WHO Akui Sempat Salah Tetapkan Status Risiko Virus Corona

29 Januari 2020 17:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. Foto: AFP/FABRICE COFFRINI
zoom-in-whitePerbesar
Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. Foto: AFP/FABRICE COFFRINI
ADVERTISEMENT
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kerap menerima kritik atas upayanya mengatasi wabah penyakit yang mengancam keselamatan populasi dunia di masa lampau. Kini, upaya badan PBB yang bermarkas di Jenewa, Swiss, itu kembali disorot saat menangani kasus penyebaran virus corona jenis baru (2019-nCoV) yang mencuat semenjak akhir 2019 lalu.
ADVERTISEMENT
Pada Minggu (26/1) lalu, WHO menyebut jumlah kasus virus corona yang terus bertambah tidak hanya terjadi dalam lingkup regional tetapi juga global. Namun yang cukup disayangkan, mereka malah menyatakan risiko global virus corona hanya masuk dalam kategori moderat atau sedang.
Banyak pihak lantas mempertanyakan sikap WHO yang bersikeras tak mengeluarkan status darurat kesehatan global. Padahal, penyebaran novel coronavirus sudah singgah ke 16 negara dan menewaskan 132 orang.
Menanggapi kekecewaan publik terhadap keputusan tersebut, WHO akhirnya mengakui adanya kekeliruan dalam penilaian risiko virus corona di China. Kategorisasi yang dilakukan WHO terbatas pada tahap evaluasi risiko global berdasarkan tingkat keparahan, penyebaran, dan cara untuk mengatasi wabah.
Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. Foto: AFP/PIERRE ALBOUY
Meski begitu, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, tetap pada keputusannya untuk tidak mengeluarkan status darurat. Diberitakan Science Alert, Tedros mengunjungi China untuk mendiskusikan langkah-langkah mengatasi wabah novel coronavirus pada pekan ini. Saat berada di sana, ia menerima pertanyaan dari beberapa wartawan apakah keputusan tersebut dipolitisasi.
ADVERTISEMENT
Tedros hanya menegaskan keputusan untuk mengubah status bisa dilakukan sewaktu-waktu, terutama jika jumlah kasusnya semakin tinggi. "Ini darurat di China tetapi belum menjadi darurat kesehatan global," ujarnya.
Langkah yang diambil WHO dalam penanganan kasus virus corona sebenarnya juga mengundang protes dari kalangan kritikus. Jika ditengok ke belakang, pernah muncul beberapa virus ganas yang juga menimbulkan kecemasan dunia.
Wabah virus yang dimaksud seperti flu babi (H1N1) yang muncul pada 2009, lalu virus ebola yang ditemukan pada 2014 dan telah menjadi ancaman serius di tiga negara di Afrika Barat. Menurut catatan, ada lebih dari 11,300 jiwa yang terinfeksi. Penyebaran virus berhasil diredam pada 2016.