news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Waspada, Ratusan Spesies Hewan Berpotensi Jadi Inang Virus Corona

18 Februari 2021 8:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wujud asli virus corona SARS-CoV-2.  Foto: Nanographics
zoom-in-whitePerbesar
Wujud asli virus corona SARS-CoV-2. Foto: Nanographics
ADVERTISEMENT
Ratusan spesies hewan mamalia dapat menjadi inang atau host virus corona, menurut riset terbaru. Temuan ini pun menggarisbawahi ancaman virus corona berikutnya di masa depan.
ADVERTISEMENT
Studi yang diterbitkan pada 16 Februari 2021 di jurnal Nature Communications itu menyoroti potensi virus corona dalam menginfeksi berbagai spesies hewan.
Riset tersebut mengidentifikasi ratusan spesies hewan mamalia berpotensi terinfeksi virus corona, meskipun sebagian dari spesies tersebut belum terbukti mengalaminya. Spesies tersebut termasuk hewan liar, seperti kelelawar dan monyet, serta hewan piaraan, macam babi dan kucing.
Dalam penelitian tersebut, ilmuwan menggunakan 411 urutan genetik virus corona dari GenBank, database sekuens genetik DNA milik National Institutes of Health di Inggris. Ratusan urutan genetik tersebut mewakili 92 spesies virus corona berbeda, dengan beberapa spesies diwakili oleh lebih dari satu strain.
"411 virus ini mengandung ketujuh virus corona yang diketahui menginfeksi manusia, serta berbagai virus korona lain yang genomnya telah diurutkan," kata para peneliti dalam laporan mereka.
ADVERTISEMENT
Tim ilmuwan kemudian menggunakan algoritma untuk mencari hewan mana saja yang berpotensi jadi host ratusan strain virus corona tersebut. Mereka mencocokannya dengan 876 spesies mamalia yang diteliti. Sebanyak 185 spesies mamalia, kata mereka, telah diketahui sebagai host virus corona. Sedangkan 691 spesies yang lain termasuk dalam genus yang sama dengan inang yang diketahui.
Periset menemukan, setiap strain virus rata-rata memiliki 12,56 inang mamalia. Adapun setiap spesies mamalia diperkirakan menjadi inang potensial untuk 5,55 strain virus corona.
Meski demikian, sejumlah spesies berpotensi jadi inang untuk strain virus yang jauh lebih banyak dari rata-rata.
Musang Asia dan kelelawar tapal kuda besar, misalnya, diperkirakan masing-masing menjadi inang bagi 32 dan 68 strain virus corona yang berbeda. Pada spesies landak biasa, kelinci Eropa, dan unta dromedaris, algoritma memperkirakan bahwa SARS-CoV-2 bisa mengalami rekombinasi dengan virus corona lain yang sebelumnya telah ada.
Jejaring virus corona dan hewan mamalia. Foto: Wardeh, et al./University of Liverpool (CC BY SA 4.0)
Berdasarkan temuan risetnya, para peneliti menyebut bahwa kita telah menganggap remeh risiko sirkulasi virus corona di hewan. “Hasil kami menunjukkan kurangnya apresiasi skala potensi generasi baru virus corona pada hewan liar dan peliharaan,” kata mereka.
ADVERTISEMENT
Hewan yang dapat menjadi inang bagi banyak virus corona sendiri merupakan ancaman karena bisa menciptakan rekombinasi virus.
Rekombinasi sendiri terjadi ketika beberapa jenis virus corona menyerang sel yang sama, di mana gen masing-masing virus corona itu dapat bercampur dan dicocokkan saat mereka bereplikasi. Dampaknya, inang yang membawa banyak jenis virus corona dapat menghasilkan virus baru yang tidak dapat kita duga konsekuensinya.
“Bersama-sama, pekerjaan kami dan Banerjee dkk., kami memberikan bukti untuk kemungkinan produksi virus corona rekombinan yang berpotensi parah di masa depan dan mengidentifikasi inang tempat ancaman ini kemungkinan besar akan dihasilkan,” kata para peneliti.
“Kami merekomendasikan pemantauan untuk kejadian ini.”

Pandemi karena ulah manusia, bukan salah sang hewan

Meski demikian, keberadaan sejumlah spesies hewan mamalia yang bisa menampung banyak strain virus corona tak lantas membuat kita berhak mendemonisasi mereka, kata peneliti kepada BBC.
ADVERTISEMENT
Riset yang para peneliti buat ditujukan sebagai surveilans spesies mana yang perlu diperhatikan untuk mencegah pandemi berikutnya.
"Ini bukan alasan untuk mendemonisasi (menjelekkan) spesies ini," kata Maya Wardeh, pemimpin studi sekaligus ahli kesehatan hewan dan ekologi dari University of Liverpool.
"Tetapi hampir tidak mungkin untuk menyurvei semua hewan sepanjang waktu, jadi pendekatan kami memungkinkan pembuatan prioritas. Dikatakan ini adalah spesies yang harus diperhatikan.”
Virus corona SARS-CoV-2 dalam bentuk 3D. Foto: Nanographics
Wardeh menekankan, penyebaran virus corona ke populasi manusia bukanlah salah sang hewan. Sebaliknya, aktivitas manusia seperti perdagangan satwa liar dan pertanian lah yang membuat virus tersebut bisa melompat dari hewan ke manusia.
Senada dengan Wardeh, epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, juga menjelaskan hal yang serupa.
Dia menjelaskan, penelitian terbaru itu menekankan bahwa virus corona akan sulit untuk diatasi manusia karena semakin banyak hewan yang tertular olehnya. Artinya, bahkan ketika infeksi virus corona di manusia sudah menurun, ancaman virus tetap ada karena mereka masih ada di hewan.
ADVERTISEMENT
“Eradikasi atau menghapuskan COVID-19 ini semakin mustahil, karena berbeda dengan cacar variola (yang) host-nya (hanya) pada manusia," Dicky kepada kumparanSAINS, Rabu (17/2).
Dicky sendiri mengingatkan bahwa kita saat ini hidup di era pandemi berkat aktivitas kita sendiri yang mengganggu keseimbangan alam.
Oleh karena itu, ia mengingatkan bahwa kesehatan masyarakat perlu diselesaikan dengan metode yang holistik bernama one health approach, di mana kita tak hanya memikirkan kesehatan manusia tapi juga keseimbangan alam.
“Batas aktivitas kehidupan manusia, hewan, dengan alam sudah semakin, bukan hanya tipis, tapi sudah terlanggar,” kata Dicky. “Apalagi dengan perubahan iklim, penebangan hutan yang tidak terkendali, ini membuat potensi lompatan dari virus dari hewan ke manusia.”