus.
Pasien-pasien dengan salah diagnosis ini ada di dalam situasi yang sangat paradoks. Di mana sebenarnya jauh lebih aman jika mereka diam di rumah ketimbang di tempat penampungan, berkutat dengan ratusan bahkan ribuan pasien virus corona.
Beberapa ilmuwan percaya, membiarkan orang sakit diam di rumah bersama anggota keluarga yang telah dilatih memberikan perawatan dan melindungi diri dari infeksi virus corona akan jauh lebih baik ketimbang menempatkannya di bangsal isolasi.
"Mencoba menghentikan penyebaran virus pada titik ini adalah tujuan yang salah. Saya tidak pernah menemukan bukti bahwa manusia dapat menghentikan virus pernapasan dengan cepat dan secara diam-diam seperti ini,” ujar Jennifer B. Nuzzo dari Johns Hopkins Center for Health Security.
ADVERTISEMENT