Video: Melihat Bahaya Bersin dalam Penyebaran Virus Corona

14 April 2020 8:02 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 Ilustrasi Virus Corona
 Foto: AP Photo
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Virus Corona Foto: AP Photo
ADVERTISEMENT
Setiap hari, jumlah kasus virus corona di seluruh dunia terus bertambah. Hingga saat ini, total kasus COVID-19 (penyakit yang disebabkan virus corona SARS-CoV-2) telah mencapai lebih dari 1,5 juta di dunia.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana diketahui, virus SARS-CoV-2 bisa menular antarmanusia melalui kontak dekat lewat tetesan cairan atau droplet yang dikeluarkan pasien COVID-19. Droplet ini bisa keluar saat seseorang bersin atau batuk.
Meski begitu, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) belum mengetahui dengan jelas seberapa jauh virus corona bisa menyebar di udara ketika pasien COVID-19 batuk atau bersin.
Lewat video ini, kamu mungkin bisa memperkirakan seberapa bahaya droplet dalam menyebarkan virus, dan kamu akan menyadari betapa pentingnya menggunakan masker dalam situasi pandemi. Karena bagaimanapun, kita tak pernah tahu siapa yang sudah terpapar atau belum tatkala berada di ruang publik.
Video yang dibuat oleh organisasi penyiaran nasional Jepang, NHK, ini memperlihatkan sebuah eksperimen yang dilakukan para peneliti untuk melihat bagaimana virus yang bersemayam dalam droplet atau tetesan cairan manusia bisa menyebar dengan cepat di udara.
ADVERTISEMENT
"Tampaknya transmisi terjadi selama percakapan dan bahkan ketika orang berdiri agak jauh. Kami pikir infeksi berasal dari partikel mikrometer dan mekanisme transmisi ini bisa disebut infeksi mikro-tetesan," ujar Kazuniro Tateda, President of The Japanese Associaton of Infectious Disease, dalam video tersebut.

Eksperimen melihat penyebaran virus lewat droplet

Jadi, bagaimana tetesan cairan dari bersin dan batuk bisa menyebarkan virus dengan cepat? Untuk melihat partikel yang muncul di udara, tim menggunakan sinar laser dan kamera sensitivitas tinggi. Teknologi ini mampu membantu para peneliti untuk mendeteksi partikel cairan yang berukuran hingga 0,1 mikrometer. Eksperimen kemudian dibagi menjadi tiga sesi:

Bagian 1

Percobaan pertama dimulai dengan melihat seberapa jauh droplet yang dikeluarkan ketika seseorang bersin. Hasilnya, meski tetesan besar dapat dilihat oleh mata telanjang, namun citra kamera sensitif mengungkapkan hasil yang sangat mengejutkan. Di mana, ribuan mikro-tetesan menyembul di udara yang tidak bisa dilihat dengan kasat mata.
ADVERTISEMENT

Bagian 2

Untuk percobaan kedua, tim menempatkan dua orang yang tengah berbincang duduk secara berdekatan. Ketika salah satu orang berbicara dengan suara yang cukup keras, banyak mikro-tetesan yang keluar dari mulutnya. Tetesan tersebut menyebar di antara dua individu yang tengah berbincang tersebut.
"Mikro-tetesan membawa banyak virus. Kita memproduksinya ketika berbicara dengan keras atau bernafas dengan berat. Orang-orang di sekitar kita menghirupnya dan itulah bagaimana virus menyebar," ujar Tateda.

Bagian 3

Percobaan ketiga, para peneliti melibatkan 10 orang yang ditempatkan di sebuah ruangan tertutup. Hasilnya, ratusan ribu droplet yang keluar dari mulut manusia mampu menyebar di ruangan tersebut. Sementara untuk tetesan yang lebih besar segera jatuh ke lantai dalam hitungan satu menit, dan tetesan yang lebih kecil terus melayang, menyebar ke seluruh ruangan dalam kurun waktu 20 menit.
Ilustrasi penumpang pria batuk saat di pesawat Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT

Bagaimana cara mencegahnya?

Menurut peneliti, pencegahan bisa dilakukan dengan cara membuka jendela dan sirkulasi udara. Ini diyakini sebagai cara paling efektif untuk mencegah mikro-tetesan menyebar di sebuah ruangan. Para peneliti mengklaim, aliran udara tertentu dapat membantu menyingkirkan partikel-partikel dengan ukuran yang sangat kecil.
Mereka juga menyarankan agar orang-orang mulai memakai masker wajah, terutama saat merasa sakit. Sebab, bagaimanapun menutup mulut menggunakan tangan ketika bersin atau batuk tidak bisa menahan semua laju mikro-tetesan yang keluar dari mulut.
"Jika udara tidak mengalir, mikro-tetesan tidak akan bergerak dan karena mereka tidak bisa bergerak sendiri, mereka tinggal di tempat selama beberapa waktu," kata Mashashi Yamakawa, Associate Professor di Kyoto Institute of Technology, dalam video tersebut.
ADVERTISEMENT
****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!