Anthony di China Terbuka: Kandas di Babak Pertama, Lalu Jadi Juara

23 September 2018 15:33 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penampilan Anthony Sinisuka Ginting di China Terbuka 2018 BWF World Tour Super 1000. (Foto: Dok. PBSI)
zoom-in-whitePerbesar
Penampilan Anthony Sinisuka Ginting di China Terbuka 2018 BWF World Tour Super 1000. (Foto: Dok. PBSI)
ADVERTISEMENT
24 tahun berlalu sejak China Terbuka 1994, trofi tunggal putra turnamen itu direngkuh pemain Indonesia di musim ini. Yang merebutnya kembali adalah Anthony Sinisuka Ginting, pemain muda asal Cimahi Utara.
ADVERTISEMENT
Dari Cimindi Raya, Cimahi, Jawa Barat, perjalanan karier Anthony Ginting mengantarkan langkahnya ke podium tertinggi China Terbuka 2018, Minggu (23/9/2018). Di final, cukup dua gim untuk mengalahkan Kento Momota (Jepang) dengan skor 23-21 dan 21-19.
Ya, kemenangan straight game itu didapat usai menuntaskan perlawanan Momota --rival sekaligus Juara Dunia BWF 2018-- selama 1 jam 3 menit. Dengan hasil itu, Anthony sukses menyegel titel bergengsi BWF Super 1000 pertamanya.
Status China Terbuka sebagai turnamen BWF Grade 2 Level 2 (Level 1000) itu sendiri baru disematkan sesuai regulasi baru pada musim ini. Sebelumnya, China Terbuka masih bergengsi, tetapi dikenal dengan nama lain yakni BWF Super Series Premier, bersama empat turnamen lain termasuk Indonesia Open.
ADVERTISEMENT
Nah, tahun ini, Level 1000 hanya menjadi milik tiga turnamen: All England, Indonesia Open, dan China Terbuka. Jadi, satu yang pasti, tak seorang pun menyangkal kesakralan gelar yang baru diraih Anthony siang ini di Olympic Sports Center Xincheng Gymnasium.
Bagaimana kiprah Anthony di China Terbuka? Pebulu tangkis kelahiran 20 Oktober 1996 itu memang baru sekali tampil sejak menasbihkan diri di daftar skuat pemusatan latihan nasional (pelatnas) PBSI mulai 2013.
Penampilan pertama Anthony itu dilakoninya musim lalu. Debut di China Terbuka edisi 2017, ia langsung terhempas di babak pertama alias 32 besar usai kalah dari Ng Ka Long Angus (Hong Kong) dengan skor 20-22 dan 18-21.
Sementara di China Terbuka 2018, publik lebih dulu berkeluh-kesah terhadap drawing Anthony. Bayangkan saja, di babak pertama, pemain yang belum genap berusia 22 tahun itu sudah bertemu sosok legendaris tuan rumah, Lin Dan.
ADVERTISEMENT
Tapi, Anthony Ginting bisa melewati rintangan berat pertama meski harus berjuang tiga gim, pun memberikan lima poin saja bagi Lin Dan di gim kedua. Di babak kedua, Anthony bertemu tunggal terbaik dunia asal Denmark, Viktor Axelsen.
Kali ini, Anthony menundukkan Axelsen dua gim langsung selama 45 menit dengan skor akhir 21-18 dan 21-17. Di perempat final, ia kembali bertemu andalan tuan rumah, Chen Long, yang merupakan juara China Terbuka 2017.
Berebut tiket ke semifinal dengan Chen Long, laga begitu sengit selama 85 menit. Unggul 22-20 di gim kedua, itulah kunci kemenanangan Anthony, yang juga diakui oleh sang rival sendiri.
"Saya tidak bisa tampil bagus di game kedua, sudah unggul jauh 8-2, bisa terkejar oleh Ginting. Waktu itu dia bisa bermain stabil walaupun ketinggalan jauh tapi dia sabar, sangat jarang membuat kesalahan," kata Chen Long dilansir laman resmi PBSI beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Nah di semifinal, kedigdayaan Anthony belum terhenti. Masih berjuang tiga gim, ia merebut tiket ke final dari unggulan kelima turnamen, Chou Tien Chen (Taiwan), dengan kemenangan 12-21, 21-17, dan 21-15.
Hingga akhirnya, di final China Terbuka 2018, Minggu (23/9), Anthony menorehkan sejarah baru di turnamen dengan status baru BWF World Tour Level 1000, sekaligus menancapkan taji di level tinggi tunggal putra dunia meski 'hanya' berada di peringkat 13 dunia.
Pebulu tangkis tunggal putra  Anthony Sinisuka Ginting (Tengah) menahan cedera saat melawan pebulu tangkis tunggal putra Cina Cina Shi Yuqi, Rabu (22/8).  (Foto: REUTERS/Beawiharta)
zoom-in-whitePerbesar
Pebulu tangkis tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting (Tengah) menahan cedera saat melawan pebulu tangkis tunggal putra Cina Cina Shi Yuqi, Rabu (22/8). (Foto: REUTERS/Beawiharta)
Kembali mengutip perkataan Chen Long, yang gelar China Terbuka-nya direbut oleh Anthony, nama terakhir itu memang punya mental cukup kuat sepanjang pertandingan --tak lengkap juga rasanya jika tak menyinggung bagaimana Anthony jatuh-bangun melawan sakit di paha kiri dalam final beregu putra lawan Shi Yuqi, Agustus lalu.
ADVERTISEMENT
"Ginting bermain dengan style yang simpel sebetulnya, mirip permainan Taufik Hidayat. Dia mengontrol permainan net dan memaksa lawan untuk mengangkat bola, kemudian dismesnya," kata Chen Long.
"Dia masih muda dan dia punya banyak energi untuk tipe bermainnya dia yang seperti itu. Tahun ini dia bisa menanjak karena mental bertandingnya stabil, saya rasa ini yang bisa membuatnya ada di level yang lebih tinggi," pungkasnya.
Sebelum gelar China Terbuka Super 1000 ini, Anthony lebih dulu juara di Indonesia Masters 2018, turnamen BWF Super 500, Januari 2018. Ya, ingat namanya: Anthony Ginting, yang sukses memulangkan pemain top-top dunia di China Terbuka 2018.