Vaksin Corona Pfizer Jadi Kandidat Tercepat, Ternyata Didanai Bill Gates

12 November 2020 14:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pfizer Foto: Andrew Kelly/File Photo/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Pfizer Foto: Andrew Kelly/File Photo/Reuters
ADVERTISEMENT
Jalan panjang penelitian dan pembuatan vaksin corona menemui titik terang, setelah Pfizer mengumumkan vaksin mereka berhasil menunjukkan hasil positif. Pfizer digadang-gadang jadi perusahaan yang pertama mencetak sejarah pengembangan vaksin corona.
ADVERTISEMENT
Pfizer pada Senin (9/11) lalu mengeklaim vaksin corona mereka memiliki tingkat efektivitas mencapai 90 persen dalam mencegah infeksi COVID-19.
Klaim mereka bukan tanpa fakta dan alasan pasti. Kesuksesan itu diklaim dari uji coba perusahaan terhadap 43.558 relawan penerima vaksin. Jumlah tersebut lebih besar dari yang dilakukan oleh Moderna Juli lalu kepada 30.000 orang.
Dari 40 ribu lebih relawan yang mendapat vaksin Pfizer, hanya 94 orang yang masih positif corona. Kelompok yang tak mempan itu muncul dari kategori yang mendapat vaksin maupun kelompok yang diberi plasebo.
Selangkah di depan, Pfizer memproduksi vaksinnya dengan teknologi bermateri messenger RNA (mRNA), apa itu? mRNA merupakan materi dengan kandungan sel pengubah instruksi dalam DNA menjadi protein penting buat manusia.
ADVERTISEMENT
Penggunaan mRNA diharapkan bisa mempercepat pengembangan vaksin. Sebab mRNA tak memerlukan sampel virus dalam jumlah besar.
Pfizer tinggal satu langkah lagi untuk memproduksi massal vaksinnya ke seluruh dunia. Jika hasil tes konstan dan menunjukkan hasil positif sampai akhir November, Pfizer akan mengajukan izin edar ke FDA (Food and Drug Administration) pada akhir 2020.

Ada Peran Bill Gates

Pendiri Microsoft, Bill Gates. Foto: Edgar Su/Reuters
Apa yang dilakukan Pfizer ternyata juga tak lepas dari adanya peran dan campur tangan Pendiri Microsoft, Bill Gates. Dia melalui Yayasan Bill & Melinda Gates memang sudah lama menyokong sejumlah dana ke beberapa perusahaan bioteknologi untuk mengembangkan vaksin corona termasuk Pfizer.
Selain Pfizer, ada 15 perusahaan bioteknologi yang bermitra dengan Bill & Melinda Gates Foundation. Beberapa di antaranya adalah AstraZeneca, Moderna dan Johnson & Johnson.
ADVERTISEMENT
Mereka juga berinvestasi di perusahaan farmasi lainnya seperti Merck, Sanofi hingga Pfizer BioNtech. Belum diketahui berapa besar dana yang dikucurkan Gates untuk Pfizer mengembangkan corona.
Setelah seluruh tahapan uji klinis selesai, Pfizer rencananya akan memproduksi vaksin corona untuk 15 hingga 20 juta orang pada tahap awal. Rencana itu akan direalisasi untuk masa edar mulai awal tahun 2021.
September lalu, Bill Gates telah memprediksi bahwa vaksin corona Pfizer bakal menjadi yang pertama mendapat izin edar dari otoritas AS untuk dipakai pada akhir Oktober. Dia mengatakan, vaksin Pfizer menghasilkan tingkat antibodi yang baik dalam dua tahap pengujian klinis.
“Satu-satunya vaksin yang jika berjalan dengan lancar mendapatkan izin penggunaan darurat pada akhir Oktober adalah Pfizer,” kata Bill Gates kepada CNBC dalam sebuah wawancara pada pertengahan September 2020 kemarin.
ADVERTISEMENT

Punya efek samping

Ilustrasi orang sakit flu. Foto: Shutter Stock
Pengembangan vaksin Pfizer tak luput dari laporan beberapa relawan terkait efek sampingnya. Dilansir Express, Para relawan yang positif COVID-19 setelah divaksin mengalami efek sakit kepala hingga nyeri otot.
Glenn Deshields (44) dari Texas, AS misalnya dia mengalami pengar cukup parah disertai rasa mabuk. Namun, efek tersebut dirasa hanya sebentar saja.
Tak cuma Glenn, ada juga pengakuan Carrie (45) dari Missouri, AS. Sama seperti Glenn, dia juga merasakan sakit kepala, nyeri tubuh bahkan demam. Efek samping meningkat setelah ia mendapat dosis kedua.
Terlepas dari beberapa efek samping, kemajuan Pfizer tersebut ternyata disambut baik WHO. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengharapkan vaksin COVID-19 dapat tersedia pada akhir tahun ini. Menurutnya, uji klinis vaksin Pfizer sangat menjanjikan.
ADVERTISEMENT
"Seperti yang telah kita prediksi, kita akan memiliki vaksin pada akhir tahun ini. Dan Pfizer sangat menjanjikan," kata Tedros pada pertemuan tingkat menteri tahunan WHO, seperti dikutip dari Reuters (11/11).
"Dan kami juga akan berharap lebih dan lebih," lanjutnya.
Namun vaksin ini perlu perlakuan khusus saat distribusi dan penyimpanan. Sebab, vaksin tersebut dibuat dengan teknologi baru yang menggunakan mRNA sintetis untuk mengaktifkan sistem kekebalan terhadap virus.
Vaksin itu harus disimpan di tempat yang bersuhu minus 70 derajat Celsius atau di bawah rata-rata musim dingin di Antartika.