Virus Ebola Bisa Sembunyi di Tubuh Bertahun-tahun, Berisiko Picu Wabah Baru

19 September 2021 12:12 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Virus ebola. Foto: Thomas W. Geisbert/Boston University School of Medicine (CC BY-SA 2.0)
zoom-in-whitePerbesar
Virus ebola. Foto: Thomas W. Geisbert/Boston University School of Medicine (CC BY-SA 2.0)
ADVERTISEMENT
Virus ebola dapat bersembunyi di tubuh penyintas selama bertahun-tahun setelah sembuh, menurut sebuah studi genom terbaru yang diterbitkan di jurnal Nature pada Rabu (15/9). Para ilmuwan pun khawatir kemampuan virus tersebut menghadirkan risiko wabah baru.
ADVERTISEMENT
Riset ini berangkat dari wabah ebola yang terjadi di Guinea pada awal tahun ini. Pada akhir Januari 2021, seorang perawat perempuan berusia 51 tahun di Guinea terinfeksi virus ebola. Dia salah dididagnosis oleh dokter yang menyebutnya menderita malaria dan salmonella.
Perawat tersebut pun meninggal di kediamannya usai 3 hari diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Setelah kematiannya, sang suami dan anggota keluarga lain yang menghadiri pemakaman jatuh sakit dan meninggal.
Pada pertengahan Februari, pejabat kesehatan Guinea baru mengkonfirmasi lewat tes darah bahwa kematian mereka terkait virus ebola. Antara Februari hingga Juni 2021, ketika wabah secara resmi dinyatakan berakhir, setidaknya ada 16 kasus ebola yang dilaporkan dengan catatan 12 kematian.
Ebola merebak di Guinea jadi epidemi Foto: WHO/Junior D. Kannah
Biasanya, wabah virus ebola dimulai dengan penularan zoonosis dari hewan yang terinfeksi — umumnya kelelawar — ke manusia. Namun, analisis genom dari sampel darah yang dikumpulkan dari para korban selama wabah ini justru berkesimpulan lain.
ADVERTISEMENT
Peneliti mencatat bahwa virus ebola yang terlihat dalam sampel darah korban tampak sangat mirip dengan varian yang dikumpulkan dari pasien yang selamat dari wabah ebola Afrika Barat selama 2013-2016.
“Garis keturunan (virus ebola) 2021 bersarang di dalam clade yang sebagian besar terdiri dari genom yang diambil sampelnya dari Guinea pada tahun 2014,” kata para peneliti dalam laporannya.
“Cabang di mana klaster 2021 menyimpang dari wabah sebelumnya hanya menunjukkan 12 substitusi, yang jauh lebih sedikit daripada yang diharapkan dari evolusi virus ebola selama 6 tahun penularan berkelanjutan dari manusia ke manusia,” sambung mereka.
Berdasarkan bukti tersebut, para ilmuwan menduga bahwa virus ebola yang mewabah di Guinea pada 2021 “bukanlah hasil dari peristiwa penularan baru dari reservoir hewan.”
ADVERTISEMENT
Peneliti menduga bahwa virus ebola ini muncul kembali dari penyintas wabah ebola tahun 2013-2016, yang entah bagaimana menular kembali ke orang lain bertahun-tahun kemudian.
“Hasil ini membuka perspektif baru tentang pengamatan kemunculan kembali virus ebola yang relatif jarang. Diasumsikan bahwa semua wabah filovirus yang diketahui pada manusia adalah hasil dari peristiwa penularan zoonosis independen dari spesies reservoir kelelawar atau dari inang perantara atau pengganda seperti kera dan duiker,” kata peneliti.
“Di sini kami dengan jelas menunjukkan bahwa, bahkan hampir lima tahun setelah deklarasi berakhirnya epidemi, wabah baru juga dapat disebabkan oleh penularan dari manusia yang terinfeksi selama epidemi sebelumnya.”
Petugas kesehatan membawa mayat korban Ebola untuk dimakamkan di pemakaman di Freetown, Sierra Leone, 21 Desember 2014. Foto: Reuters/Baz Ratner
Setelah wabah 2013-2016, para ilmuwan memang menemukan bahwa virus ebola dapat bertahan untuk waktu yang lama di bagian tubuh yang sistem kekebalannya kurang aktif seperti mata dan testis. Mereka sudah tahu bahwa virus ebola dapat bersembunyi di tubuh penyintas dan mungkin dapat keluar lagi menginfeksi orang lain.
ADVERTISEMENT
Namun, orang yang tertular virus ebola dari penyintas umumnya enggak sampai lima tahun setelah penyintas itu terinfeksi ebola. Sebelumnya, waktu terlama yang diketahui antara seseorang yang tertular virus dan menularkannya ke orang lain adalah sekitar satu setengah tahun.
"Ini adalah waktu terlama yang diketahui antara dinyatakan berakhirnya epidemi dan kebangkitan virus," kata Alpha Keita, pemimpin studi sekaligus peneliti di University of Montpellie, kepada AFP.
"Kemungkinan penularan dari individu yang terinfeksi selama epidemi sebelumnya bisa menjadi sumber wabah baru."
Terkadang, antibodi ebola terdeteksi di tubuh penyintas setelah bertahun-tahun sembuh dari virus tersebut, yang menandakan bahwa tubuh merespons virus yang bangkit kembali. Sekitar dua pertiga penyintas ebola memiliki tingkat antibodi yang tinggi bahkan lima tahun setelah infeksi.
ADVERTISEMENT
"Pertanyaannya adalah apa yang terjadi jika ada kebangkitan kembali pada orang-orang yang kekebalannya telah turun," kata Keita.
Hingga saat ini, tidak jelas bagaimana virus ebola dapat bertahan di dalam tubuh penyintas. Peneliti juga belum mengetahui apa yang membuat virus ebola yang bersembunyi di tubuh penyintas aktif kembali di kemudian hari.
Virus ebola. Foto: Cynthia Goldsmith/CDC
Yang pasti, penemuan riset ini membuka paradigma baru bahwa ancaman virus ebola masih mengintai, bahkan ketika ia enggak jadi wabah sekarang.
"Manusia sekarang dapat ditambahkan ke daftar inang perantara yang dapat berfungsi sebagai 'reservoir' ebola jangka panjang dan memicu wabah baru," kata Robert F. Garry, peneliti di Fakultas Kedokteran Tulane University, dalam komentar riset.
Bahkan individu tanpa gejala "bisa menjadi titik awal" wabah, Garry memperingatkan.
ADVERTISEMENT
Virus ebola menyebar dengan menunjukkan gejala sehingga dapat menyebabkan muntah dan diare parah. Virus ini menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh.
Tingkat kematian infeksi ebola bahkan lebih dari 90 persen. Wabah ebola Afrika Barat pada 2013-2016 menyebabkan 11.000 orang meninggal.