Virus Corona Bisa Menempel di Kulit Selama 9 Jam, Begini Cara Basminya

7 Oktober 2020 8:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi telapak tangan. Foto: SookyungAn via Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi telapak tangan. Foto: SookyungAn via Pixabay
ADVERTISEMENT
Penularan virus corona tidak hanya terjadi lewat aerosol atau droplet di udara yang masuk ke tubuh manusia, tapi juga lewat permukaan yang telah terkontaminasi. Berdasarkan penelitian terbaru, virus corona ternyata bisa menempel di kulit dan bertahan selama 9 jam.
ADVERTISEMENT
Studi tersebut dipublikasi lewat jurnal Clinical Infectious Disease. Tim ilmuwan melakukan percobaan dengan relawan non-pasien COVID-19 dan kulit mayat yang masih bisa digunakan untuk cangkok kulit.
Hasilnya, virus corona SARS-CoV-2 bisa bertahan di kulit tersebut selama 9 jam. Durasi tersebut 4 jam lebih lama dibanding virus penyebab influenza bisa bertahan di permukaan kulit.
Para peneliti dari Kyoto Prefectural University of Medicine di Jepang mengatakan, bahwa waktu bertahan hidup virus kulit pada kulit membuktikan betapa pentingnya menjaga kebersihan tangan dan tubuh.
Ilmuwan mencampurkan sel kulit dengan sampel virus corona dan dengan virus influenza A, yang juga bisa menyebar melalui droplet dan kontak manusia. Hasilnya menunjukkan, bahwa virus flu hidup selama kurang lebih 1,8 jam di kulit, sementara virus corona bertahan 9 jam.
Cover virus corona. Foto: Indra Fauzi/kumparan
"Hasil ini menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 memiliki stabilitas yang lebih tinggi pada kulit manusia dibandingkan dengan (virus influenza A),” tulis para penulis riset, seperti dikutip DailyMail.
ADVERTISEMENT
Ketika bercampur dengan lendir dari sampel saluran pernapasan bagian atas, virus corona bisa hidup sekitar 11 jam dibandingkan dengan virus flu 1,69 jam.

Cara basmi virus corona yang menempel di kulit

Lalu, bagaimana cara menghindari penularan jika virus corona bisa bertahan di kulit dengan durasi yang sangat lama? Berdasarkan riset, kedua virus itu bisa terbunuh dalam waktu 15 detik dengan hand sanitizer tangan yang mengandung alkohol 80 persen.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) merekomendasikan penggunaan antiseptik berbasis alkohol kandungan 60 hingga 95 persen. Masyarakat juga diimbau untuk mencuci tangan secara menyeluruh dengan sabun dan air selama 20 detik.
Ilustrasi cuci tangan Foto: Shutterstock
Meski bisa menempel di permukaan dalam waktu yang lama, penularan COVID-19 paling banyak terjadi melalui droplet atau aerosol. Untuk peneliti menekankan untuk tidak lalai dalam menggunakan masker.
ADVERTISEMENT
Selain itu, peneliti juga menguji efek masker bedah yang dianggap tidak aman digunakan orang dengan masalah paru-paru. Penelitian tersebut melibatkan 15 dokter sehat dan 15 veteran militer dengan paru-paru yang rusak dengan berjalan selama enam menit.
Kadar oksigen mereka dihitung, sebelum dan sesudah berjalan menggunakan masker. Hasilnya, baik dokter yang sehat maupun pasien dengan penyakit paru-paru tidak menunjukkan perubahan besar dalam pengukuran pertukaran gas setelah tes berjalan atau hingga 30 menit kemudian.
Dalam jurnal Thorax, peneliti menyimpulkan bahwa penyebab ketidaknyamanan menggunakan masker ialah karena penggunaannya membuat iritasi saraf wajah yang sensitif, menghangatkan udara yang dihirup atau memicu klaustrophobia.
Ilustrasi ibu memakaikan masker kepada anak Foto: Shutterstock