Wabah Demam Babi Afrika Menyebar Tak Terkendali hingga Vietnam

18 Juni 2019 12:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Babi di peternakan China Foto: REUTERS/Stringer
zoom-in-whitePerbesar
Babi di peternakan China Foto: REUTERS/Stringer
ADVERTISEMENT
Wabah demam babi Afrika menyebar tak terkendali, melintasi banyak negara di dunia. Kondisi ini menjadikannya sebagai wabah penyakit hewan terbesar yang pernah melanda dunia.
ADVERTISEMENT
Penyakit demam babi Afrika (African swine fever/ASF) yang kini sedang melanda banyak negara di Asia, disebabkan oleh virus yang secara sensasional kerap disebut sebagai virus “Ebola babi”. Virus ini dilaporkan telah menyerang peternakan babi di daratan China, Hong Kong, Korea Utara, Mongolia, hingga Vietnam. Bahkan, sebagaimana diberitakan IFL Science, muncul juga laporan tentang adanya babi hutan di beberapa bagian wilayah Eropa Timur dan Eropa Tengah yang terinfeksi oleh penyakit ini.
Menurut analis pasar Rabobank, hingga kini sudah ada sekitar 200 juta babi yang terinfeksi penyakit demam babi Afrika. Jutaan babi sudah dimusnahkan demi mencegah penyebaran penyakit ini lebih luas. Sialnya, jika dilihat dari semua kemungkinan, masalah ini tidak akan sanggup diselesaikan dalam waktu beberapa tahun saja.
ADVERTISEMENT
“Ini merupakan wabah penyakit hewan terbesar yang pernah kita alami di planet ini,” ungkap Dirk Pfeiffer, dokter ahli epidemiologi hewan di City University of Hong Kong yang juga dikenal sebagai pakar demam babi Afrika, dilansir The Guardian. "Wabah ini membuat wabah penyakit kuku dan mulut dan wabah penyakit sapi gila tampak biasa saja dalam perbandingan kerugian yang ditimbulkan."
Ilustrasi Kandang Babi Foto: JinhoLee/Pixabay
Seperti namanya, penyakit mematikan ini pertama kali muncul di Afrika pada awal abad ke-20. Virus penyakit ini bertahan hingga 1957 ketika dilaporkan telah menyebar sampai Lisbon, Portugal. Seiring waktu, penyebaran virus “Ebola babi” ini perlahan terhenti di Eropa dan Afrika sehingga pengendaliannya relatif mudah dilakukan.
Yang menarik, penyakit ini secara meluas menyerang Kuba pada tahun 1971 dan menimbulkan teori konspirasi bahwa Amerika Serikat sengaja menyebarkannya sebagai senjata biologis untuk mengacaukan perekonomian Kuba.
ADVERTISEMENT
Penyakit ini kini telah mencapai fase yang ditakuti oleh para ilmuwan karena telah merebak di China yang merupakan rumah bagi 440 juta babi. Setengah dari total jumlah babi di Bumi berada di Cina. Wabah demam babi Afrika di China pertama kali muncul di Provinsi Liaoning pada Agustus 2018 dan kemudian menyebar cepat ke seluruh Asia Timur dan sekitarnya.
"Ini belum pernah terjadi sebelumnya, dan ada banyak dimensi masalah dari situasi ini yang masih belum bisa dipahami sepenuhnya," tutur Justin Sherrard, ahli strategi global untuk protein hewan dari Rabobank, dilansir Reuters.
Virus demam babi Afrika ini bisa bertahan dalam darah yang didinginkan selama 6 tahun, dalam serum pada suhu kamar selama 18 bulan. Bahkan, dapat hidup dalam daging yang telah diasapi selama 6 bulan. Selain itu, secara mengejutkan virus ini juga tahan dalam kondisi suhu dan pH ekstrem.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini masih belum ditemukan obat atau vaksin untuk penyakit demam babi Afrika ini dan para peneliti sedang mengupayakan pengeditan gen agar babi menjadi kebal terhadap virus tersebut. Upaya teranyar untuk mengembangkan vaksin terhadap virus demam babi Afrika telah menunjukkan sedikit harapan, tetapi masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Bagaimanapun, kita tak perlu terlalu cemas terhadap wabah penyakit ini. Sebab, meski sangat menular dengan tingkat kematian hampir 100 persen pada babi ternak dan babi hutan, virus demam babi Afrika tidak mempengaruhi manusia. Sampai saat ini belum pernah ada kasus manusia yang terinfeksi virus ini.