Virus Corona Disebut Berasal dari Ular, Ini Respons Ahli Toksikologi

24 Januari 2020 7:15 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Staf medis di Rumah Sakit Jinyintan, tempat pasien virus corona di Wuhan, China Foto: REUTERS/Stringer
zoom-in-whitePerbesar
Staf medis di Rumah Sakit Jinyintan, tempat pasien virus corona di Wuhan, China Foto: REUTERS/Stringer
ADVERTISEMENT
Virus corona jenis baru atau novel coronavirus (nCoV) masih terus ditelusuri asal usulnya. Dugaan sementara, virus ditularkan dari hewan ke manusia, mengingat pusat wabah diyakini berasal dari pasar ikan di Wuhan, China, yang kini telah ditutup untuk desinfeksi.
ADVERTISEMENT
Pada 22 Januari 2020, sebuah riset terbaru dari Journal of Medical Virology mengungkap hipotesis penyebab dari penyebaran virus yang telah menewaskan 17 korban di China tersebut. Dalam riset tersebut, tim ilmuwan berkesimpulan bahwa novel coronavirus kemungkinan besar berasal dari ular.
Kesimpulan ini didapat setelah peneliti menganalisis urutan genetik dari virus ini, dan membandingkannya dengan urutan genetik dari 200 lebih jenis coronavirus di seluruh dunia yang pernah menginfeksi binatang, seperti unta, kucing, dan kelelawar.
Ilustrasi virus corona. Foto: Shutter Stock
Dalam studi juga disebutkan bahwa ada dua jenis ular yang kerap dijumpai di China tenggara sebagai tempat wabah tersebut pertama kali muncul. Ular yang dimaksud adalah Bungarus multicinctus atau ular belang Taiwan dan Naja atra atau kobra China.
ADVERTISEMENT
Riset tersebut lantas mendapat tanggapan dari Tri Maharani, seorang dokter spesialis pengobatan emergensi dan ahli toksikologi. Tri menyangsikan virus corona berasal dari ular seperti yang disebutkan dalam riset.
“Saya rasa itu bukan dari ular. Karena krait dan kobra tidak makan kelelawar,” papar Tri saat dihubungi kumparanSAINS, Kamis (23/1).
Meski begitu, Tri membenarkan bahwa memang ada virus yang menimbulkan wabah pada ular. Virus tersebut dikenal sebagai sunshine virus. Namun, ia juga menegaskan bahwa sunshine virus bukan termasuk dalam golongan coronavirus, melainkan paramyxovirus.
Tri menyebut virus dari golongan paramyxovirus yang menyebabkan wabah penyakit pada ular tidak bersifat zoonosis. Artinya, penularannya hanya terjadi pada antar ular, dan tidak menyebar ke manusia.
Sebagai seseorang yang mendapatkan gelar masternya di bidang imunologi serta gelar doktor di bidang teknik biomedik, Tri menekankan perlu sebuah penelitian genom dengan mengidentifikasi sampel dari ular-ular yang dicurigai sebagai sumber virus untuk mengonfirmasi virus corona jenis baru memang berasal dari ular.
ADVERTISEMENT
“Survei yang paling mudah bisa dilakukan dengan menanyakan kasus-kasus awal apakah mereka makan ular dari pasar di Wuhan,” jelas Tri. Hal ini merujuk pada riset dari Journal of Medical Virology yang menyebut bahwa ular termasuk hewan yang juga dijual di Pasar Grosir Makanan Laut Huanan di Wuhan, tempat yang diyakini sebagai pusat wabah.
“Jadi riset tersebut, menurut saya, kurang mendalam. Risetnya kurang lengkap, dari evidence based dan data, serta kurang bagus surveinya. Dengan menyimpulkan bahwa pneumonia Wuhan berasal dari ular kobra dan krait, menurut saya terlalu dini,” pungkasnya.