Terlalu Bersih Berbahaya bagi Kesehatan Anak, Mitos atau Fakta?

25 Juni 2019 11:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak bermain kotor Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Anak bermain kotor Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Ada anggapan di masyarakat bahwa terlalu bersih berbahaya bagi kesehatan anak. Banyak yang berpendapat bahwa anak perlu terkena paparan bakteri agar memiliki daya tahan tubuh yang baik.
ADVERTISEMENT
Tapi, menurut Royal Society for Public Health (RSPH), organisasi pemerhati kesehatan masyarakat di Inggris, hal itu adalah mitos berbahaya. Mereka mengungkapkan, hipotesis bahwa alergi disebabkan oleh kondisi terlalu bersih, yang membunuh kuman serta bakteri yang kita perlukan untuk membuat sistem imun tubuh kuat, telah banyak disalahartikan oleh masyarakat.
RSPH mengatakan bahwa bermain dan berkotor-kotoran di luar memang memiliki manfaat. Anak jadi terpapar bakteri baik. Tapi, RSPH menambahkan, penting bagi anak untuk selalu membersihkan diri mereka, dengan mencuci tangan, sebelum makan atau setelah pergi ke toilet.
Untuk itu, RSPH membuat sebuah studi berjudul "Too Clean or Not Too Clean". Penyusunan studi ini dipimpin oleh Sally Bloomfield, profesor kehormatan di London School of Hygiene and Tropical Medicine.
ADVERTISEMENT
"Telah tiba waktunya untuk meluruskan masalah ini," ujar Bloomfield kepada The Guardian. "Sekarang ini masyarakat seperti kebingungan," lanjutnya.
Ilustrasi anak sedang makan es krim. Foto: diz_net_girl via Flickr
Studi ini mengatakan bahwa bermain di luar dan dengan hewan memang penting dalam membangin sistem imun yang kuat. Meski begitu, studi menjelaskan bahwa kebersihan harus sangat diperhatikan ketika orang akan menyiapkan atau memakan makanan.
Menurut studi, satu dari empat orang terkena penyakit infeksi saluran pencernaan setiap tahunnya. Ada satu dari 20 orang yang terinfeksi norovirus, kuman penyebab muntah-muntah, setiap tahunnya.
Studi juga menemukan bahwa orang dewasa bisa terkena empat hingga enam kali pilek setiap tahunnya. Sedangkan anak-anak bisa terkena antara enam sampai delapan kali pilek setiap tahunnya. Para ahli dalam studi berpendapat bahwa penyebaran hal-hal tersebut bisa dicegah dengan menjaga kebersihan dan mencuci tangan.
ADVERTISEMENT
Yang mengejutkan, dalam studi ini, tim periset menemukan bahwa 23 persen dari 2.000 responden setuju bahwa kebersihan di rumah tidak penting. Sebab, menurut para responden itu, anak-anak perlu terpapar kuman berbahaya demi membangun sistem imun mereka.
Dibanding perempuan, kaum pria lebih cenderung menganggap kebersihan tidak begitu penting. Pria juga dua kali lebih mungkin untuk menganggap bahwa tidak mencuci tangan setelah memegang daging mentah dan pergi ke toilet tidak akan berisiko apa-apa.
Wastafel yang kotor. Foto: Sandy Firdaus/kumparan
RSPH menyarankan agar orang-orang melakukan pembersihan tertarget. Menurut RSPH, mengepel lantai tidak begitu penting. Begitu juga dengan membersihkan bagian dalam kloset karena air akan membawa kuman pergi dengan sendirinya.
RSPH berpendapat bahwa yang paling penting adalah membersihkan makanan yang akan dimakan dan mencuci bersih kain lap piring. Mereka juga kembali menekankan pentingnya mencuci tangan setelah ke toilet, setelah bermain dengan hewan, dan sebelum serta sesudah menyiapkan makanan, batuk, bersih, dan membuang ingus.
ADVERTISEMENT
"Keracunan makanan meningkat pada 1980-an dan 1990-an. Pihak Food Standards Agency (badan standarisasi makanan Inggris) telah banyak bekerja, tapi tingkat penyakit pencernaan tetap tinggi," kata Bloomfield.
"Ini sama dengan penyakit pernapasan. Kita selalu berada dalam risiko wabah flu. Jika (wabah) itu terjadi, maka masyarakat akan selalu menjadi batas pertahanan pertama sampai ada vaksin yang bisa diberikan," lanjut dia.
Ilustrasi anak makan ayam goreng Foto: Shutterstock
Pihak RSPH mengatakan sebaiknya anak-anak diberikan ilmu mengenai infeksi dan pembersihan tertarget di sekolah. Hal ini akan memberikan ilmu mengenai praktik kebersihan terbaik sejak usia dini.
"Ini juga akan mempromosikan pemahaman yang konsisten atas terminologi yang digunakan dalam membicarakan kebersihan dan isu-isunya," tulis tim periset dalam laporan hasil studi ini.