Tidak Pernah Menstruasi, Cewek Ini Ternyata Punya Buah Zakar Tersembunyi

24 September 2020 7:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Semua perempuan pada umumnya mengalami menstruasi, namun ada beberapa kondisi yang membuat mereka tidak mengalami hal itu. Biasanya perempuan tidak bisa menstruasi karena masalah hormonal yang dikenal dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS).
ADVERTISEMENT
Namun, kisah yang dialami perempuan berusia 25 tahun ini cukup berbeda. Perempuan bernama Dani Coyle mengatakan bahwa dirinya tidak bisa menstruasi seumur hidup karena ia tidak memiliki rahim.
Yang lebih tak terduga, dokter yang menangani Coyle mengatakan bahwa ada testikel atau buah kemaluan yang biasanya ada pada alat kelamin laki-laki. Coyle tidak pernah mengetahui keberadaan buah zakar itu, karena letaknya tersembunyi, yaitu di dalam perutnya.
Coyle, yang bekerja sebagai kreator konten, selalu berpikir bahwa tubuhnya spesial. Saat remaja, suara Coyle berubah jadi sangat rendah seperti suara laki-laki. Di sisi lain, Coyle tidak mengalami menstruasi saat teman-teman sebaya Coyle sudah mengalaminya.
Satu-satunya yang membuat Coyle mirip seperti teman-teman sebaya perempuannya ialah, ia bisa merasakan kram perut seperti saat menstruasi. Di usia ke-14 tahun, Coyle memeriksakan keadaannya ke dokter.
ADVERTISEMENT
Dokter mendiagnosa Coyle sebagai seorang interseksual. Artinya, Coyle memiliki karakteristik seks atau jenis kelamin yang tidak padan dengan definisi umum mengenai laki-laki atau perempuan.
Ia mengalami kondisi 17 beta-hydroxysteroid dehydrogenase tiga yang membuatnya selalu tampak seperti perempuan namun tidak memiliki hormon perempuan sama sekali, sampai ia mencapai pubertas. Dokter mengatakan bahwa Coyle memiliki kromosom XY yang biasa ditemukan pada pria, bukan perempuan.
Sementara itu, dokter juga menemukan testikel di dalam perutnya, yang ternyata mengalami kanker tahap awal. Pada tahun 2009, testikel tersebut diangkat melalui operasi untuk mengubah bentuk vulvanya.
Namun, masalah Coyle tidak berhenti sampai di situ. Ia merasa masyarakat di sekitarnya memaksa dirinya untuk mengubah interseksualitasnya. Ia kerap mendapat cemoohan bernada transfobia karena menganggapnya sebagai ‘lady boy’.
ADVERTISEMENT
"Tubuh saya tidak merespons secara 'normal' terhadap testosteron yang diproduksi testis saya, itulah sebabnya saya lahir, berpenampilan, dan dibesarkan sebagai seorang perempuan. Saya beruntung karena saya selalu diidentifikasi sebagai perempuan,” kata Coyle.
“Saya diberitahu dan percaya kalau itu adalah rahasia yang tidak perlu diketahui oleh siapa pun, jadi saya segera menjalani operasi untuk mengangkat testis dan ‘menormalkan’ penampilan luar saya seperti yang direkomendasikan oleh dokter dan ahli bedah,” lanjutnya.
Coyle juga bercerita bahwa ia menjalani terapi penggantian hormon yang pada dasarnya adalah pil estrogen menopause. Ia berharap upaya itu bisa membuatnya menjadi perempuan normal. Sayangnya, itu tidak mengubah apapun.
“Sekarang, saya merasa operasi ini disajikan sebagai satu-satunya pilihan. Saya seperti dirampok oleh dokter yang bekerja dalam sistem bias yang telah menyebabkan trauma mental yang tak terukur,” ceritanya.
ADVERTISEMENT
Kini Coyle menjadi salah satu pelindung komunitas LGBT. Ia dan komunitas berupaya untuk memberikan pendidikan di sekolah yang mencakup seluruh spektrum biologi manusia.
“Saya ingin mendorong dunia menjadi lebih sadar, menerima, dan inklusif terhadap orang-orang interseksual, trans, dan seksualitas lainnya yang tidak atau belum diterima dalam masyarakat. Mudah-mudahan, saya dapat memainkan peran kecil dalam hal itu,” ujar Coyle.