Virus Corona Menular Lewat Udara: Pahami Istilah Aerosol dan Airborne

12 Juli 2020 9:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Virus Corona. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Virus Corona. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Belum lama ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membenarkan bukti penelitian dari ratusan ilmuwan yang mengatakan bahwa virus corona SARS-CoV-2 dapat menular melalui udara atau airborne.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, WHO telah mengeluarkan protokol kesehatan baru yang dirilis pada Kamis (9/7). WHO mengatakan transmisi COVID-19 di udara cenderung terjadi di lokasi tertutup dengan ventilasi yang buruk. Dalam pedoman baru itu, WHO memasukkan penyebaran virus corona melalui udara dapat terjadi di restoran, latihan paduan suara, dan kelas kebugaran.
Sebelumnya, WHO mengatakan bahwa virus corona cenderung ditularkan melalui droplet atau tetesan air liur yang dikeluarkan dari orang terinfeksi lewat batuk, bersin, dan berbicara. WHO juga menyebut bahwa transmisi virus corona secara aerosol mungkin bisa terjadi hanya saat prosedur medis, misal, intubasi endotrakel yang memasukkan alat bantu pernapasan berupa tabung ke dalam tenggorokan pasien lewat mulut atau hidung.
Nah, untuk mengetahui mekanisme penyebaran virus corona lewat udara, pertama-tama mari pahami dahulu apa yang dimaksud dengan airborne dan aerosol.
ADVERTISEMENT

Apa itu aerosol?

Dijelaskan dalam Scientific American, istilah airborne merujuk pada penularan patogen atau virus melalui aerosol. Aerosol sendiri adalah tetesan pernapasan kecil atau droplet dengan ukuran sangat kecil yang berada di udara.
Perbedaan antara aerosol dan droplet terletak pada ukurannya. Jika droplet memiliki ukuran kurang dari lima mikron, maka aerosol punya ukuran lebih kecil dari itu.
Aerosol mengandung lebih sedikit virus ketimbang tetesan. Namun, karena mereka lebih ringan, maka bisa berlama-lama di udara bahkan hingga berjam-jam di ruangan dengan suhu yang lebih dingin.
Cover virus corona. Foto: Indra Fauzi/kumparan
Selain COVID-19, penyebaran virus melalui udara juga pernah dikaitkan dengan virus pernapasan lainnya, yakni penyakit SARS dan MERS. Kendati begitu, masih banyak yang tidak diketahui ihwal airbone, seperti berapa banyak jumlah virus aerosol yang bisa membuat orang terinfeksi?
ADVERTISEMENT

Penelitian penyebaran corona aerosol

Salah satu studi yang menjelaskan tentang penyebaran virus corona melalui udara pernah diungkap dalam laporan ilmiah berjudul ‘Consideration of the Aerosol Transmission for COVID-19 and Public Health’ yang dimuat oleh penerbit akademik Wiley pada 1 Mei 2020. Laporan inilah yang menjadi rujukan 239 ilmuwan di 32 negara untuk mendesak WHO memasukan penularan aerosol dalam pedoman protokol kesehatan.
Dalam riset tersebut para peneliti memperingatkan akan potensi penularan virus corona lewat udara berdasarkan tiga argumen. Pertama, laporan kasus penularan individu tanpa gejala yang menunjukkan bahwa pernapasan kecil terutama dari ukuran aerosol yang dapat berpindah.
Kedua, data empiris terbatas telah merekam partikel aerosolized SARS-CoV-2 yang tetap melayang di udara selama berjam-jam dan dapat berpindah jarak jauh termasuk di luar ruangan dan di dalam bangunan. Serta terakhir literatur yang lebih luas yang semakin mendukung penularan aerosol penyakit menular.
ADVERTISEMENT
Selain itu, bukti penularan virus corona melalui udara juga dimuat dalam sebuah penelitian yang terbut akhir bulan lalu di Jurnal Nature. Penelitian itu membahas tentang pengukuran materi genetik virus corona dalam bentuk aerosol di dua rumah sakit Wuhan, China, pada Februari dan Maret.
Petugas menyemprotkan cairan disinfektan di kantor Wali Kota Semarang, Jawa Tengah. Foto: Afiati Tsalitsati/Kumparan
Hasilnya, para peneliti menemukan konsentrasi aerosol di beberapa ruangan rumah sakit terpantau sangat tinggi, terutama di ruangan tempat petugas medis melepas alat pelindung, serta lokasi rumah sakit yang sering dijadikan tempat berkerumun.
Makalah lain yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine juga menjelaskan bagaimana virus SARS-CoV-2 dapat berada di udara selama setidaknya tiga jam di ruangan tertentu, dan bisa hidup berhari-hari pada permukaan benda. Jumlah virus disebut akan berkurang dari waktu ke waktunya. Tapi tidak jelaskan berapa jumlah virus yang bisa menginfeksi seseorang.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, sebagian besar bukti bahwa SARS-CoV-2 bisa menjadi aerosol berasal dari kegiatan klinis, seperti intubasi yang dapat menyebabkan pasien batuk dan menghasilkan aerosol.
Bagaimanapun, WHO telah mengakui dan membuat pedoman baru terkait adanya bukti penularan aerosol. Yang terpenting sekarang adalah menerapkan protokol kesehatan yang sudah dibuat, termasuk memakai masker dan face shield di luar maupun di dalam ruangan, seperti perkantoran, restoran, tempat perbelanjaan, terutama di ruangan dengan ventilasi buruk. Selain itu, tetap menjaga jarak fisik, sering mencuci tangan, dan terapkan etiket batuk dan bersin yang benar.
***
Saksikan video menarik di bawah ini.