Alasan Mencintai Emma Raducanu: Gadis Humble, Senyumnya Hangatkan Hati

15 September 2021 19:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Emma Raducanu menjuarai final US Open usai mengalahkan Leylah Fernandez di USTA Billie Jean King National Tennis Center.  Foto: Robert Deutsch/USA Today/via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Emma Raducanu menjuarai final US Open usai mengalahkan Leylah Fernandez di USTA Billie Jean King National Tennis Center. Foto: Robert Deutsch/USA Today/via REUTERS
ADVERTISEMENT
Emma Raducanu bisa memukau orang dengan dua cara. Pertama, performanya saat bertanding tenis di lapangan. Kedua, kepribadiannya yang menawan.
ADVERTISEMENT
Hal inilah yang setidaknya pernah membuat pengamat tenis bernama Anders Borg terpikat pada Raducanu. Pria Norwegia itu pertama bertemu dengan si petenis Inggris Raya di turnamen junior tenis yang dihelatnya di Liverpool pada 2015.
Kala itu, Raducanu masih berusia 12 tahun. Namun, aksinya di atas lapangan, gaya bermainnya, dan keberhasilannya memenangi 6 pertandingan melawan petenis top dari seluruh dunia dalam turnamen U-18 membuat Borg tertarik.
Selain itu, Borg juga kagum pada sisi lain Raducanu. Baginya, atlet kelahiran Kanada tersebut memiliki senyum manis dan sikap rendah hati.
Emma Raducanu di New York Met Gala 2021. Foto: Getty Images
"Pertama kali, dia memenangi ITF (International Tennis Federation) U-18. Dia sangat rendah hati, pandai berbicara dan sopan. Dan kemudian, dia memiliki senyum yang bisa menghangatkan hati siapa pun. Saya kira itu sebabnya dia menjadi sangat populer," terangnya kepada Sportsmail.
ADVERTISEMENT
ITF U-18 atau ITF Grade -3 Tennis Tournament adalah salah satu turnamen tenis junior paling bergengsi di dunia. Emma Raducanu menjuarainya pada 2018 saat sudah berusia 15 tahun di Candigarh, India.
Kala itu, Raducanu mengalahkan wakil Ukraina, Diana Khodan, dua gim langsung. Skor akhirnya adalah 6-4 dan 6-4.
“Saat Emma Raducanu menjuarai gelar ITF Grade-3 di sini di Chandigarh, saya ingat bagaimana ibunya, Renne, duduk berjam-jam di tribune Stadion CLTA bersorak untuknya. Dia sangat konsisten dan akurat untuk anak usia 15 tahun pada waktu itu dan hal yang membuat saya terkesan adalah motivasi dan kepercayaan dirinya di lapangan," kenang pelatih setempat, Romen Singh, dikutip dari indianexpress.
Apa yang dikatakan Singh tak jauh beda dengan Borg. Borg bicara soal kecerdasan Emma Raducanu dalam memegang kendali laga. Ia juga sepakat bahwa ibunya juga sama ramahnya.
ADVERTISEMENT
"Emma berdedikasi, tetapi itu hanya cara dia menjaga bola tetap dalam kendali setiap saat. Dia mengembalikan semuanya. Ibunya sangat manis, sangat sopan. Emma sendiri sama dan sangat cerdas. Dia fasih berbahasa Mandarin dan Rumania. Dia sangat pintar, paket lengkap," tandasnya.