Toilet Kuno Ditemukan, Ungkap Wabah Parasit Berbahaya di Yerusalem

10 Januari 2022 10:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wujud toilet kuno di Yerusalem.  Foto: Yoli Schwartz/Israel Antiquities Authority
zoom-in-whitePerbesar
Wujud toilet kuno di Yerusalem. Foto: Yoli Schwartz/Israel Antiquities Authority
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebuah toilet jongkok berusia 2.700 Tahun ditemukan di sebuah perkebunan di Yerusalem selatan. Toilet kuno itu mengungkap jejak wabah infeksi parasit berbahaya yang terjadi zaman dulu.
ADVERTISEMENT
Diterbitkan dalam Journal of Paleopathology, peneliti mengatakan, zaman dulu toilet hanya digunakan oleh para penduduk elite Yerusalem. Namun, kehadiran toilet di ruangan hanya menjadi masalah kenyamanan bukan sebagai upaya dari meningkatkan kebersihan.
Mesopotamia disebut-sebut sebagai pusat toilet tertua yang diketahui dunia saat ini, dengan usia sekitar 6.000 tahun. Wilayah bersejarah yang meliputi Kuwait, Irak, Suriah, dan Turki ini dikenal sebagai tempat lahirnya peradaban karena menjadi pusat berkembangnya pertanian awal.
Penggalian Armon Hanatziv di Yerusalem. Foto: Yoli Schwartz/Israel Antiquities Authority
Ketika orang-orang kelas bawah mulai menetap di kota-kota besar saat itu, area buang air besar terpusat di satu tempat, atau dengan kata lain toilet umum. Untuk petani, ketika mereka ingin buang hajat, mereka harus pergi ke toilet umum. Namun bagi kelas atas, mereka memiliki toilet di rumah masing-masing. Bagaimanapun, kakus pribadi telah menjadi barang mewah selama ribuan tahun.
ADVERTISEMENT
Toilet batu kapur di Yerusalem adalah salah satu dari sedikit toilet pribadi yang pernah ditemukan. Adapun toilet ditemukan pada 2019, terletak di sebuah taman, di mana di sampingnya terdapat rumah besar yang dipenuhi barang-barang mahal. Toilet ini kemungkinan dimiliki oleh seorang penduduk dari kelas atas.
Toilet itu didesain seperti toilet jongkok zaman modern terbuat dari batu kapur, di mana tangki di bawahnya terdapat tangki penampungan kotoran. Dari toilet, penghuni bisa melihat pemandangan menakjubkan Kota Daud dan Bukit Bait Suci.
Di bawah toilet batu kapur, analisis menunjukkan adanya sedimen purba yang mengandung telur dari empat jenis cacing usus. Telur cacing gelang (Ascaris lumbricoides) dan cacing cambuk (Trichuris trichiura) paling banyak ditemukan di lokasi tersebut. Kedua parasit usus ini dapat menginfeksi manusia, menyebabkan malnutrisi dan komplikasi pada kasus yang paling parah.
Toilet batu kapur di Armon Hanatziv. Foto: Ya'akov Billig/Israel Antiquities Authority
Ini bisa menular ketika jejak kotoran manusia yang mengandung parasit atau telur tak sengaja tertelan. Ketika parasit berada di dalam usus, mereka mampu menghasilkan ribuan telur dalam sehari. Tanpa obat, penyebaran parasit di populasi yang cukup padat sangat sulit dihentikan, terutama ketika sistem pembuangan kotoran atau fasilitas kakus tidak bersih.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, keberadaan cacing gelang dan cacing cambuk di kalangan elite Yerusalem menunjukkan bahwa pengolahan dan pembuangan kotoran manusia dilakukan dengan cara serampangan. Bisa jadi dibuang ke sumber air minum atau dibuang begitu saja ke tanaman, sebelum akhirnya tertelan oleh manusia.
Cacing pita (Taenia sp.) juga ditemukan di tangki septik tank. Karena parasit ini bisa bersemayam di daging sapi dan babi, mereka mungkin telah masuk ke sistem pencernaan manusia melalui daging yang tidak dimasak dengan matang.
Telur terakhir yang ditemukan di toilet adalah cacing kremi (Enterobius vermicularis). Cacing kremi bisa menyebar melalui kontaminasi tinja di tangan, namun mereka juga bisa melayang di udara. Peneliti menduga, cacing kremi telah menginfeksi manusia sejak peradaban manusia dimulai. Namun, karena telur cacing kremi sangat ringan dan halus, mereka kerap tidak terdeteksi sehingga tidak ada dalam catatan arkeologi.
ADVERTISEMENT
Kemungkinan, penggunaan toilet tertutup telah menyebabkan adanya penularan lewat udara. Saat ini, keempat cacing parasit tersebut sudah bisa diatasi seiring dengan adanya penemuan obat-obatan. Tanpa adanya obat, infeksi usus dapat dengan mudah menjadi epidemi, seperti yang terjadi di Yerusalem kuno.