WHO: Bilik Disinfektan Tidak Efektif Cegah Corona dan Berbahaya Bagi Kesehatan

30 Maret 2020 7:35 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bilik disinfektan di Bojonegoro untuk pendatang dari luar kota. Foto: Dok. Pemkab Bojonegoro
zoom-in-whitePerbesar
Bilik disinfektan di Bojonegoro untuk pendatang dari luar kota. Foto: Dok. Pemkab Bojonegoro
ADVERTISEMENT
Penggunaan bilik disinfektan atau mobile sterilizer chamber untuk menangkal virus corona SARS-CoV-2 mulai marak di sejumlah lokasi. Mulai dari bandara hingga instansi pemerintah menyediakan bilik disinfektan bagi pengunjung di pintu masuk.
ADVERTISEMENT
Padahal alkohol dan klorin, cairan yang disemprotkan untuk disinfeksi, bisa memberikan efek buruk bagi kesehatan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyemprotkan alkohol dan klorin tidak akan mempan membunuh virus yang sudah masuk ke dalam tubuh.
Bahkan, kedua senyawa kimia ini punya sifat iritatif yang tinggi sehingga berbahaya jika terkena mata dan mulut. Kendati alkohol dan klorin memang bisa menstrerilisasi permukaan benda seperti meja dan perabotan lain, namun tidak untuk penggunaan langsung pada manusia.
Penyemprotan disinfektan dengan water canon di Denpasar, Jumat (27/3/2020). Foto: Dok. Polda Bali
Menurut Bimo A. Tejo, Ph.D, Associate Professor di Department of Chemistry, Universiti Putra Malaysia, cairan yang biasa digunakan dalam bilik disinfektan termasuk golongan hypochlorite, klorin salah satunya.
Dalam catatan konferensi Webinar yang diterima kumparanSAINS bertajuk “Busting the Myths: Disinfecting Coronaviruses”, Prof. Tejo memaparkan kelebihan klorin yang juga dikenal sebagai cairan pemutih ini. Harganya murah dan bisa membunuh virus dalam waktu singkat.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, klorin dapat membuat mata iritasi dan menyebabkan permukaan logam cepat berkarat. Tak hanya itu, klorin yang terhirup dapat mengganggu saluran pernapasan. Tak pelak, penyemprotan klorin ke tubuh manusia dapat mengundang lebih banyak risiko daripada manfaat.
Sedangkan alkohol sebagai campuran dalam cairan untuk disinfeksi, bersifat flammable atau mudah terbakar. Alkohol memang bekerja cepat dalam membasmi virus, serta tidak meninggalkan residu. Senyawa kimia ini pun merupakan salah satu bahan baku pembuatan hand sanitizer.
Namun, alkohol dalam produk pembersih tangan telah diformulasikan dengan konsentrasi yang aman bagi permukaan kulit.
Lebih jauh, Prof. Tejo juga menyoroti lamanya waktu yang dibutuhkan bahan-bahan kimia tertentu untuk benar-benar mensterilkan suatu permukaan. Klorin dan alkohol membutuhkan waktu kontak minimal 10 sampai 30 menit untuk efektif mendisinfeksi virus. Padahal penyemprotan pada bilik disinfektan berlangsung lebih singkat dari ketentuan tersebut.
Warga keluar bilik disinfektan Posko Jurnalis Peliput Corona. Foto: ANTARA FOTO/Rahmad
“Jika cairan tersebut digunakan untuk tujuan disinfeksi, maka diperlukan waktu kontak minimal 10 sampai dengan 30 menit baru bisa mendisinfeksi virus. Sedangkan pada desinfectant chamber waktu kontak tidak lebih dari 1 menit,” ujar dr. Ratih Nurdiany Sumirat, MKK saat dihubungi kumparanSAINS, pada Minggu (29/3).
ADVERTISEMENT
Tak hanya perihal keamanan bagi kesehatan, bilik disinfektan ini pun dianggap melanggar durasi kontak minimal yang menjadi kunci keberhasilan suatu bahan kimia dalam mengeliminasi virus. Sejauh ini, solusi paling aman untuk mencegah penularan COVID-19 sesuai rekomendasi WHO adalah dengan cuci tangan menggunakan sabun minimal 20 detik.
Jika bilik disinfektan masih akan digunakan, perlu pemilihan cairan kimia yang aman dan efektif.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!