Tes Rendah, Varian Delta Plus Mungkin Telah Menyebar di Kota Ini

28 Juli 2021 10:26 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto asli corona varian Delta menginfeksi sel. Foto: Jason Roberts/The Doherty Institute
zoom-in-whitePerbesar
Foto asli corona varian Delta menginfeksi sel. Foto: Jason Roberts/The Doherty Institute
ADVERTISEMENT
Kabar munculnya virus corona turunan varian Delta bernama AY.1, atau yang umum dikenal sebagai varian Delta Plus, di Indonesia bukanlah kabar yang mengagetkan, menurut ahli epidemiologi. Dengan investigasi epidemiologi di Indonesia yang terbatas, jumlah kasus virus corona varian Delta Plus kemungkinan telah menyebar dan lebih banyak ketimbang yang ditemukan.
ADVERTISEMENT
Ahli epidemiologi dari Universitas Griffith, Dicky Budiman, mengatakan bahwa dirinya tak begitu kaget dengan penemuan varian Delta Plus di Indonesia. Sebab, kasus COVID-19 tengah melonjak di Indonesia, dan penemuan varian baru virus corona seperti Delta Plus hanya “masalah waktu” saja, kata dia.
“Ini bukan hal yang mengagetkan,” kata Dicky kepada kumparanSAINS, Selasa (27/7). “Kehadiran varian ini fenomena yang alamiah. Artinya, jangan kaget ketika Delta, Delta Plus, atau Lambda variant di Indonesia ditemukan.”
Virus corona varian Delta Plus sendiri telah ditemukan di kota Jambi dan Mamuju, kata Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof. Amin Soebandrio, kepada kumparanSAINS, Selasa (27/7). “(Varian) AY.1, ada tiga (kasus),” kata dia.
Warga yang menggunakan masker melintasi mural yang berisi pesan waspada penyebaran virus Corona di kawasan Tebet, Jakarta. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
Prof. Amin tak mengelaborasi lebih lanjut kapan varian Delta Plus tersebut ditemukan. Namun, Dicky menduga bahwa varian tersebut sudah ada lama di Indonesia. Berkat pelacakan dan investigasi epidemiologi yang rendah, kemungkinan besar varian Delta Plus sudah menjadi varian corona yang dominan di Jambi dan Mamuju.
ADVERTISEMENT
“Satu hal yang perlu dipahami bahwa di tengah keterbatasan genomik kita, di tengah keterbatasan studi laboratorium kita, di tengah keterbatasan investigasi epidemiologi kita, kemudian kita menemukan Delta Plus, itu tandanya sebetulnya besar kemungkinan varian predominant strain di lokasi ditemukan,” kata Dicky.
“Ketika dia menjadi predominant strain, karena keterbatasan tadi, dia akan mudah dideteksi. Artinya, dia sudah lama ada di komunitas. Karena, perlu waktu sebelum dia predominant," sambungnya.
Infografik beda varian delta dan delta plus. Foto: Tim Kreatif kumparan

Virus corona varian Delta Plus di Indonesia

Istilah Delta Plus sendiri muncul dari Kementerian Kesehatan India. Varian Delta Plus pertama kali terdeteksi di Eropa pada Maret lalu, sebelum merebak di India dan diumumkan di sana pada akhir Juni 2021.
Berdasarkan pantauan kumparanSAINS, informasi munculnya virus corona varian Delta Plus di Indonesia pertama kali disampaikan peneliti independen bernama Sahal Sabilil Muttaqin di Twitter.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah kicauan pada Senin (26/7), Sahal mengatakan bahwa temuan varian Delta Plus di Indonesia sudah dilaporkan ke GISAID pada akhir pekan lalu. Dalam thread-nya, dia mengatakan bahwa varian Delta Plus telah ditemukan di Jambi pada April 2021 dan di Mamuju pada Februari 2021.
Meski demikian, Sahal menolak untuk diwawancarai oleh kumparanSAINS.
“Mungkin langsung ke lembaga submitter-nya saja akan lebih enak, yaitu lembaga biologi Eijkman. Saya hanya membantu masyarakat untuk update perkembangan sekuens yang masuk GISAID,” kata Sahal kepada kumparanSAINS, Selasa (27/7).
Prof. Amin membenarkan bahwa varian AY.1, yang umum dikenal sebagai varian Delta Plus, telah ditemukan di Jambi dan Mamuju. Namun, dia tak mengungkap kapan waktu penemuan varian tersebut.
ADVERTISEMENT

Ancaman corona varian Delta Plus bagi Indonesia

Dicky menilai bahwa kemunculan virus corona varian Delta Plus adalah kabar buruk bagi kesehatan masyarakat Indonesia.
“Ini adalah kabar buruk bahwa situasi yang sebenarnya di masyarakat jauh lebih dari yang kita lihat dari angka-angka statistik,” kata Dicky.
“Ini bisa lebih buruk bila terjadi di luar Jawa dan juga kita masih akan menghadapi dampak terburuknya dengan beban di faskes di beberapa waktu ke depan dan kematian.”
Ia menjelaskan, varian Delta Plus dapat resisten terhadap terapi monoklonal antibodi. Varian Delta Plus juga memiliki kemampuan mengikat sangat kuat pada reseptor ACE2, gerbang masuk virus corona untuk menginfeksi sel manusia, sehingga penularannya sangat efektif dan cepat.
Tak hanya itu, Dicky mengatakan bahwa varian Delta Plus resisten pada beberapa obat COVID-19 yang diuji. Strain ini bisa mengurangi efikasi respons antibodi tubuh, bahkan pada orang yang sudah divaksinasi, kata dia.
ADVERTISEMENT
“Secara umum, hampir sama dengan Delta itu sendiri. Tetapi, disebut Delta Plus karena ada mutasi K417N,” kata Dicky.
Ilustrasi virus corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan
Infrastruktur pelacakan genom di Indonesia memang masih kurang. Prof. Amin sempat mengatakan bahwa varian corona di Indonesia mungkin akan lebih banyak jika whole genome sequence diperkuat.
"Mungkin saja kalau kita punya data (WGS) lebih luas dari berbagai daerah, maka jumlah varian (corona) yang ditemukan bisa lebih banyak," kata Amin kepada kumparan, Senin (19/4).
Hingga saat ini, masih banyak yang belum diketahui perihal dampak varian Delta Plus bagi efektivitas vaksin. Meski demikian, karena varian Delta Plus mirip seperti varian Delta, vaksin masih efektif untuk melindungi orang, walaupun efikasinya menurun jika dibandingkan strain non-Delta.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, Dicky meminta agar pemerintah mempercepat vaksinasi dan mengimbau supaya masyarakat mendapatkan vaksin.
“Responsnya adalah vaksinasi harus cepat dan lengkap,” kata Dicky, sembari mengingatkan bahwa pemerintah juga perlu meningkatkan testing, tracing, dan isolasi.