Viral Kalung Virus Shut Out, Benarkah Ampuh Tangkal Corona?

20 Mei 2020 8:03 WIB
comment
24
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga menggunakan masker berjalan di Mongkok, Hong Kong. Foto: REUTERS / Tyrone Siu
zoom-in-whitePerbesar
Warga menggunakan masker berjalan di Mongkok, Hong Kong. Foto: REUTERS / Tyrone Siu
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini, kalung virus shut out jadi perbincangan netizen di Twitter. Sebabnya, kalung tersebut diklaim bisa mencegah pengguna dari paparan virus corona.
ADVERTISEMENT
Kalung virus shut out sendiri telah jadi tren di kalangan figur publik. Sejumlah selebriti, pengusaha, dan influencer diketahui memakai produk tersebut untuk menghindari virus corona.
Berdasarkan pengamatan kumparan, kalung virus shut out dijual bebas di berbagai platform e-commerce Indonesia. Harga jualnya beragam mulai dari puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah.
Menurut laporan Hong Kong Free Press, kalung virus shut out merupakan barang hasil produksi sebuah perusahaan Jepang bernama Toamit. Perusahaan mengklaim bahwa produk mereka "terbukti secara eksperimental efektif memblokir partikel dan bakteri yang ada di udara, serta berbagai virus epidemi, mengurangi kemungkinan terinfeksi atau menginfeksi orang lain."
Toamit juga menyebut kalau kalung buatan mereka cocok untuk anak-anak, orang tua, dan orang yang punya kekebalan tubuh yang rendah. Kalung tersebut dibuat dari klorin dioksida, yang dikenal sebagai bahan cairan disinfektan yang mampu membunuh virus.
Kalung shut out antivirus yang masih dijual di e-commerce Indonesia. Foto: Aulia Rahman Nugraha/kumparan
Meski demikian, keampuhan kalung virus shut out untuk mencegah terpapar virus corona jadi sorotan ilmuwan dan ahli kesehatan. Sebabnya, hingga saat ini belum ada riset yang membuktikan manfaatnya tersebut.
ADVERTISEMENT
"Klaim kalung shut-out yang diklaim mampu menangkal penularan virus SARS-CoV-2 harus disikapi dengan hati-hati," kata Ahmad Utomo, Peneliti Utama di Stemcell and Cancer Institute, ketika dihubungi kumparan, Selasa (19/5). "Klaim itu mesti dibuktikan secara ilmiah lewat uji klinis acak."
Ahmad menambahkan, manusia sering memiliki sugesti terhadap efek benda tertentu, meski efek tersebut sebenarnya tidak ada. Oleh karena itu, pengujian klinis diperlukan untuk membuktikan apakah benar kalung virus shut out bisa mencegah penggunanya dari virus corona atau tidak.
Berbeda dengan Ahmad, peneliti Lembaga Eijkman, Amin Soebandrio, berpikir bahwa manfaat kalung virus shut out anti-corona cuma klaim sepihak tanpa bukti yang jelas. Menurutnya, tidak masuk akal sebuah kalung bisa melindungi orang dari paparan virus corona.
Karyawan Brastagi Supermarket, Medan, saat mengikuti rapid test virus corona, Selasa (19/5). Foto: Dok. Istimewa
"Saya kira penggunaan kalung untuk melindungi penularan virus corona itu overclaim," kata Amin kepada kumparan, Rabu (20/5). "Secara logika, bagaimana membuktikan seseorang memakai kalung itu bisa terlindungi dari virus corona. Mekanismenya itu bagaimana?"
ADVERTISEMENT
Tanggapan Amin tersebut senada dengan ahli virologi dan imunologi Hong Kong, Ariane Davidson. Menurut laporan Hong Kong Free Press, kalung virus shut out adalah sebuah penipuan yang mutlak.
“(Kalung itu) Tidak akan melakukan apa pun untuk melindungi Anda dengan menonaktifkan virus pernapasan,” kata Ariane kepada Hong Kong Free Press.
“Alat ini dikenakan di leher Anda--jauh dari hidung dan mulut Anda yang mana merupakan portal utama untuk infeksi COVID-19. Kalau pun Anda mendekatkan alat ini ke wajah Anda, bahan aktifnya, klorin dioksida, akan menyebabkan iritasi pernapasan dan mata yang parah serta kulit terbakar, karena sangat korosif,” pungkasnya.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
ADVERTISEMENT
****
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.