Agar Bulu Tangkis Indonesia 'Ramah Prestasi'

5 Juni 2018 15:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bulu Tangkis. (Foto: AFP/Ben Stansall)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bulu Tangkis. (Foto: AFP/Ben Stansall)
ADVERTISEMENT
Selain sepak bola, tak berlebihan jika menyebut bulu tangkis sebagai ikon olahraga di Tanah Air. Cabang olahraga (cabor) tepok bulu itu bisa dimainkan di mana saja, oleh semua umur, dan pastinya tidak memandang gender.
ADVERTISEMENT
Alat yang dibutuhkan pun sederhana, hanya bermodal raket serta shuttlecock, Anda sudah bisa memainkan bulu tangkis dengan seru. Lapangan yang menyesuaikan aturan resmi adalah sepanjang 13,4 meter dan lebar 6,1 meter dengan net setinggi 1,55 meter. Namun, di area terbatas dengan panjang dan lebar menyesuaikan, voilà! Anda menyulapnya menjadi arena bermain.
Selain ramah perlengkapan, satu alasan mendasar mengapa bulu tangkis lekat bagi bangsa Indonesia adalah soal kedekatan historis. Ketika Indonesia tengah asyik berkembang, para pebulu tangkislah yang mengawal olahraga nasional. Bulu tangkis menjadi udara bagi prestasi bangsa. Lahirnya legenda seperti Rudy Hartono, Susy Susanti, hingga Taufik Hidayat pun mempertegas kecintaan dan kebanggaan publik akan bulu tangkis.
Bagaimana dengan kondisi saat ini? Bulu tangkis, dengan satu-dua alasan di atas, boleh disebut telah massal dan dikenal di hampir seluruh penjuru Tanah Air. Tak perlu lagi memasyarakatkan, satu tantangan kini justru mengubah status bulu tangkis dari ramah kepada publik, ditambah menjadi ramah prestasi.
ADVERTISEMENT
Harapannya, bulu tangkis tak sekadar dimainkan karena mudah atau alasan tren semata, tetapi benar-benar dimatangkan untuk mencetak Rudy atau Susy yang lain demi mengembalikan prestise Indonesia. Nah, hal itu sudah menjadi misi setiap klub sejak dulu, termasuk milik Candra Wijaya.
Belakangan, dukungan sponsor ke tiap klub juga semakin marak dan menguatkan fondasi serta meningkatkan asa dan kans mewujudkan target prestasi. Hal ini juga disadari oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi yang hadir dalam peresmian Daihatsu Candra Wijaya International Badminton Center (CWIBC). 
Menurut Imam, PT Astra Daihatsu Motor telah memberikan solusi penting bagi kemajuan olahraga Tanah Air, khususnya bulu tangkis. Dengan kontrak 12 tahun bersama CWIBC, Daihatsu tak hanya mendukung finansial tapi juga memberikan kesempatan mengikuti turnamen bagi para pemain.
ADVERTISEMENT
Peresmian Daihatsu CWIBC di Serpong Utara (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Peresmian Daihatsu CWIBC di Serpong Utara (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
"Saya selalu mengatakan bahwa tidak mungkin APBN itu bisa berjalan sendiri, pasti butuh topangan swasta. Daihatsu mewujudkan harapan itu dan tentu menjadi spirit bagi olahragawan Indonesia bahwa sekarang tidak berjalan sendiri," kata Imam. 
"Yang lain kami tunggu untuk bantu cabang olahraga lain. Masih banyak yang butuh teman, bapak, suntikan, agar semua bisa berdiri melahirkan prestasi bagi bangsa. Harapan semoga dari Daihatsu CWIBC memetik hasilnya, target 2030 bisa melahirkan juara dunia seperti yang dicontohkan Candra Wijaya," imbuhnya.
Menyoal melekatnya bulu tangkis dalam nadi olahraga bangsa, Imam berharap orang tua bisa mempercayakan anaknya untuk mendaftar di klub. Dengan masuknya pihak swasta, Imam berharap publik tak perlu sangsi terhadap pertumbuhan bulu tangkis ke depan. Fasilitas mumpuni dan kurikulum di setiap klub pun menjadi modal pembinaan bagi setiap pemain muda alias calon juara dunia baru.
ADVERTISEMENT
"Pentingnya pendidikan dan dorongan orang tua, lebih-lebih ada fasilitas bagus di sini (CWIBC) sehingga menurut saya kita tidak akan kekurangan bibit-bibit unggul yang bisa diproyeksikan dalam jangka waktu panjang. CWIBC dan Daihatsu juga proyeksinya bukan 5 tahun, tapi 10 tahun yang akan datang. Sehingga pada 2030, kita harapkan lahir Candra Wijaya baru yang mengharumkan Indonesia.”
"Ini juga adalah bentuk massal bagi bulu tangkis sehingga bulu tangkis tidak dikesankan sesuatu yang mahal tapi tentu memberikan harapan. Pasti orang tua akan menaruh harapan banyak ketika menitipkan anaknya di sini," pungkas Imam.
Menpora dan Kevin Sanjaya Sukamuljo di CWIBC. (Foto: Karina Nur Shabrina /kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menpora dan Kevin Sanjaya Sukamuljo di CWIBC. (Foto: Karina Nur Shabrina /kumparan)
Adapun, bulu tangkis Indonesia saat ini sangat bergantung kepada ganda putra nomor satu dunia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo. Dengan rekor tujuh gelar musim lalu, tahun ini pun duo berjuluk 'Minions' itu masih menjadi ujung tombak skuat nasional.
ADVERTISEMENT
Peraih titel All England 2018 itu sayangnya gagal mengembalikan titel beregu di Piala Thomas 2018. Akan tetapi, masih ada prestise untuk dikejar di Asian Games 2018, di mana Indonesia menjadi tuan rumah untuk kedua kalinya.
Untuk proyeksi jangka panjang, PBSI, maupun berbagai klub bulu tangkis di banyak kota, terus meracik para bibit-bibit muda nan unggul untuk menjadi andalan baru Indonesia. Sehingga, bulu tangkis nantinya tak hanya sekadar dikenal, tetapi juga memasyarakat dengan bekal kemampuan apik yang mengalir dalam nadi setiap anak muda.
Semua butuh proses, dan publik kini masih setia menanti kelahiran juara dunia baru khususnya sektor tunggal.